Sabtu, 13 Mei 2017

Review Buku: Bagaimana berhenti berteriak kepada anak anda

Review Buku: Bagaimana berhenti berteriak kepada anak anda

"Saya menyukai semua saran anda. Tapi menurut saya itu semua bisa bekerja ketik saya berada dalam kondisi tenang, yang mana hal tersebut sangat sulit saya lakukan. Saya seorang yang suka berteriak. Ibu sayapun begitu. Semua orang disekitar sayapun begitu. Bagaimana saya memutus mata rantainya?" Cynthia, ibu dari 3 anak yang usianya dibawah 6 tahun.

Kebanyak orangtua suka berteriak. Bahkan kita sendiri tidak menyadari bahwa kita sering melakukan hal tersebut. Suara kita tina tiba saja semakin keras dan keras. Atau, kita sadar melakukannya, tapi di saat itu, kita merasa bahwa apa yg kita lakukan adalah benar. Namun setelah itu, apa kita bisa melihat apa yg telah anak kita lakukan?

Tapi kita semua tau bahwa anak kita akan merespon lebih baik jika kita tidak berteriak. Berteriak biaa memperburuk situasi. Berteriak bisa berubah menjadi badai. Dan bayangkan, bagaimana kita bisa mengharapkan anak kita mampu mengontrol emosinya sementara kita tidak bisa mengontrol emosi kita?

Namun jika kita bersikap tenang, maka orang lainpun akan menjadi tenang. Dan kita sedang mencontohkan tentang regulasi emosi. Kita mampu mengintervensi orang lain secara lebih efektif untuk dapat menyelesaikan masalah. Anak kitapun akan belajar tentang bagaimana berubah dari rasa marah ke keadaan tenang. Hubungan antara kita dan anak kita menjadi menguat. Anak kita menjadi lebih kooperatif dan lebih mampu mengontrol emosinya.

Dan jika kita mau jujur, sesungguhnya diri kita sendirilaj yang membuat kita berteriak. Karena tidak peduli seberapa buruknyapun perilaku anak anda, sesungguhnya ia sedang meminta bantuan. Terkadang perilaku mereka memang membutuhkan kita untuk memberikan batasan, namun tidak sampai membutuhkan kita untuk marah. Mereka hanya butuh ditolong. Dan anda tidak bisa menolong anak anda ketika anda berteriak.

Tentu saja tidak mudah untuk berhenti berteriak. Kita bisa saja samgat menginginkan utk tidak melakukannya, tapi kita tetap melakukannya. Jika anda saat ini sedang berteriak, maka akan membutuhkan usaha yang luar biasa agar kita tidak berteriak. Tapi jika anda tau anda ingin berhenti, maka saya bisa menjamin anda bahwa anda akan bisa berhenti berteriak. Ini bukan seperti percobaan pembuatan roket diaekolah. Ini butuh waktu sekitar 3 bulan. Seperti bermain piano, kita memulai memainkan nada hari ini, melatihnya tiap hari, dan kemudian anda bisa memainkam nada nada sederhana. Dalam jangka waktu setahun, anda bisa memainkan lagu klasik.


Apakah akan sulit untuk berhenti berteriak? Ya tentu saja. Hal ini tidak akan semudah sulap. Hal ini membutuhkan usaha setiap hari selama terus menerus. Namun saya bisa memastikan bahwa hal ini sangat mungkin dilakukan, tidak perduli seberapa besarnyapun hal tersebut tertanam dalam diri anda. Tidak berteriak mungkin terlihat seperti keajaiban, tapi saya yakin anda bisa melakukannya. Jika anda terus berusaha, anda akan lupa kapan anda terakhir kali berteriak.

Apakah anda ingin tau bagaimana memulainya?

(Bersambung)

Sumber:

Markham, L. 2012. Peaceful Parent, Happy Kids (How To Stop Yelling and Start Connecting). New York: Penguin Group.

Review buku: Tips merubah rasa marah menjadi perasaan tenang dalam waktu 3 menit

Review buku: Tips merubah rasa marah menjadi perasaan tenang dalam waktu 3 menit

"Dr. laura, anda mengatakan bahwa cara agar kita tidak berteriak kepada anak kita adalah dengan menunggu kita menjadi tenang, kemudian baru berkomunikasi lagi dengan anak. Tapi ketika saya sedang marah, saya tidak bisa menjadi tenang dengan sangat cepat. Butuh waktu sekitar satu jam untuk menenangkan diri saya. Sementara anak saya sedang melakukan sesuatu yg salah dan saya perlu membereskannya" -jen, ibu satu anak-

Proses,"stop, turunkan rasa marah, dan bernafas" mengasumsikan bahwa kita bisa menjadi tenang secara cepat. Tapi ketika tubuh kita berada dalam kondisi "fight or flight", maka kita seolah olah mengatakan kepada otak kita bahwa kita perlu menyerang. Anak kita terlihat sebagai musuh, dan kita merasa urgent untuk meluruskan perilaku anak kita.

Tapi sesungguhnya, kita tidak perlu waktu 1 jam untuk menenangkan tubuh kita, kecuali kita bertemu dengan harimau. Serius. Apapun yg dilakukan oleh anak kita, itu bukanlah sesuatu yang tergolong darurat. Jika kita butuh lebih dari beberapa menit untuk menenangkan diri kita, itu karena kita tidak mengatakan kepada tubuh kita bahwa kita mengaktifkan alarm yg salah. Sehingga tubuh kita masih dalam kondisi "fight or flight". Dan pikiran kita masih dalam kondisi kita siap berperang, sehingga kita butuh waktu satu jam untuk menenangkannya.

Apapun yg anak anda telah lakukan, kita akan berperilaku lebih konstruktif jika kita berada dalam kondisi tenang. Ini adalah 3 menit yg perlu anda lakukan untuk menenangkan rasa marah anda:

Menit pertama: apa pikiran yang membuat anda marah:
1.Katakan secara perlahan kepada diri anda. Mungkin sesuatu seperti ini," dia tidak menghormati saya sebagai orangtuanya," atau "dia memanipulasi saya".

2.Jika kita perhatikan, maka kita bisa menyadari bahwa pikiran pikiran tersebut datang dari rasa takut anda. Jadi, interpretasi ini bukan berasal dari perasaan cinta.


Menit kedua: sadari bahwa selalu ada sisi lain dari setiap cerita
1.pikirkanlah bahwa orangtua anda juga pernah memiliki pikiran yg sama dg anda skrg, namun kini anda baik baik saja. Anak andapun sama seperti itu, akan baik baik saja

2.pikirkanlah situasinya dari sudut pandang anak anda. Misal," dia menunjukan kepada saya bagaimana jika dia marah... dia sedang mengekspresikan perasaanya".

3.Pikirkanlah tentang bagaimana pikiran marah anda mempengaruhi perilaku anda kepada anak. Jika anda melepaskan rasa marah itu, bagaimana anda merespon anak anda?

Menit ketiga: bantu tubuh anda untuk rileks
1.Tekanlah berulang ulang secara perlahan titik akupuntur di tepi tangan anda ketika anda bernafas dalam dalam (karate chop point)

2. Katakan hal ini secara perlahan ketika anda menekan titik tersebut,"walaupun saya marah, tapi saya aman. Saya tidak dalam kondisi darurat. Saya bisa menenangkan diri saya dan mengendalikan situasi ini"

3. Ketika anda merasa anda menguap, itu bagus. Artinya tubuh anda menjadi rileks. Semakin sering anda mempraktekan ini,  semakin cepat tubuh anda menjadi tenang.

Lalu, kembalilah ke anak anda dan mulailah dari perasaan cinta.
Apakah terlihat sulit? Ya. Karena ketika kita marah, kita sibuk dengan hormon hormon yang meminta kita untuk menyerang. Namun ketika kita membuka diri kita untuk melihat dari perspektif baru, maka kita akan melihat akar permasalahan yg membuat kita berteriak kepada anak.

Pahamilah, Setiap pikiran datang dari perasaan takut atau cinta. Maka pilihlah yang datang dari rasa cinta.

Sumber:

Markham, L. 2012. Peaceful Parent, Happy Kids (How To Stop Yelling and Start Connecting). New York: Penguin Group.

Rabu, 10 Mei 2017

Tips tips mengatasi lelah saat Mengasuh Anak

Fokus terhadap apa yang terjadi.
Ketika kita merasa kewalahan, carilah inti masalah dari apa yang terjadi. Apa anak kita menangis karena lapar? Atau ingin dipeluk? Carilah penyebabnya dan coba untuk diselesaikan sesegera mungkin. Karena anak dapat merasakan ketika kita stress dan kehilangan kendali. Dan itu akan memengaruhi interaksi kita dengan anak.


Carilah dukungan
Mengasuh anak adalah pekerjaan yang paling sulit dan berat yang pernah dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu setiap orang membutuhkan dukungan. Temukan hal-hal kecil dan sederhana yang bisa kita lakukan untuk memberikan kita kekuatan. Kita bisa berpura-pura menjadi seorang kerabat dekat yang sedang menghibur kawannnya yang sedang stres. Memikirkan kira-kira apa yang dibutuhkan oleh kawan tersebut dan mencoba untuk melakukannya. Atau kita bisa meminta ciuman dari pasangan kita meskipun saat itu mungkin pernikahan kita sedang tidak harmonis. Atau kita bisa memeluk anak kita walaupun saat itu anak kita sedang menyebalkan. Atau mungkin kita bisa mencari seseorang yang bisa memberikan kita rasa nyaman ketika kita menceritakan betapa beratnya hari yang kita lalui, seseorang yang hanya ingin mendengarkan anda, tanpa bermaksud untuk memperbaiki anda ataupuna anak anda.


Berikan dukungan bagi diri kita sendiri.
Berbicaralah kepada diri anda sendiri seperti anda berbicara kepada orang yang anda cintai. Buatlah pesan pesan manis dan tempel disekitar rumah kita untuk merubah mood kita menjadi baik. Tinggalkanlah cucian kotor di dapur dan berendamlah dengan air hangat agar anda merasa nyaman. Ijinkan diri anda untuk melihat matahari terbenam. Sebelum tidur, temukanlah 3 kebaikan diri anda yang patut anda apresiasi. Lalu kemudian tidurlah dengan cukup.


Ketika kita kehilangan sesuatu, maka gunakanlah momen kehilangan itu
Jika anda terlanjur marah, maka gunakanlah momen tersebut untuk belajar mempraktekan bagaimana caranya orang dewasa saling memaafkan dan memperbaiki hubungan. Pahamilah bahwa setiap situasi krisis adalah kesempatan bagi diri kita untuk semakin dekat satu sama lain jika kita memiliki keinginan untuk melihat sesuatu dari kedua sisi, dan dengan hati yang terbuka.

Belajarlah untuk “mencoba kembali”
Ketika kita menemukan nada bicara kita mulai meninggi, maka berhentilah, tarik nafas, dan katakan… “ibu minta maaf… tadi ibu yang salah… mari kita coba lagi… tadi maksud ibu adalah …”. Ketika kita melakukan ini, anak akan merasa bahwa dirinya tidak buruk. Dan kitapun sedang memberi contoh kepada anak tentang bagaimana caranya melakukan koreksi terhadap diri sendiri.

Hargai anak anda
Walaupun anak anda membuat anda sangat marah, tapi tetap ada hal yang baik yang membuat ia layak untuk dicintai. Temukanlah hal tersebut agar anda dapat dengan mudah mencintai anak anda walaupun ia sedang dalam kondisi menyebalkan.

Jangan pernah pergi meninggalkan anak anda secara emosional
Anak kita akan sangat bergantung kepada bagaimana kita memperlakukannya. Ketika dia merasa bahwa kita telah menyerah dan memilih untuk melepaskan dia, maka diapun akan menyerah dengan dirinya sendiri. Jadi tetaplah bersamanya dan cintailah anak anda apapun yang terjadi.


Pilihlah untuk tetap mencintai
Jika kita perhatikan, hidup ini adalah tentang pilihan, antara mencintai, atau merasa takut. Maka usahakanlah untuk tetap mencintai anak anda. Apapun yang terjadi. Karena hidup adalah sekumpulan dari pilihan-pilihan yang kita buat. Dan ketika kita memilih untuk tetap mencintai, maka rasa cintalah yang kita dapatkan.


Jika kita merasa bahwa kita melewati hari yang berat Setiap hari, maka itu adalah pertanda bahwa kita perlu merubah “sesuatu” dalam hidup kita. Maka menghubungi konselor atau terapis adalah pilihan yang perlu dipertimbangkan untuk anda.

Selasa, 09 Mei 2017

Anda bisa mendidik diri anda sendiri ketika anda membesarkan anak anda (bagian 2)

Review buku

Bagaimana caranya?
(bersambung)

Biasakan untuk mendengarkan diri anda sendiri sesering mungkin sepanjang hari anda.
Coba untuk menarik nafas panjang dan iarkan nafas tersebut mengaliri seluruh tubuh anda. Tarik nafas dengan tenang, kemudian keluarkan rasa stress anda. Merasakan kehadiran diri anda sendiri adalah rasa“perhatian” sebenarnya yang kita butuhkan.

Setiap kali kita merasa marah atau terluka, berhentilah.
Tanyakan diri anda sendiri, “apa yang kita butuhkan agar kita tetap tenang?”. kemudian lakukanlah itu - walau anak anda ada disana atau tidak (misal 5 menit ke halaman belakang untuk mendengarkan burung? Meminum segelas air? 5 menit untuk menari?). jika anda tidak bisa melakukannya saat itu juga, maka berjanjilah kepada diri anda untuk melakukannya di lain waktu. Misal mandi air hangat setelah anak anak tidur, meminum minuman kesukaan anda, memberikan anda waktu lebih untuk beristirahat.

Perhatikan permasalahan permasalahan yang terjadi di hari hari anda, kemudian didiklah diri anda dengan cara menyelesaikannya.
Ini adalah hidup anda. Andalah yang bertanggungjawab didalamnya, walaupun anda menyadarinya atau tidak. Perasaan bahwa kita adalah korban tidak akan menolong anak anda. Jadi sebaiknya temukanlah solusi dari setiap permasalahan yang ditemui. Misalnya ketika kita mengalami kesulitan saat mengajak anak anak tidur, maka buatlah rencana agar rutinitas itu menjadi lebih baik. Apakah dengan cara berbagi tanggungjawab dengan pasangan, memulai lebih awal, membuat jadwal, memiliki waktu tidur lebih banyak, atau meminum teh saat membacakan anak anak cerita.

Resapi setiap keindahan serta kesenangan yang anda miliki.
Nikmatilah tertawa anak anda, rambut anak anda yang wangi, dan kesenangannya ketika ia berhasil menguasai suatu keahlian yang baru. Hal ini akan mengembalikan energi anda. Hal ini akan membuat hidup anda berharga. Kehadiran anda secarra penuh akan menginspirasi anak anda untuk terus terhubung dan kooperatif dengan anda, serta akan menyembuhkan anda dari kondisi SAP/Sacrificing yourself on Altar of parenthood.


Sumber:
Markham, L. 2012. Peaceful Parent, Happy Kids (How To Stop Yelling and Start Connecting). New York: Penguin Group.

Anda bisa mendidik diri anda sendiri ketika anda membesarkan anak anda

Review Buku


“Hal yang paling saya ingat adalah ketika Dr. Markham mengatakan tentang parenting dengan “cangkir penuh”. Maksudnya jika kita memulai hari dengan perasaan yang kosong, maka apa yang akan kita bagi kepada anak kita? Menemukan cara untuk merefresh energi kita sebagai orangtua adalah suatu hal yang penting, jadi saya selalu bangun jam 6 pagi dan kemudian berjalan jalan sendiri. Hal ini menambah energi saya dan membantu saya untuk lebih fokus menjalani hari dan memenuhi kebutuhan anak saya. Mengobrol bersama teman-teman juga hal yang penting sehingga saya seringkali berkumpul dengan teman teman untuk mendapatkan “friends time” seperti yang kita butuhkan” - Amanda, ibu dari anak berumur 4 tahun dan 1 tahun -


Jika anda menemukan diri anda seringkali merasa marah, kosong, kelelahan; jika otak anda seringkali dipenuhi pikiran-pikiran negatif tentang anak anda, atau anda sering berteriak kepada anak anda, maka bisa jadi anda tergolong kepada kategori orangtua SAP/Sacrificing yourself on Altar of parenthood. Hal ini adalah kondisi dimana kita sebagai orangtua kurang memberikan perhatian terhadap kebutuhan diri kita sendiri. Tidak baik bagi diri kita untuk merasakan hal ini secara berlebihan. Karena hal ini akan menghilangan kesenangan alami yang kita miliki. Dan hal ini tentu saja tidak baik untuk anak anak kita.

Pada akhirnya, kitalah satu satunya yang bertanggungjawab tentang bagaimana kita menjalani hidup kita. Dan ketika kita meninggal nanti, tidak ada satupun orang yang akan bertanggungjawab jika kita tidak merasa bahagia. Cara rahasia dalam menjalankan kehidupan masa dewasa adalah dengan menyadari bahwa kita semua masih dalam proses tumbuh, dan menjalani proses pengasuhan mendorong kita untuk menjadi orangtua bagi diri kita sendiri, sebaik kita menjadi orangtua bagi anak kita. Artinya, mengasuh diri kita sendiri dan anak kita saat ini adalah sepenuhnya tanggung jawab kita.

Apakah itu berarti, kita perlu mengatakan kepada anak bahwa kita perlu menunda untuk memenuhi kebutuhannya karena kita perlu memenuhi kebutuhan kita terlebih dahulu? Tidak, tentu saja tidak. Mengasuh anak adalah tentang mendidik anak, artinya mencoba menemukan apa kebutuhannya dan berusaha memenuhinya. Kita sebagai orangtua, walau bagaimanapun, adalah orang dewasanya. Jadi titik dimana kita bisa menjadi orangtua yang tenang adalah ketika kita mampu menjadi orangtua bagi diri kita sendiri.

Hal penting adalah merubah apa yang kita lakukan: mendidik diri anda sendiri melalui hal-hal yang kecil setiap harinya. Dan hal penting lainnya adalah kita perlu merubah sikap kita: yaitu menemukan ketenangan dalam diri kita. Solusinya adalah melatih diri kita sendiri setiap hari seperti kita melatih anak kita. Kabar buruknya adalah, hal ini butuh usaha keras. Namun usaha keras ini yang akan merubah kita menjadi lebih baik.

Bagaimana caranya?
(bersambung)

Senin, 08 Mei 2017

Pola Asuh (bagian 2)

Lantas, pengorbanan seperti apakah yang perlu dilakukan orangtua?

Seorang psikolog bernama Winnicott mengemukakan bahwa seorang anak membutuhkan “pengorbanan yang biasa” dari orangtuanya. Hm, apa itu pengorbanan yang biasa? Kalau
yang saya pahami, pengorbanan yang biasa adalah pengorbanan yang dilakukan oleh orangtua, namun tidak membuat orangtua jatuh atau rusak seketika, kecuali memang dalam situasi yang sangat amat berbahaya, misalnya dalam kondisi perang. Contoh pengorbanan yang biasa adalah ketika seorang ayah menyempatkan bermain kuda-kudaan walaupun sudah lelah bekerja, atau memberikan jaket kepada anaknya dan membiarkan dirinya kedinginan ketika sedang pergi malam-malam, atau seorang ibu yang bangun setiap jam 3 pagi demi menyiapkan sarapan anak-anaknya. Pengorbanan-pengorbanan seperti ini mungkin akan membuat para orangtua sedikit lelah, namun tidak sampai jatuh seketika. Pengorbanan yang tidak termasuk pengorbanan biasa misalnya ketika ada orangtua yang menjual seluruh rumah dan harta bendanya demi membayar hutang hutang anak akibat anaknya sering judi sehingga orangtuanya harus tinggal dipinggir jalan. Pengorbanan seperti ini bukan termasuk pengorbanan yang dimaksud oleh winnicot karena ini membuat orangtua berada dalam kondisi jatuh seketika dan belum masuk dalam kondisi berbahaya karena sebenarnya si anak masih bisa bekerja lebih giat untuk melunaskan hutangnya sendiri.
Menurut saya, pengorbanan yang biasa ini pula yang sering dilakukan oleh beberapa working mom yang memperhatikan kesejahteraan anaknya sehingga meskipun para working mom ini tidak memiliki banyak waktu dengan anaknya, tapi mereka tetap punya kualitas hubungan yang baik dengan anak.


Kontrol
Saya tidak akan banyak membahas tentang kontrol disini. Bukan karena saya merasa kontrol itu tidak perlu, tapi karena saya merasa sudah banyak yang membahasnya diluar sana sehingga saya tidak mau membebani pembaca karena merasa,”ya ampun ini ga boleh itu ga boleh. Padahal saya juga manusia… atuhlah plis…”. maaf saya lebay. Hehhe.

Menurut saya, landasan mutlak pemberian kontrol adalah agama. Mengapa? Jawabannya sederhana.
Jika anda membeli kipas angin, lalu anda diberi dua buku petunjuk, yang pertama buku petunjuknya ditulis oleh pembuat kipas angin, yang kedua ditulis oleh kipas anginnya itu sendiri. Mana yang lebih anda percaya?

Kalau saya pribadi, tentu saja dari si pencipta kipas angin. Dan bagi saya, agama adalah petunjuk yang dituliskan Tuhan sebagai pencipta kita. Sama seperti analogi kipas angin di atas. Oleh karena itu, jika anda menemukan perbedaan pendapat tentang pola asuh, maka kembalikanlah kepada agama. Walaupun misalnya jawaban dari agama tersebut terlihat kurang logis, pelajarilah lagi ajaran agama tersebut lebih lanjut hingga anda yakin. Contoh dalam buku yang kita review kemarin, ada penjelasan bahwa kita tidak boleh memberikan hukuman fisik sama sekali, apapun alasannya. Tapi sebagai muslim, dengan cara yang benar tentunya, kita boleh memukul anak yang berumur 10 tahun jika ia tidak mau shalat. Tentu saja sekali lagi cara memukulnya harus sesuai dengan ketentuan agama Islam ya, yaitu dari sejak usia 7 tahun anak sudah diperintahkan untuk shalat. Artinya anak sudah diberi waktu 3 tahun untuk terbiasa shalat. Pukulan yang dilakukan pun ada aturannya, yaitu pukulan yang tidak melukai, tidak membuat kulit luka, atau tidak membuat tulang atau gigi menjadi patah, hindari memukul wajah, pukulan tidak lebih dari sepuluh kali, bertujuan untuk pendidikan dan jangan perlihatkan pemberian hukuman dihadapan umum kecuali jika dibutuhkan, misalnya banyaknya anak yang tidak mau shalat atau semacamnya.

Sekilas, ketentuan ini tampak tidak manusiawi, mengajari kekerasan, dan sebagainya. Tapi percayalahan bahwa Tuhan tidak pernah salah dalam menuliskan ketentuan karena Ia pencipta kita. Dan berbesar hatilah bahwa memang ada hal-hal yang tidak bisa kita pahami secara kasat mata karena keterbatasan kita sebagai manusia. Oleh karena itu, sekali lagi kembalikanlah kepada agama. Cari tau lebih banyak boleh, namun setelah itu jangan lupa lakukan filterisasi sesuai dengan agama, kebudayaan dan ciri khas pribadi kita.



Semakin banyak tau semakin bingung
Jika anda mengalami hal di atas, berarti anda berada di track yang benar. Itulah mengapa anak dikatakan sebagai terapis paling baik untuk menyembuhkan kita. Karen sejatinya, hubungan antara kita dengan anak berlangsung secara terus menerus, dan selama itu pula, kita sama sama sama saling “mengobati”. Memiliki anak akan menjadikan kita sebagai manusia seutuhnya, yaitu manusia tempat salah dan lupa, manusia yang selalu memperbaiki diri, manusia yang selalu berjuang. Untuk itu, jangan pernah merasa cukup. Teruslah bergerak, teruslah belajar. Karena hanya dengan itu kita akan terus mendapatkan keseimbangan. Jika lelah, istirahatlah sejenak, namun jangan berhenti. Karena hakikatnya kita adalah makhluk hidup, dan fitrahnya yang hidup adalah bergerak, dan yang diam hanya benda mati.

Wallahu a’lam

Minggu, 07 Mei 2017

Pola Asuh?

Rehat dulu sejenak dari membaca buku parenting yang sedang kita bahas. Sayapun sama seperti kebanyakan orang. Memiliki banyak pertanyaan setelah membaca buku parenting sehingga kadang merasa lelah. Apa saya sudah benar menjalani pola asuh kepada anak saya? Apa saya sudah bisa dikatakan ideal? Apa saya sudah menjalankan semua tips tips yang ada dalam buku ini? Apa saya sudah bisa dikategorikan sebagai orangtua yang baik? Dan berbagai pertanyaan lain seputar pola asuh saya sebagai orangtua.

Sesungguhnya pertanyaan pertanyaan saya mengenai pola asuh ini ada sejak lama. Bahkan sejak kecil sehingga dengan takdir Allah saya dipertemukan dengan ilmu psikologi. Ketertarikan ini juga yang membuat saya membahas pola asuh di skripsi dan tesis saya. Dan saya akan bercerita sedikit tentang ini.

Pertama kali membahas pola asuh diskripsi, saya cukup bingung. Dulu saya kira pengertian pola asuh itu kompleks. Mengingat pelaksanaannya itu kompleks. Tapi ternyata, pengertian pola asuh secara literatur itu sederhana. Diana Baumrind, tokoh yang terkenal dengan teori pengasuhannya mengatakan bahwa pola asuh adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan pemberian kontrol dan kehangatan, dimana kontrol didefinisikan sebagai segala hal yang berhubungan dengan pemberian batasan dan aturan kepada anak. Sedangkan kehangatan didefinisikan sebagai respon orangtua dalam memahami kebutuhan anak yang meliputi rasa kasih sayang, perhatian, dan keterlibatan terhadap kehidupan anak.

Menurut saya, penjelasan ini membingungkan karena too simple. Sama ketika anda bertanya kepada seseorang,”apa kriteria calon istri anda?” lalu ia menjawab “ia harus baik”. dan definisi baik itu tidak dijelaskan secara detail. Ini memusingkan karena terlalu banyak kemungkinan definisi "baik" disana.

Hal lain yang membingungkan adalah ketika saya menyusun indikator dari item item antara kontrol dan kehangatan. Rasanya seperti tumpang tindih. Misal di dimensi kontrol ada item “ibu saya memberikan batasan kepada saya tentang jam berapa saya harus pulang kerumah”. Namun di dimensi kehangatan juga terdapat item " ibu saya memberikan saya kesempatan untuk membuat jadwal sendiri sesuai dengan kegiatan yg dilakukan". Item ini dibuat untuk memperlihatkan kepedulian orangtua terhadap kebutuhan anaknya juga rasa percaya orangtua kepada anak. Jadi seringkali saya merevisi antara item satu dengan yang lainnya agar tidak saling tumpang tindih.


Yang terakhir yang membuat saya bingung adalah komposisi yang pas antara kontrol dan kehangatan. Dalam literatur disebutkan bahwa pola asuh yang baik adalah yang seimbang antara pemberian kontrol dan kehangatan. Namun tidak disebutkan berapa “takaran” yang dibutuhkan untuk disebut sebagai seimbang. Apakah 50:50, atau 100:100, atau 1.000:1.000? Lantas darimana kita tau bahwa apa yang kita lakukan sudah seimbang?

Memasuki dunia nyata pengasuhan, kebingungan semakin terasa nyata. Yang mana sebenarnya pengasuhan yang efektif? Terkadang kontrol yang terlalu ketat dibilang baik oleh sekelompok orang, tapi juga menuai kritik dari sekelompok orang lainnya. Misalnya seorang ibu secara ketat memberlakukan bahwa anaknya yang masih balita tidak boleh makan jajanan warung, tidak boleh naik motor, mencuci pakaian dan alat makan hanya dengan deterjen dan alat cuci khusus untuk bayi, sama sekali tidak mengijinkan anaknya makan dari peralatan makan yang tidak ada lisensi “food grade” nya, dsb. Beberapa orang mengatakan “itu terlalu ketat, sesekali bolehlah anak merasakan hal-hal tersebut, ga usah terlalu higienis, kasian anak terkekang, bla bla bla”. Beberapa orang lagi justru malah memuji kekonsistenan orangtua macam ini karena berhasil mencegah anaknya dari hal hal yang tidak baik diluar sana. Lalu mana yang benar?


 Well, sejauh ini, ada beberapa hal yg bisa digarisbawahi selama saya menyelami teori serta prakteknya dalam dunia pengasuhan. Berikut diantaranya:

Dimulai dari kehangatan
Kontrol atau kehangatan dulu yang diberikan kepada anak saat anak lahir? Maka jawaban saya adalah mulai lah dengan kehangatan. Seorang bayi yang baru lahir memiliki banyak potensi yg belum berkembang. Untuk itu diperlukan kehangatan dari kita sebagai orangtuanya agar potensi potensi tersebut dapat tumbuh secara optimal. Kehangatan yang anak dapatkan dari orangtuanya akan membuat ia mempercayai lingkungan sehingga ia akan berani mengeksplor lingkungannya. Kehangatan inilah yang akan membuat kita dan anak memiliki koneksi. Lagipula, bayi yg baru lahir memang belum perlu batasan dan aturan yg berlebihan dari kita bukan?


Kehangatan yang tidak membutuhkan apapun kecuali diri kita dan anak adalah yang terbaik
Saya teringat oleh jawaban seorang psikolog senior, ibu Elly Risman ketika ditanya mainan apa yg paling baik diberikan kepada anak dan beliau menjawab kedua orangtuanya. Artinya interaksi yg hanya melibatkan orangtua dan anak atau tidak membutuhkan benda apapun akan menjadi interaksi yang lebih bermakna bagi keduanya. Memeluk, mencium, menggendong, membuat wajah yang lucu, menirukan suara suara, bermain kuda kudaan, berlari bersama, menari, meloncat loncat, mendengarkan anak bercerita adalah sekumpulan kegiatan yang bisa kita lakukan bersama anak. Ada beberapa manfaat yg bisa kita lakukan dengan melaksanakan prinsip ini. Pertama, semakin sering kita melakukan interaksi langsung (misalnya skin to skin), akan semakin erat ikatan bathin yg kita miliki dg anak, yg bahkan seringkali, kita sebagai orangtua seperti bisa merasakan apa yg tubuh anak rasakan. Misal seorang ibu yang tiba tiba mencemaskan anaknya diluar kota. Dan ternyata ketika ia menghubungi anaknya, anaknya memang sedang sakit. Contoh diatas menunjukan bahwa dengan banyaknya interaksi langsung tersebut, akan membuat tubuh kita seolah olah terkoneksi dengan tubuh anak. Dan koneksi ini akan mempermudah kita menerapkan kontrol ke anak karena tubuh kita akan dapat merasakan apa yg dirasakan anak sehingga kita dapat mengira ngira apakah kontrol yang kita berikan kepada anak berlebihan atau tidak.

Yang kedua, anak akan merasakan bahwa kita memprioritaskan dirinya. Jika kehangatan orangtua diperlihatkan dengan selalu membelikan barang, maka anak akan berpikir bahwa semua orang bisa melakukannya. Namun ketika kita hadir ikut bermain dengan anak, maka anak akan lebih dapat merasakan kehangatan yang ingin kita berikan kepadanya.

Ijinkan diri anda berkorban
Apa yang anda rasakan ketika ada seseorang yang berkorban demi anda? Tentu saja kita akan merasa berharga bukan? Kepercayaan diripun akan timbul karena kita tau ada yg menyayangi kita dengan begitu besar. Diri kitapun merasa penuh. Rasanya apapun halangan yg terjadi didepan tidak menjadi masalah karena kita tau ada orang yang menganggap kita spesial dengan tampilan kita apa adanya.

Begitupun yang dirasakan anak. Walau anak anda belum bisa berbicara, namun percayalah bahwa mereka bisa merasakan sekecil apapun pengorbanan yang dilakukan oleh orangtuanya untuk mereka. Mereka akan tau bahwa ibunya berusaha dengan keras memasak makanan kesukaannya walaupun sedang lelah. Mereka akan paham bahwa ayahnya berusaha membahagiakan mereka dengan tetap bermain kuda kudaan walaupun ia baru pulang kerja. Pengalaman pengalaman sederhana inilah yang menjadi "golden memory" dalam diri anak dan akan memenuhi jiwa mereka sehingga mereka akan merasa penuh. Mereka akan merasa istimewa, layak untuk dicintai, dan tumbuh kuat mengakar. Sehingga ketika mereka keluar rumah, kecil kemungkinan bagi anak anak seperti ini untuk termakan ancaman kawan kawannya yang bilang,"lu ga akan kita temenin karena lu cemen." Buat mereka ancaman seperti ini tidak akan bermakna apa apa karena mereka tau bahwa dirumahnya, sudah ada orang yang rela berkorban untuk mereka. Jadi kehilangan teman seperti ini menjadi tidak masalah bagi mereka. Beda jika mereka masih merasa "kosong" dari rumah. Maka ketika mereka keluar rumah, tujuan mereka adalah mencari orang yang bisa memenuhi "kekosongan" tersebut. Hal ini yang membuat ancaman ancaman seperti yg saya sebutkan di atas menjadi penting untuk mereka perhatikan karena anak berharap bahwa kawannya tersebut bisa mengisi kekosongan yang ia miliki dari rumah dan ia takut kehilangan kawannya tersebut.

Bagi orangtua, pengorbanan yang dilakukan juga bermanfaat bagi dirinya sendiri. Yaitu orangtua akan merasa lebih mudah dalam menerapkan kontrol kepada anak. Jangan salah loh. Ada juga orangtua yang tidak bisa menerapkan batasan dan aturan kepada anak. Mereka selalu merasa  batasan yg mereka berikan "berlebihan" sehingga orangtua seperti ini biasanya akan mudah disetir anak. Dan bahaya nya lagi, orangtua seperti ini akan menghasilkan anak yang selfish, pencemas, dan sulit mengontrol diri.

Nah, biasanya, orangtua yg mengijinkan dirinya berkorban demi anak akan lebih tegas dalam menerapkan aturan. Ibarat timbangan, ia sudah menaruh  50kg di bagian kehangatan. Sehingga ia tidak akan segan segan untuk menaruh 50kg dibagian kontrol agar keduanya seimbang.


Lantas, pengorbanan seperti apakah yang perlu dilakukan orangtua?

(Bersambung)

Jumat, 05 Mei 2017

Mengelola Rasa Marah (Bagian 2)

“Dengarkan” rasa marah anda dibandingkan mengekspresikannya
Rasa marah seringkali memberikan pelajaran untuk kita. Namun kenyataannya, jarang sekali marah bersifat konstruktif. Karena saat kita marah, kita membuat keputusan tidak berdasarkan rasionalitas. Cara yang paling konstruktif dalam mengendalikan rasa marah adalah membatasi diri kita sendiri untuk mengekspresikannya. Dan ketika kita sudah tenang, cobalah melakukan penelusuran dan coba menemukan ada apa dibalik rasa marah kita Terkadang jawabannya berkaitan dengan pola asuh yang kita terapkan. Kita perlu merubah cara pandang kita sebelum semuanya lepas kendali. Terkadang, kita marah karena pasangan kita tidak berperilaku sebagai partner dalam pengasuhan. Kadang jawabannya karena kita butuh istirahat lebih banyak. Atau kita hanya butuh berbicara dengan teman yang bisa menerima semua rasa kemarahan kita apa adanya. Kadang, jawabannya adalah kita tidak bisa mengendalikan rasa marah kita sehingga kita butuh terapis atau konselor.

Ingat bahwa mengekspresikan rasa marah anda terhadap orang lain justru akan memperkuat dan meningkatkan rasa marah tersebut
Penelitian menunjukan bahwa dengan mengekspresikan rasa marah kita, justru membuat rasa marah itu semakin kuat. Hal ini akan membuat seseorang merasa tersakiti, takut, marah, dan akan merusak hubungan antara kita dengan dia. Memikirkannya kembali di dalam pikiran kita selalu membuktikan kepada kita bahwa kita benar dan orang lain salah , yang justru membuat kita semakin marah. Yang perlu kita lakukan adalah bersikap tentang, kemudian cari cara yang konstruktif untuk melampiaskan rasa marah kita sehingga situasi bisa teratasi, dan kitapun sudah tidak terpancing rasa marah lagi.


Bersabar sebelum memberikan hukuman
Ketika kita marah, berkatalah sesedikit mungkin sampai kita merasa tentang. Katakan, “saya butuh tentang sebelum saya mengobrol tentang ini”. ambil waktu 10 menit untuk menenangkan pikiran anda. Jika anda masih belum bisa, maka katakanlah bahwa anda akan memikirkannya dan akan membahasnya nanti.

Hindari hukuman fisik, apapun alasannya.
Memukul mungkin akan membuat anda merasa lebih baik karena mengurangi rasa marah anda. Tapi itu akan menyakiti anak anda dan membuat sisi sisi baik anda sebagai orangtua terlupakan oleh mereka. Memukul bisa melukai anak. Bahkan menyebabkan kematian. Oleh karena itu, lakukan apa yang perlu anda lakukan agar tidak memukul anak, termasuk keluar dari kamar. Jika anda sudah terlanjur melakukannya, maka berhentilah, minta maaflah kepada anak anda, katakan kepadanya bahwa memukul itu tidak bagus, lalu tenangkanlah diri anda.
  
Hindari mengancam
Ancaman yang dibuat saat kita sedang marah seringkali tidak rasional. Ancaman hanya kan efektif saat anda benar benar melakukannya ketika anak melanggar aturan. Jika tidak, hal ini hanya akan membuat anda kehilangan wibawa anda anak justru lebih sulit untuk menuruti permintaan anda.

Perhatikan nada bicara dan pilihan kata anda
Penelitian menunjukan semakin tenang kita berbicara, maka semakin tenang respon yang diberikan oleh lawan bicara kita. Sebaliknya, menggunakan kata kata kasar akan membuat kita dan lawan bicara semakin marah dan memperburuk situasi. Kita punya kekuatan untuk memilih apakah kita akan tenang atau marah dengan cara memilih nada bicara serta kata-kata yang kita gunakan.

Sadari bahwa anda bagian dari masalah
Jika anda bersikap terbuka terhadap pertumbuhan emosi, anak anda akan dapat selalu menunjukan dibagian mana anda perlu memperbaiki diri anda sendiri. Anak anda mungkin akan bertingkah seolah olah ia memberikan beban kepada kita, tapi kita perlu ingat bahwa kita bukanlah korban. Cobalah kelola emosi anda terlebih dahulu. Anak anda tidak mungkin menjadi baik seperti malaikat dalam sehari. Tapi perilakunya yang berlebihan akan perlahan berkurang ketika anda mencoba untuk tenang.

Jika anda seringkali berjuang dengan sangat keras untuk mengatasi rasa marah anda, maka carilah konselor untuk membantu anda.
Jangan malu untuk meminta bantuan. Karena tanggung jawab anda sebagai orangtua adalah untuk tidak menyakiti anak anda, baik secara fisik maupun mental.



Sumber:
Markham, L. 2012. Peaceful Parent, Happy Kids (How To Stop Yelling and Start Connecting). New York: Penguin Group.

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...