Selasa, 12 April 2022

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’?

Topi dan kacamata hitam?

Tikar dan rumput hijau membentang?

Healing?

Kalau begitu kita sama. Hehehe.

Namun, piknik yang akan saya ceritakan ini beda. Piknik ini adalah kegiatan salah satu komponen di Ibu Profesional yang bertujuan mencari dan menemukan ketua-ketua komponen yang baru. Atau kalau di masyarakat, kita mengenalnya dengan istilah Pemilu atau Pemilihan Umum. 

Gimana-gimana? Penasaran, kan?


Piknik, apaan sih?

Di Ibu Profesional, kegiatan-kegiatan yang serius dan menegangkan memang sering dikemas dengan sesuatu yang seru, seperti pemilihan para ketua komponen kali ini. Alih-alih penuh perdebatan dan suasana yang panas, Resource Center Ibu Profesisonal atau yang biasa kita sebut RCIP mengemas kegiatan ini dengan menyebutnya dengan 'Piknik'.


Bukan cuma sebutan kegiatannya saja yang unik, tapi visualisasi acaranya juga betul-betul dibuat seperti Piknik. Flyer-flyer yang disajikan penuh nuansa alam dan liburan. Ditambah lagi pengisi-pengisi acaranya memakai atribut-atribut piknik sehingga suasana piknik semakin terasa. Topi dan kaca mata hitam menjadi aksesoris yang sering dipakai ketika mensosialisasikan kegiatan ini.

Mba Uut, Sekjend Ibu Profesional,
sedang memperkenalkan tentang Piknik.
Sumber: FacebookGroup Ibu Profesional.


Di kegiatan ini, istilah-istilah lain yang digunakan juga kekinian. Misalnya ada istilah ‘bestie’ untuk panggilan para Leader Komponen, Sis Squad untuk pengurus, Makmin untuk maskot acara piknik, Gelar tikar untuk masa transfer knowledge dari pengurus, dan masih banyak lagi. Wah, beda banget sama pemilihan-pemilihan yang lain ya.


Berperan Aktif.

Di kegiatan piknik, pemilihan ketua komponen bisa dilakukan dari tiga jalur, yaitu jalur rekomendasi, jalur undangan, dan jalur mandiri. Untuk jalur mandiri, anggota perlu mendaftarkan diri sendiri untuk bisa menjadi kandidat.


Saat berbicara dengan 5 pengurus lainnya, saya sempat berpikir ada enggak ya yang mau ikutan jalur mandiri? Maklumlah ibu-ibu itu kan banyak kerjaannya. Ya ngurusin suami, ya ngurusin anak, ya mengasah passion. Kira-kira masih ada enggak ya waktu untuk ikut kegiatan ini.


Dari semua pertanyaan yang terbesit di benak saya, ternyata jawabannya ‘ada’. Dari obrolan sebentar tersebut, tiga orang kawan saya langsung mendaftar lewat jalur mandiri. Saya sempat kaget dan tidak percaya, tapi itulah yang terjadi. Dan beberapa hari kemudian, RCIP juga mengeluarkan info bahwa ada orang-orang yang juga mendaftar secara mandiri selain ketiga teman saya tersebut.

Infografis tentang Peserta Jalur Mandiri.
Sumber: Facegroup Ibu Profesional.

Melihat hal tersebut, saya jadi teringat tentang budaya berperan aktif di komunitas Ibu Profesional. Memang sejak awal saya bergabung di sini, budaya itu terasa kental sekali. Ketika ada tawaran untuk berkontribusi, maka para anggota akan bersemangat mengambil peran. Saya salut melihat semangat ini bisa terjaga sampai sekarang. 


Kerja Bersama.

Meski diselenggarakan oleh salah satu komponen, tapi kegiatan ini juga membuka kesempatan bagi anggota komponen lain untuk berpartisipasi. KLIP sendiri diajak untuk mengisi bagian copywriter. KLIP mengirimkan dua orang pengurus terbaiknya untuk bisa berpartisipasi dalam pemilhan raya ini.


Selain copywriter, ada juga posisi lainnya yang dibuka. Setidaknya ada empat posisi yang ditawarkan, yaitu ilustrator, desain, animator vidio dan vidiografer. Hal ini akan menjadi sebuah pembelajaran yang baik untuk para anggota di IP supaya bisa belajar lintas komponen. Program ini mengingatkan saya pada program Merdeka Belajar Kampus Merdeka dari Kemendikbud yang memperbolehkan mahasiswa untuk belajar lintas fakultas bahkan lintas Universitas demi bisa memperkaya pengetahuan dan wawasannya. Dan tentunya program ini juga bisa saling mengikat keakraban lintas komponen di dalam Ibu Profesional.


Penutup.

Itu dia cerita seru saya tentang piknik di Ibu Profesional. Saya sendiri sudah mengambil topi dan kaca mata hitam untuk ikutan. Kalau teman-teman?

Siap Piknik bareng Ibu Profesional.



Senin, 11 April 2022

Mengenal Sindrom Marfan

 

Mba Chusna adalah nama salah satu peserta bootcamp ibu Inklusif yang saya wawancara. Sejak membaca sekilah tentang perjalanan hidupnya, saya sudah menduga beliau ibu yang tangguh. Bagaimana tidak, beliau memiliki dua anak berkebutuhan khusus dengan jarak usia yang tidak terpaut jauh.


Saat pertama kali bercerita, suara beliau terdengar renyah dan menyenangkan. Ada getar keteguhan yang saya dengar di beberapa bagian saat beliau bercerita, terutama ketika menceritakan tentang kondisi anaknya. Saya sendiri mendengarkan dengan seksama dan ikut penasaran dengan keterbutuhan khusus anak sulung beliau. Dari ceritanya, diagnosa yang diberikan ke putrinya belum terlalu jelas. Hingga saat beliau ke Jogja, baru diketahui kalau anaknya menyandang Sindrom Marfan.


Mengenal Sindrom Marfan

Saya pribadi baru mendengar nama penyakit ini. Menurut Mba Chusna, sindrome marrfan merupakan duatu kelainan bawaan yang mempengaruhi jaringan ikat. Pasien dengan menyakit ini membutuhkan terapi dan treatmen selama hidupnya.

 

Gejala sindrom ini bisa dirasakan di hampir semua bagian tubuh. Hal ini disebabkan karena jaringan ikat sendiri berfungi sebagai penghubung antar jaringan dan organ tubuh, termasuk tulang manusia.


Pada anak sulung Mba Chusna, gejala ini sudah terlihat ketika anaknya masih berusia 18 bulan. Saat itu anaknya belum bisa jalan dan bicara. Selain itu, anaknya juga mengalami masalah pencernaan dan butuh pengobatan selama enam bulan lebih. Selain itu, usia tulangnya juga setengah dari usia biologisnya.


Kisah ibu dengan anak penyandang sindrom marfan

Perjalanan Mba Chusna sungguh membuat haru. Sampai sekarang, mba Chusna tetap perlu melakukan pengobatan medis bagi anak-anaknya. Namun, dari semua perjalanan tersebut, mba Chusna bertemu dengan konsep ‘tiga pilar’ sebagai support system anak berkebutuhan khusus. Konsep tersebut diperkenalkan oleh terapis kedua anaknya. 


Apa saja pilar-pilar tersebut? Ini dia penjelasannya:

Pilar pertama, orangtua. Pilar ini membangun lingkungan rumah yang mendukung proses kemandirian anak berkebutuhan khusus agar siap belajar bersama-sama teman non-difabel disekolahnya.

Pilar kedua, medis. Pilar ini memberikan bantuan dan arahan secara media kepada ABK. Baik dalam bentuk pengobatan, perawatan maupun perlakuan medis.

Pilar ketiga: sekolah inklusi. Pilar ini menyiapkan lingkungan belajar inklusif bagi ABK. Membantu dan mendukung mereka menekuni minat bakatnya agar bisa menjadi bekal untuk survive di masa depan.


Mba Chusna tidak hanya mempraktikan pilar-pilar ini di kehidupan pribadinya, tapi juga membagikan ilmu tersebut ke masyarakat. Salah satunya ketika beliau menjadi pemateri di Trancity Harmoni Ibu Profesional.

Mba Chusna ketika berbagi ilmu tentang tiga pilar
Sumber: Akun Instagram Chusna.ummusyifa


Penutup

Kisah lengkap tentang Mba Chusna ini ada di e-book yang akan dibagikan gratis saat launching tanggal 21 April nanti, InsyaAllah. Saya sendiri tidak sabar membaca cerita penulis-penulis lain yang juga para pejuang inklusif.


Sabtu, 09 April 2022

Wawancara dengan Penyandang Kanker Tiroid

 

Dua hari yang lalu saya berkesempatan mewawancarai seseorang yang inspiratif. Saya merasa terharu ketika pertama kali membaca ringkasan cerita kehidupan beliau. Begitu banyak lika-liku kehidupan yang sudah beliau lalui dan membuat mata berbinar-binar. Betul saja, baru sepuluh menit kami berbincang, air mata kami sudah tumpah. Rasa haru tidak bisa dibendung lagi.


Awal Cerita

Semua dimulai ketika saya dihubungi Mba Wulan. Beliau adalah panitia dari program Bootcamp Ibu Inklusif. Program ini merupakan program yang mengajak para ibu untuk lebih peduli terhadap isu-isu inklusifitas.

Pembukaan Bootcamp Duta Inklusif 2022.
Sumber: Instagram Ibu.Profesional.Official.

Mba Wulan mengajak Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) untuk berkolaborasi. Beliau bilang ada banyak sekali kisah haru yang dibagikan oleh para peserta di WhatsApp Group mereka. Sayang sekali kalau itu tidak dibagikan ke masyarakat. Hal ini membuat beliau meminta saya selaku ketua KLIP untuk membantunya.


Awalnya beliau meminta kami untuk membuat e-magazine. Lalu saya sampaikan kalau hal terbaik yang saya punya adalah membuat buku. Sayapun menawarkan beliau untuk membuat e-book kisah inspiratif. E-book ini nanti akan dibagikan secara gratis untuk bisa memperkenalkan inkulisiftas lebih luas lagi. 


Mba Wulan langsung setuju. Beliau bilang sebetulnya beliau juga sempat terpikir hal tersebut, tapi urung disampaikan karena khawatir akan merepotkan kami. Jadi beliau sangat senang sekali ketika saya menawarkan hal ini.


Singkat cerita, disampaikanlah niat kami ini kepada peserta. Lalu, terkumpulah 25 peserta yang luar biasa. Selanjutnya mereka diberi pilihan: menulis kisah sendiri atau diwawancara. Dari keseluruhan peserta, ada enam orang yang memilih diwawancara. Dari sinilah pertemua saya dengan sosok inspiratif itu bermula.


Kisah yang Haru.

Di waktu awal, beliau menuliskan ringkasan hidup yang akan kami tuliskan. Saat membacanya, saya merasa kehidupan beliau tidaklah mudah. Beliau menjadi anak yatim sejak SMP dan memiliki dua saudara penyandang down syndrome. Beliau juga hidup dengan keterbatasan ekonomi sehingga perlu berjuang keras untuk bisa melanjutkan pendidikan.


Saat kuliah, ibunya meninggal dan beliau yang menjadi kepala keluarga. Beliau menanggung hidup dua adik, satu nenek, dan dua saudaranya yang down syndrome. Bukan Cuma itu, beliau juga terkena penyakit hipertiroid dan didiagnosa kanker tiroid setahun setelahnya.


Sepanjang wawancara, beliau bilang kalau beliau sering sekali ada di ujung ajal. Rasa varian sakit yang ada di dunia ini rasanya sudah pernah beliau coba. Namun beliau tetap berpikiran positif dan melakukan apa yang bisa beliau lakukan untuk bisa bertahan hidup, salah satunya yaitu memperbaiki pola hidup sehat melalui makanan dan pikiran.


Beliau bilang ada hubungan antara pola makan dan pola pikiran. Ketika beliau mulai mengkonsumsi real food dan menghindari makanan kemasan, stres beliau mulai berkurang. Beliau juga lebih mampu berempati ke orang lain dan lebih sayang keluarga. Beliau juga mulai berubah dari yang tadinya minta dipahami oleh lingkungan, sekarang beliau yang memilih untuk lebih memahami orang-orang di sekitarnya. 


“Ternyata benar, kita perlu sehat dulu sebelum bisa menyehatkan orang lain,” begitu katanya sambil tertawa ringan.


Pola Hidup Sehat dan Ibu Profesional.

Momen saat beliau berkenalan dengan pola hidup sehat bersamaan dengan momen ketika beliau berkenalan dengan Ibu Profesional. Di komunitas ini, beliau juga semakin memantapkan passionnya di bidang hidup sehat. Beliau ikut berbagai kegiatan belajar tentang tema ini baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini membuat beliau berhasil mendapatkan sertifikat keahlian utama di Bunda Produktif beberapa waktu lalu.


Narasumber Pola Pikir dan Hidup Sehat Alami.
Sumber: Instagram Ibuprofesional_Bekasi

Bukan cuma itu, beliau juga berbinar ketika diamanahi sebagai penanggung jawab (PJ) kegiatan berkebun non-sampah. Beliau merasa senang karena ternyata meskipun kondisi beliau penuh penyakit, tapi beliau bisa bermanfaat untuk orang lain. Beliau juga cerita ada banyak manfaat yang beliau dapatkan dari komunitas ini. Berbagai ide kegiatan yang beliau dapatkan di komuntas juga beliau implementasikan di divisi kantornya sehingga divisi tersebut mendapat predikat sebagai divisi yang paling berpengaruh di perusahaannya.


Beliau bilang bahwa beliau ingin terus berbagi ke komunitas ini. Beliau menyadari bahwa hidup itu tidak hanya tentang ‘tangan di bawah’, tapi juga tentang berbagi dan melayani. Itu alasannya kenapa beliau selalu bersedia dan bersemangat untuk mengambil peran. Beliau berusaha menyesuaikan antara kondisi kesehatan beliau dengan jadwal di komunitas sehingga semuanya bisa terjaga.


Penutup

Kisah lengkap tentang beliau sudah saya tulis dan InsyaAllah akan dikumpulkan bersama puluhan kisah lainnya di e-book ‘Kisah Para Pejuang Inklusif.’ E-Book ini akan dilaunching bertepatan dengan hari Kartini pada tanggal 21 April 2022.  


Ada yang penasaran bagaimana kisah lengkap beliau? Nantikan ceritanya ya.


Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...