Selasa, 16 Januari 2018

Belajar Ketenangan Melalui Rumus “478”



Tahun kemarin saya belajar tentang meditasi. Alasannya karena saya merasa bahwa hidup tidak hanya belajar tentang berlari, namun juga belajar tentang bagaimana cara kita berhenti.
Sebagai ibu-ibu jaman now dengan segala macam aktivitasnya , saya memilih meditasi yang sifatnya sederhana, menyenangkan dan bisa membawa efek rileks. Setelah surfing kemana-mana, akhirnya saya bertemu dengan teknik relaxing meditation yang saya beri label “478”.
Kenapa saya memberi label itu? Karena rumus “478” ini berhubungan dengan proses dari meditasi yang saya lakukan. Tekniknya sangat sederhana. Saya hanya perlu duduk nyaman, menengadahkan kepala ke atas, dan memosisikan pundak saya serileks mungkin. Setelah itu, tarik nafas sebanyak 4 hitungan, tahan nafas sebanyak 7 hitungan, dan hembuskan nafas secara perlahan selama 8 hitungan. Lakukan ini hingga beberapa kali. Dan bagi saya, hal ini sangat membantu saya untuk merasa tenang.
Lalu saya berpikir, mengapa saya hanya diperbolehkan mengambil nafas selama 4 hitungan, lalu menahannya hingga 7 hitungan? 2 kali dari apa yang saya ambil? Dan terlebih lagi, saya perlu melepasnya secara perlahan-lahan hingga butuh 8 hitungan? Jadi perbandingan antara total saya mengambil nafas dengan menahan dan melepasnya sebanyak 1:4. Perbandingan yang terlihat tidak adil bukan? Tapi, kenapa itu membuat saya tenang?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut membawa saya ke alam refleksi lebih jauh. Sayapun berusaha menganalogikan rumus 478 dengan kehidupan sehari-hari. Jika dianalisa, proses pengambilan nafas ini seperti menuntut atau mendapatkan sesuatu dari. Lalu menahan nafas bisa diibaratkan dengan menahan diri dari apapun, baik dari rasa marah, rasa kesal, impulsive buying, dan segala hal yang sifatnya pemuasan diri. Lalu pelepasan nafas bisa dianalogikan dengan banyaknya kita memberi. Jika di analogikan dengan rumus 478, artinya untuk mendapatkan ketenangan, maka kita hanya perlu mendapatkan 4 hitungan, menahan diri sebanyak 7 hitungan, dan memberi atau melepas sebanyak 8 hitungan. Dengan kata lain, ketenangan akan kita dapatkan jika kita menuntut lebih sedikit dibandingkan menahan diri dan memberikan sesuatu kepada orang lain.
Saya sendiri sudah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Suprisingly, it really works for me. Ketika saya merasa sudah mendapatkan sesuatu, maka saya akan berpikir kalau ini saatnya saya menahan diri untuk sesuatu. Dan periodenya tentu lebih lama dibandingkan dengan apa yang saya dapatkan.
Untuk fase 8, saya punya 2 persepsi disana. Persepsi pertama adalah tentang memberi. Artinya dalam kehidupan, ketenangan akan kita dapatkan ketika kita lebih banyak memberi dibandingkan menuntut sesuatu dari lingkungan.
Versi kedua adalah tentang bagaimana cara melepas atau mengungkapkan keinginan. Saat saya belajar teknik melepas nafas selama 8 hitungan, artinya saya perlu melakukanya secara perlahan-lahan. Tidak terburu-buru. Begitupun dalam kehidupan sehari-hari. Ketika saya perlu melepas emosi-emosi negatif dalam diri saya, maka saya perlu melakukannya secara perlahan. Tidak terburu-buru dan meledak-ledak. Karena saya yakin setiap orang punya sisi negatif dan itu manusiawi. Hanya caranya saja yang perlu dipercantik agar emosi negatif itu justru membangun. Dan melepaskannya secara perlahan, adalah salah satu hal yang tepat menurut saya agar rasa tenang tetap kita dapatkan selama proses mengalirkan rasa negatif tersebut.
Well, itu dia sedikit tips dari saya. Selamat mencoba :)

2 komentar:

  1. Mbaaakkk,, sy setuju banget. Kita menjadi lebih tenang ketika kita menuntut lebih sedikit. Dan sy merasakan itu ❤

    BalasHapus
  2. Mbaaakkk,, sy setuju banget. Kita menjadi lebih tenang ketika kita menuntut lebih sedikit. Dan sy merasakan itu ❤

    BalasHapus

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...