Sabtu, 13 Mei 2017

Review buku: Tips merubah rasa marah menjadi perasaan tenang dalam waktu 3 menit

Review buku: Tips merubah rasa marah menjadi perasaan tenang dalam waktu 3 menit

"Dr. laura, anda mengatakan bahwa cara agar kita tidak berteriak kepada anak kita adalah dengan menunggu kita menjadi tenang, kemudian baru berkomunikasi lagi dengan anak. Tapi ketika saya sedang marah, saya tidak bisa menjadi tenang dengan sangat cepat. Butuh waktu sekitar satu jam untuk menenangkan diri saya. Sementara anak saya sedang melakukan sesuatu yg salah dan saya perlu membereskannya" -jen, ibu satu anak-

Proses,"stop, turunkan rasa marah, dan bernafas" mengasumsikan bahwa kita bisa menjadi tenang secara cepat. Tapi ketika tubuh kita berada dalam kondisi "fight or flight", maka kita seolah olah mengatakan kepada otak kita bahwa kita perlu menyerang. Anak kita terlihat sebagai musuh, dan kita merasa urgent untuk meluruskan perilaku anak kita.

Tapi sesungguhnya, kita tidak perlu waktu 1 jam untuk menenangkan tubuh kita, kecuali kita bertemu dengan harimau. Serius. Apapun yg dilakukan oleh anak kita, itu bukanlah sesuatu yang tergolong darurat. Jika kita butuh lebih dari beberapa menit untuk menenangkan diri kita, itu karena kita tidak mengatakan kepada tubuh kita bahwa kita mengaktifkan alarm yg salah. Sehingga tubuh kita masih dalam kondisi "fight or flight". Dan pikiran kita masih dalam kondisi kita siap berperang, sehingga kita butuh waktu satu jam untuk menenangkannya.

Apapun yg anak anda telah lakukan, kita akan berperilaku lebih konstruktif jika kita berada dalam kondisi tenang. Ini adalah 3 menit yg perlu anda lakukan untuk menenangkan rasa marah anda:

Menit pertama: apa pikiran yang membuat anda marah:
1.Katakan secara perlahan kepada diri anda. Mungkin sesuatu seperti ini," dia tidak menghormati saya sebagai orangtuanya," atau "dia memanipulasi saya".

2.Jika kita perhatikan, maka kita bisa menyadari bahwa pikiran pikiran tersebut datang dari rasa takut anda. Jadi, interpretasi ini bukan berasal dari perasaan cinta.


Menit kedua: sadari bahwa selalu ada sisi lain dari setiap cerita
1.pikirkanlah bahwa orangtua anda juga pernah memiliki pikiran yg sama dg anda skrg, namun kini anda baik baik saja. Anak andapun sama seperti itu, akan baik baik saja

2.pikirkanlah situasinya dari sudut pandang anak anda. Misal," dia menunjukan kepada saya bagaimana jika dia marah... dia sedang mengekspresikan perasaanya".

3.Pikirkanlah tentang bagaimana pikiran marah anda mempengaruhi perilaku anda kepada anak. Jika anda melepaskan rasa marah itu, bagaimana anda merespon anak anda?

Menit ketiga: bantu tubuh anda untuk rileks
1.Tekanlah berulang ulang secara perlahan titik akupuntur di tepi tangan anda ketika anda bernafas dalam dalam (karate chop point)

2. Katakan hal ini secara perlahan ketika anda menekan titik tersebut,"walaupun saya marah, tapi saya aman. Saya tidak dalam kondisi darurat. Saya bisa menenangkan diri saya dan mengendalikan situasi ini"

3. Ketika anda merasa anda menguap, itu bagus. Artinya tubuh anda menjadi rileks. Semakin sering anda mempraktekan ini,  semakin cepat tubuh anda menjadi tenang.

Lalu, kembalilah ke anak anda dan mulailah dari perasaan cinta.
Apakah terlihat sulit? Ya. Karena ketika kita marah, kita sibuk dengan hormon hormon yang meminta kita untuk menyerang. Namun ketika kita membuka diri kita untuk melihat dari perspektif baru, maka kita akan melihat akar permasalahan yg membuat kita berteriak kepada anak.

Pahamilah, Setiap pikiran datang dari perasaan takut atau cinta. Maka pilihlah yang datang dari rasa cinta.

Sumber:

Markham, L. 2012. Peaceful Parent, Happy Kids (How To Stop Yelling and Start Connecting). New York: Penguin Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...