Jumat, 05 Mei 2017

Mengelola Rasa Marah (Bagian 2)

“Dengarkan” rasa marah anda dibandingkan mengekspresikannya
Rasa marah seringkali memberikan pelajaran untuk kita. Namun kenyataannya, jarang sekali marah bersifat konstruktif. Karena saat kita marah, kita membuat keputusan tidak berdasarkan rasionalitas. Cara yang paling konstruktif dalam mengendalikan rasa marah adalah membatasi diri kita sendiri untuk mengekspresikannya. Dan ketika kita sudah tenang, cobalah melakukan penelusuran dan coba menemukan ada apa dibalik rasa marah kita Terkadang jawabannya berkaitan dengan pola asuh yang kita terapkan. Kita perlu merubah cara pandang kita sebelum semuanya lepas kendali. Terkadang, kita marah karena pasangan kita tidak berperilaku sebagai partner dalam pengasuhan. Kadang jawabannya karena kita butuh istirahat lebih banyak. Atau kita hanya butuh berbicara dengan teman yang bisa menerima semua rasa kemarahan kita apa adanya. Kadang, jawabannya adalah kita tidak bisa mengendalikan rasa marah kita sehingga kita butuh terapis atau konselor.

Ingat bahwa mengekspresikan rasa marah anda terhadap orang lain justru akan memperkuat dan meningkatkan rasa marah tersebut
Penelitian menunjukan bahwa dengan mengekspresikan rasa marah kita, justru membuat rasa marah itu semakin kuat. Hal ini akan membuat seseorang merasa tersakiti, takut, marah, dan akan merusak hubungan antara kita dengan dia. Memikirkannya kembali di dalam pikiran kita selalu membuktikan kepada kita bahwa kita benar dan orang lain salah , yang justru membuat kita semakin marah. Yang perlu kita lakukan adalah bersikap tentang, kemudian cari cara yang konstruktif untuk melampiaskan rasa marah kita sehingga situasi bisa teratasi, dan kitapun sudah tidak terpancing rasa marah lagi.


Bersabar sebelum memberikan hukuman
Ketika kita marah, berkatalah sesedikit mungkin sampai kita merasa tentang. Katakan, “saya butuh tentang sebelum saya mengobrol tentang ini”. ambil waktu 10 menit untuk menenangkan pikiran anda. Jika anda masih belum bisa, maka katakanlah bahwa anda akan memikirkannya dan akan membahasnya nanti.

Hindari hukuman fisik, apapun alasannya.
Memukul mungkin akan membuat anda merasa lebih baik karena mengurangi rasa marah anda. Tapi itu akan menyakiti anak anda dan membuat sisi sisi baik anda sebagai orangtua terlupakan oleh mereka. Memukul bisa melukai anak. Bahkan menyebabkan kematian. Oleh karena itu, lakukan apa yang perlu anda lakukan agar tidak memukul anak, termasuk keluar dari kamar. Jika anda sudah terlanjur melakukannya, maka berhentilah, minta maaflah kepada anak anda, katakan kepadanya bahwa memukul itu tidak bagus, lalu tenangkanlah diri anda.
  
Hindari mengancam
Ancaman yang dibuat saat kita sedang marah seringkali tidak rasional. Ancaman hanya kan efektif saat anda benar benar melakukannya ketika anak melanggar aturan. Jika tidak, hal ini hanya akan membuat anda kehilangan wibawa anda anak justru lebih sulit untuk menuruti permintaan anda.

Perhatikan nada bicara dan pilihan kata anda
Penelitian menunjukan semakin tenang kita berbicara, maka semakin tenang respon yang diberikan oleh lawan bicara kita. Sebaliknya, menggunakan kata kata kasar akan membuat kita dan lawan bicara semakin marah dan memperburuk situasi. Kita punya kekuatan untuk memilih apakah kita akan tenang atau marah dengan cara memilih nada bicara serta kata-kata yang kita gunakan.

Sadari bahwa anda bagian dari masalah
Jika anda bersikap terbuka terhadap pertumbuhan emosi, anak anda akan dapat selalu menunjukan dibagian mana anda perlu memperbaiki diri anda sendiri. Anak anda mungkin akan bertingkah seolah olah ia memberikan beban kepada kita, tapi kita perlu ingat bahwa kita bukanlah korban. Cobalah kelola emosi anda terlebih dahulu. Anak anda tidak mungkin menjadi baik seperti malaikat dalam sehari. Tapi perilakunya yang berlebihan akan perlahan berkurang ketika anda mencoba untuk tenang.

Jika anda seringkali berjuang dengan sangat keras untuk mengatasi rasa marah anda, maka carilah konselor untuk membantu anda.
Jangan malu untuk meminta bantuan. Karena tanggung jawab anda sebagai orangtua adalah untuk tidak menyakiti anak anda, baik secara fisik maupun mental.



Sumber:
Markham, L. 2012. Peaceful Parent, Happy Kids (How To Stop Yelling and Start Connecting). New York: Penguin Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...