Kamis, 20 April 2017

Meregulasi diri sendiri: Tanggung Jawab Utama sebagai Orangtua dan Cara Menyembuhkan Luka Masa Lalu

Bagian 1 (Meregulasi diri sendiri)

Tanggung jawab utama kita sebagai orangtua

Seorang anak akan berperilaku seperti seorang anak, dimana mereka adalah seseorang yang masih dalam proses belajar, memiliki prioritas yang berbeda, serta tidak selalu bisa mengatur emosi serta perilaku mereka. Sikap kekanak kanakan inilah yang seringkali membuat kita marah. Dan permasalahannya adalah, kita sebagai orangtua seringkali juga berperilaku seperti anak kita. Nah, untuk mendapatkan solusinya, kita perlu tumbuh lebih dewasa dibandingkan anak kita, jika kita ingin anak kita juga melakukan hal yang sama. Jika kita bisa melakukan hal tersebut, maka sejatinya kita sedang memberikan contoh kepada anak bagaimana melakukan regulasi emosi.

Ada alasan mengapa saat dipenerbangan, kita perlu memasang oksigen kita terlebih dahulu sebelum kita memasangnya ke anak. Karena anak tidak dapat menjangkau oksigennya dan belum bisa menggunakannya dengan benar. Sehingga sekalipun kita mengorbankan diri untuk memberkan oksigen terlebih dahulu ke anak, anak tetap tidak bisa menggunakannya. Jadi, tanggung jawab utama kita adalah menaruh oksigen ke diri kita dahulu sebelum ke anak.

Begitupun dalam kehidupan nyata. Setiap anak belum bisa mengontrol emosi dan perilaku mereka. Jadi, mereka butuh kita sebagai orangtua untuk membantunya seperti analogi pemakaian masker oksigen di atas. Namun terkadang, kita sebagai orangtua sering merasa stress, kelelahan, kosong, sehingga kita tidak bisa membantu anak dengan baik. Sama halnya ketika kita pingsan kehabisan oksigen ketika dalam penerbangan.

Jadi, tanggung jawab utama kita sebagai orangtua adalah memiliki kesadaran penuh terhadap kondisi inner state kita.

Memiliki kesadaran sepenuhnya/mindfulness bukan berarti kita tidak merasa marah. Namun, kita menyadari jika perasaan marah itu datang, tapi kita memilih untuk tidak bereaksi terhadap hal itu.

Emosi-emosi yang ada dalam diri kita penting, seperti lampu indikator di mobil kita yang memberitahu bahwa bensin kita akan habis. Jika kita melihat lampu indikator tersebut, kita tidak mungkin menangisi atau mengkhawatirkan kenapa lampu itu menyala bukan? Tapi kita mencoba untuk mencari tempat dimana kita bisa mengisi bensin kita lagi. Nah, tantangannya dalam mengatasi emosi manusia adalah seringkali kita bingung apa yang harus kita lakukan ketika kita mengalami hal tersebut. Dan biasanya, kita merespon emosi emosi negatif itu dengan salah satu dari 3 cara ini, yaitu melawan, menghindar, atau berdiam diri.

3 cara tersebut berfungsi ketika kita menghadapi situasi situasi darurat. Namun, pola asuh bukan hanya berbicara tentang keadaan darurat. Dan seringkali cara yang terbaik untuk menghadapi emosi emosi negatif yang kita alami ketika menerapkan pengasuhan dan dalam kehidupan adalah dengan merefleksikannya, bukan dengan bereaksi. Dengan kata lain, jangan melakukan apapun ketika kita merasa terpancing.


Putuskan mata rantai: Sembuhkan Luka Masa Lalu

“Tanpa adanya refleksi atau perenungan, sejarah akan berulang dengan sendirinya… penelitian penelitian telah menemukan bahwa kedekatan antara kita dengan anak kita dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada diri kita sewaktu kecil, jika kita tidak menyadari proses serta memahami pengalaman pengalaman tersebut”-Dan Siegel_

Faktanya adalah, hampir sebagian besar dari kita memiliki luka psikis saat masih kecil, jika kita tidak mengobatinya, maka hal ini akan menghalangi kita untuk menjadi orangtua yang kita inginkan karena kita akan mengulangi hal yang sama terhadap anak kita.

Contohnya, seorang ayah secara tidak sadar mengulang pola asuh orangtuanya, yaitu sering menghakimi anaknya sendiri. Seorang ibu yang tidak bisa membuat batasan kepada anaknya karena ia tidak bisa mengatasi perasaan marah terhadap anaknya akan membuat anaknya tumbuh menjadi anak yang egois dan pencemas. Orangtua yang banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja karena ia ragu terhadap kemampuan dirinya sendiri untuk dapat mengurus anak.

Berita baiknya adalah dengan menjadi orangtua, kita seperti diberikan peta dimana luka masa kacil tersebut berada sehingga kita bisa menggalinya lebih dalam dan mengobatinya. Anak kita memiliki kemampuan yang luar biasa yang menunjukan dimana luka kita dan menarik kita keluar dari rasa takut dan marah. Mereka melakukannya lebih baik dari terapis manapun, sehingga kita bisa tumbuh dan menyembuhkan luka kita. Banyak orangtua yang mengatakan dengan mencintai anak mereka, mereka berubah menjadi lebih sabar, lebih penuh kasih, dan tidak egois. Kita memang akan mengalami hal-hal yang sensitif jika berhadapan dengan luka psikis ini, namun dengan berusaha untuk menyembuhkannya, kita akan mendapatkan bahwa luka tersebut justru akan memotivasi kita untuk menjadi orangtua yang lebih baik lagi.


Oke. Berikut tips-tips yang diberikan oleh penulis untuk menyembuhkan luka masa lalu anda dan menjadikan anda sebagai orangtua yang anda inginkan

- Memiliki kesadaran (parent conciously)
Jika kita perhatikan baik baik, kita akan menyadari kapan saja anak kita akan menekan tombol emosi negatif yang kita miliki. Dan hal tersebut terjadi bukan karena kesalahan anak kita. Walau bagaimanapun mereka hanya anak anak dan memang sewajarnya diusia anak anak mereka banyak melakukan kesalahan karena mereka masih dalam proses belajar. Dan jika kita perhatikan lagi, apa yang membuat orangtua marah, bisa jadi dianggap biasa oleh orangtua lainnya. Kenapa? Karena ketika kita “terpancing”, sesungguhnya kita sedang diberitahu luka apa yang ada di dalam diri kita yang perlu disembuhkan. Hal-hal yang memunculkan emosi emosi negatif dalam diri kita sebaggai orangtua adalah hal-hal yang merupakan masalah yang tidak terselesaikan dalam diri kita diwaktu kecil. Contoh, orangtua yang selalu marah ketika anaknya meminta perhatiannya adalah orangtua yang sewaktu kecilnya juga kurang mendapatkan perhatian dari orangtuanya.

- Putus lingkaran setan itu. Gunakan tombol pause yang ada dalam diri kita.
Anda tidak perlu mengulang sejarah masa kecil anda kepada kehidupan anak anda sekarang. Bahkan jika saat ini anda sudah terlanjur melakukannya, maka berhentilah, tarik nafas panjang, dan tekan tombol “pause”dalam diri anda. Misalnya jika anda sedang mengucapkan sesuatu yang buruk, dan anda menyadari hal itu, maka berhentilah. Ingatkan diri anda kembali bahwa hal tersebut akan mengulangi kesalahan masa lalu anda. Tidak perlu merasa malu didepan anak anda ketika anda melakukan ini karena justru kita sedang mengajarkan kepada anak bagaimana mengelola emosi kita ketika kita sedang marah.

- Pahami bagaimana emosi bekerja.
Marah adalah suatu pesan yang terjadi ketika anda merasa sesuatu tidak bekerja sesuai dengan harapan anda. Permasalahannya adalah, ada kondisi biologis dalam diri kita yang membuat kita tidak bisa menemukan solusi ketika situasi tersebut terjadi. Ketika hormon dalam tubuh kita berada di kondisi kita ingin marah, maka kita akan mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan. Dan ketika kita berada dalam posisi ini, maka anak kita akan terlihat seperti musuh. Oleh karena itu, ambil nafas dalam dalam dan tunggu diri anda hingga tenang sebelum anda mengambil keputusan atau berbuat sesuatu.

- Tekan tombol “reset” pada “cerita”anda saat ini
Jika kita pernah mengalami luka psikis saat masih kecil, maka kita tidak bisa melakukan apa apa terhadap hal tersebut karena hal itu sudah terjadi. Tapi kita bisa mengambil hikmah dari kejadian itu dan membuat perubahan pada “cerita” kehidupan kita saat ini. Kita bisa melakukannya dengan melakukan suatu refleksi, yaitu merasakan sakit tersebut dengan sudut pandang yang berbeda. Contoh, ayah anda meninggalkan keluarga anda sehingga anda berpikir bahwa anda bukanlah orang yang baik, maka sekarang ketika anda dewasa berpikirlah bahwa anda orang yang baik dan kepergian ayah anda di masa lalu tidak mempengaruhi kehidupan anda saat ini. Jika ibu anda memukul anda dan anda berpikir bahwa anda adalah anak yang nakal, maka mulailah berpikir bahwa ibu anda adalah orang yang penakut dan memang akan memukul siapapun, bahkan anak yang paling terbaik didunia ini. Karena anda sama seperti seluruh anak pada umumnya, yaitu anak anak yang mencari cinta dan perhatian dari orangtuanya.

Kembali ke kisah masa lalu anda dan mencoba menuliskannya kembali menurut versi anda saat ini bisa saja menjadi suatu proses yang menyakitkan, namun hal tersebut berharga untuk dilakukan karena hanya dengan melakukan ini kita bisa menjadi orangtua yang tenang bagi anak kita.

- De-stress
Kita menjalani hari hari yang berat sebagai orangtua ketika kita mengalami stress. Oleh karen itu, temukan kebiasaan-kebiasaan yang membantu anda untuk menghilangkan stres anda: olahraga rutin, yoga, meditasi, mandi air hangat. Jika anda tidak punya waktu, maka libatkan keluarga anda ketika melakukannya, misal menyalakan musik dan menari bersama, berjalan jalan bersama, dsb.

- Cari dukungan untuk membantu anda menyelesaikan masalah masa lalu anda.
Setiap orangtua butuh dukungan dan kesempatan untuk menceritakan betapa beratnya permasalahan yang ia hadapi. Terkadang kita bisa melakukannya secara informal dengan keluarga atau kerabat kita. Terkadang berbicara dengan lembaga lembaga formal seperti terapis diperlukan untuk menyelesaikan masalah kita. Jika anda mengalami kebuntuan, maka meminta bantuan konselor adalah ide yang baik untuk membuat anda merasa lebih bahagia dan tidak perlu malu untuk melakukannya.karena bisa jadi rasa malu anda justru malah bisa membuat segalanya menjadi buruk, baik bagi anda maupun anak anad. Jadi ketika anda merasa butuh bantuan, maka segeralah mencarinya.



Tidak ada orangtua yang sempurna, karena manusia itu sendiri didefinisikan sebagai ketidaksempurnaan. Tidak perduli seberapa kerasnya kita berusaha, kita tidak mungkin selalu memberikan hal yang positif kepada anak kita. Namun setiap kali kita menyadarinya, lalu berusaha mengatur rasa stress  kita, hal tersebut yang akan memberikan kita ketenangan sehingga kita bisa membesarkan anak yang bahagia. Seperti yang dikatakan Winnicott, anak tidak butuh kesempurnaan dari diri kita, tapi mereka butuh orangtua yang terus tumbuh, bersedia memperbaiki diri, dan memiliki hati yang terbuka.



Sumber:

Markham, L. 2012. Peaceful Parent, Happy Kids (How To Stop Yelling and Start Connecting). New York: Penguin Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...