Selasa, 02 Januari 2018

Optimalkan Aplikasi Teori Parenting dengan Tetap Meminta Bantuan Tuhan


Saat ini, teori parenting sangat mudah kita temukan. Berkat kemajuan teknologi, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengakses informasi-informasi penting seputar dunia pengasuhan anak.
.
Namun, seperti banyak hal lainnya, banyaknya teori parenting juga memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positifnya semakin banyak informasi yang bisa dimiliki para orangtua sehingga mereka bisa lebih tepat memperlakukan anaknya. Sisi negatifnya adalah, banyak orangtua yang terjebak dalam kondisi "optimisme tanpa kehadiran Tuhan".
.
Apa itu "optimisme tanpa kehadiran Tuhan"? Itu adalah istilah yang saya buat sendiri. Untuk menggambarkan suatu kondisi dimana seseorang merasa bahwa segalanya mungkin untuk dilakukan, namun tidak memperhitungkan adanya faktor campur tangan Tuhan. Kondisi ini bisa terjadi secara disengaja ataupun tidak. Ilustrasinya seperti cerita di bawah ini.
.
'Ada seseorang yang bereskperimen bahwa dia bisa mencegah malaikat maut mencabut nyawanya. Maka dia membuat serangkaian teknologi canggih untuk menutup segala lubang di penjuru rumahnya. Semuanya, hingga lubang terkecil sekalipun. Namun apa yang terjadi? Ternyata ia justru meninggal karena kehabisan oksigen. Ironis. Usahanya untuk mencegah kematian justru mengantarkannya pada kematian'.
.
Situasi ini, juga bisa terjadi dalam dunia parenting. Dengan banyaknya informasi sekarang, kita seolah-olah merasa bahwa kita bisa membentuk anak seperti apapun HANYA dengan menerapkan teori parenting. Misalnya:
.
~Mau anak mandiri? Seperti ini caranya.
~Mau anak punya kreatifitas tinggi? Oh pake alat ini, ini dan ini.
~Mau anak bisa menguasai banyak bahasa dalam usia muda? Ini dia langkah-langkahnya.
Dan berbagai contoh lainnya yang membawa para orangtua hadir dalam kondisi optimisme bahwa semuanya mungkin dilakukan.
.
Lalu apa yang kurang tepat?
Kondisi ini menjadi kurang tepat, jika kita mengabaikan faktor campur tangan Tuhan di dalamnya.
Bahwa sekuat apapun kita berusaha agar anak menjadi mandiri, jika Tuhan belum mengijinkan, maka itu tidak akan terjadi.
Bahwa sebanyak apapun alat yang kita gunakan untuk meningkatkan kreatifitas anak, jika Tuhan belum mengijinkan itu semua bisa membawa hasil  yang positif, maka itu tidak akan terjadi.
Bahwa sedetail apapun langkah-langkah yang sudah kita lakukan untuk membuat anak mampu menguasai berbagai macam bahasa, namun jika Tuhan belum mengijinkan itu berhasil, maka itu tidak akan terjadi.
.
Singkatnya, setiap manusia memang ditugaskan untuk berusaha, namun juga perlu diiringi dengan doa dan tawakal. Setiap manusia memang diwajibkan untuk berusaha, namun penting juga untuk menyadari bahwa dalam setiap prosesnya, ada campur tangan Tuhan yang memengaruhi. Ini penting untuk disadari karena usaha saja akan membuat manusia dekat dengan kesombongan. Dan kesombongan, adalah salah satu "penyakit hati" yang berbahaya.
.
Kenapa berbahaya? Karena kesombongan bisa membuat manusia sulit untuk bisa menerima rasa kecewa. Ia merasa bahwa setiap keberhasilan yang ia lakukan adalah karena semata-mata usahanya. Maka ketika ia gagal, iapun merasa bahwa itu karena dirinya sendiri. Dan tidak heran jika jaman sekarang, banyak kita temui orang-orang yang mengalami stress berlebihan karena secara sadar atau tidak, kesombongan ini mulai masuk ke dalam hatinya melalui usaha yang tidak diimbangi dengan doa dan tawakal. Kondisinya sama seperti ilustrasi yang saya ceritakan. Bukannya semakin menyukseskan, optimisme tanpa menghadirkan Tuhan justru membuat kita sesak karena kehabisan nafas.

.

  • Lalu, apakah kita tidak perlu belajar tentang teori parenting ini? 
    Perlu. Tentu  saja perlu. Tapi sekali lagi, imbangi segala prosesnya dengan menghadikan campur tangan Tuhan. Jadikanlah keseimbangan antara doa, usaha dan kepasrahan anda kepada Tuhan seperti hadirnya siang dan malam. Berusahalah semaksimal mungkin untuk mencari dan menerapkan teori parenting ini seakan-akan Tuhan tidak akan merubah keadaan anda selain melalui usaha anda. Yakinlah terhadap usaha anda seyakin anda meyakini bahwa siang hari itu terang. Namun, berdoalah dan berpasrahlah sepasrah-pasrahnya kepada Tuhan tentang hasilnya, seolah-olah segala usaha yang anda lakukan tidak akan berhasil jika Tuhan tidak mengijinkan. Jadikanlah doa dan kepasrahan ini seperti malam yang membuat anda tidak bisa melihat apa-apa kecuali dengan bantuan Tuhan.
    .
    Dengan melakukan keseimbangan ini, kita menjadikan segala hal yang terjadi di dunia pengasuhan anak, sebagai alasan kita untuk datang kepada Tuhan. Saat kita berhasil, kita akan berterima kasih kepada Tuhan dan menceritakan kegembiraan yang kita rasakan. Saat kita belum berhasil, maka kita jadikan peristiwa tersebut menjadi "topik pembicaraan" kita dengan Tuhan. Bertanya dengan mesra tentang apa dan mengapa proses ini belum diijinkan untuk berhasil. Belum maksimalkah usahanya? Kurang tepatkah caranya? Atau memang belum waktunya bagi Tuhan untuk membuatnya berhasil?
    .
    Jika dikaitkan dengan ilustrasi sebelumnya, keseimbangan antara doa, usaha, dan ikhtiar ini akan membuat  kita memiliki pelindung yang mencukupi untuk menghindari kita dari bahaya-bahaya, namun tetap memberikan kita pasokan oksigen untuk bernafas. Dan lebih jauh lagi, hal ini insyaAllah akan menjauhkan kita dari kesombongan.
    .
    Wallahu A'lam Bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...