Menurut penulis buku ini, ia banyak menemui keluarga yang
mengalami krisis ketika anak berada pada usia tertentu. Yang pertama adalah
saat anak berada di usia sekitar 13 bulan, yaitu saat dimana anak memasuki usia
balita dan mulai bisa tantrum. Pada titik ini, orangtua akan berusaha untuk
mencari strategi yang positif agar anak bisa tetap merasa aman dan orangtua tetap
bisa memberikan arahan, sambil meyakinkan anak bahwa orangtua tetap ada
disamping mereka. Menurut penulis buku ini, keluarga yang seperti ini adalah
keluarga yang menawarkan win-win
relationship, asalkan mereka tetap saling mendengarkan, menghindari
hukuman, dan berusaha menghindari keretakan. Keluarga yang seperti ini juga
diprediksi akan memiliki kedekatan dengan anak di sepanjang hidup mereka.
Lalu, bagaimana dengan keluarga yang memberikan hukuman
bagi anaknya? Menurut penulis buku ini, hal ini sama saja seperti mendorong
anak lebih menjauh dari orangtua dan justru membuat pengaruh orangtua berkurang
terhadap kehidupan anak tanpa mereka sadari. Menurut penulis buku ini, selama
orangtua menakut-nakuti anak dan menjalankan time out, anak akan mematuhi orangtua secara langsung. Tapi
keinginan mereka untuk mendengarkan orangtuanya akan semakin berkurang setiap
kali orangtua memberikan hukuman. Dan saat mereka berusia 5-6 tahun, saat
secara fisik mereka sudah terlalu besar untuk bisa dikontrol, maka sikap mereka
akan berubah menjadi pembangkang. Dan hal ini akan terus meningkat hingga usia
remaja, ketika seorang anak sudah bisa pergi keluar dari rumahnya untuk mencari
cinta di tempat-tempat yang salah, dan tanpa disadari, mereka justru menolak
perlindungan dari keluarganya.
Nah, menurut penulis buku ini, jika ada orangtua yang sudah
terlanjur menghukum anaknya, maka jadikanlah tulisan ini sebagai alarm. Setelah
itu, anak anda akan mencintai anda. Dan bahkan dalam kebanyakan waktu, mereka
akan mendengarkan orangtuanya. Dan tentu saja dalam beberapa tingkatan. Karena
anak dirancang untuk mencintai orangtuanya - bahkan jika orangtuanya telah
menyakitinya sekalipun. dan jika kita menghukum mereka, anak kita akan memiliki
bukti yang cukup bahwa kita tidak selalu ada disamping mereka. jadi, hukuman
akan mengurangi pengaruh orangtua terhadap anak dan akan mengikis kedekatan
kita terhadap anak, yang akan terlihat jelas ketika mereka menjadi dewasa dan
mulai tidak memiliki ketergantungan terhadap kita.
Lalu pertanyaannya adalah, apakah jika saya baru
menyadari sekarang, itu artinya sudah terlalu terlambat? Menurut penulis buku
ini, jawabannya tentu saja tidak. Orangtua akan selalu bisa memperkuat hubungan
dengan anaknya meskipun hubungan terasebut sudah rusak. Tapi tentu saja hal ini
membutuhkan kerja keras, niat yang tulus, dan rasa cinta yang besar.
Bagaimana cara
membuat hubungan yang mendalam dengan anak
Dalam buku ini, penulis mengajak pembaca untuk berasumsi
bahwa kita butuh memberikan waktu untuk menciptakan hubungan yang baik dengan
anak kita. Quality time adalah sebuah mitos, karena tidak ada tentang
keberpalingan dalam menciptakan sebuah kedekatan. Coba bayangkan jika kita
bekerja selama seharian dan tidak menghabiskan waktu sore kita bersama suami,
dan hal ini kita lakukan selama 6 bulan. Apakah suaim kita akan bisa terbuka
dengan kita? Penulis buku ini menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban “tidak”.
Kenapa? Karena dalam suatu hubungan, tidak ada kualitas jika tidak ada
kuantitas. Kita tidak bisa berharap memiliki hubungan yang baik dengan anak
kita jika kita seharian bekerja dan anak kita seharian bermain bersama teman,
gadget atau pengasuhnya. Jadi, meskipun kita merasa tertekan dengan pekerjaan
dan juga dengan kehidupan sehari-hari, jika kita ingin memiliki hubungan yang
dekat dengan anak kita, kita perlu menyediakan waktu luang – setiap hari –
untuk menciptakan kedekatan dengan anak.
Kita memperoleh kepercayaan anak kita melalui perilaku
kita sehari-hari: misalnya saat kita memenuhi janji untuk bisa bermain bersama
mereka, menjemput mereka tepat waktu, memahami mereka ketika mereka belum bisa
menjadi yang terbaik. Sebetulnya, kita tidak perlu melakukan sesuatu yang
spesial untuk membangun hubungan yang baik dengan anak kita. Kabar baik dan
sekaligus kabar buruknya adalah, setiap interaksi yang kita lakukan akan
mempengaruhi bagaimana hubungan kita dengan anak. Saat berbelanja bersama atau
saat mandi sekalipun bisa menjadi sama pentingnya seperti saat kita
mempersiapkan pesta ulangtahunnya. Bagaimana orangtua menghandle setiap tantangan
yang mereka hadapi akan menjadi satu batu bata yang yang dibutuhkan untuk
membangun pondasi hubungan antara orangtua dengan anak dan juga pondasi jiwa
mereka. karena sebagian besar hidup kita adalah tentang bagaimana kita mengatur
kegiatan sehari-hari kita bersama anak-anak, oleh karena itu penting bagi kita
untuk menjalani rutinitas kita dengan cara yang menyenangkan, penuh tawa dan
kehangatan dibandingkan hanya meminta anak mengerjakan jadwal harian mereka. Dan
bermain adalah cara yang paling mungkin dilakukan untuk mengurangi ketegangan
dan membangun kepercayaan dengan anak kita.
Namun sayangnya, kehidupan, dengan segala gangguan yang
tak terbatas dan juga perpisahan yang terjadi secara terus-menerus, selalu
memiliki cara untuk mengikis suatu hubungan. Pekerjaan, sekolah, rasa lelah,
dan tanggung jawab agar anak kita tetap mematuhi jadwal hariannya yang sibuk
membuat kita sulit menciptakan hubungan yang mendalam. Faktanya, bagi anak
kecil, saat-saat dimana perhatian orangtuanya berada di tempat lain selain
dirinya, itu diartikan sebagai suatu bentuk perpisahan. Itu alasannya kenapa
mereka sering bertingkah ketika orangtuanya mendapatkan telepon atau mulai memasak
makan malam. atau bahkan ketika orangtua meminta anaknya untuk mengerjakan
suatu tugas, dia mungkin akan melakukan hal-hal yang tetap membuat orangtuanya
memberikan perhatian.
Itu alasannya kenapa semua orangtua butuh terkoneksi
kembali dengan anak mereka, hanya untuk mengembalikan hubungan mereka yang
terkikis oleh perpisahan-perpisahan dan gangguan-gangguan yang normal terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Pengasuhan yang efektif hampir tidak mungkin
terjadi hingga koneksi yang positif antara orangtua dan anak kembali terbangun.
Jadi, berpikirlah bahwa hal ini merupakan suatu cara pencegahan sebelum suatu masalah
terjad di masa depan.
Orangtua biasanya menjadi tempat berlabuh dan juga kompas
bagi seorang anak. Ketika mereka terpisah dengan orangtuanya, mereka butuh
pengganti, jadi mereka mengorientasikan diri mereka pada orang-orang di sekitar
mereka seperti guru, pembimbing, gadget, atau teman sebaya. Jadi saat kita
mengembalikan fisik mereka ke dalam orbit kita, maka usahakanlah untuk
mengembalikan emosinya juga ke dalam orbit kita.
Sumber:
Markham, L. 2012. Peaceful Parent, Happy Kids (How
To Stop Yelling and Start Connecting). New York: Penguin Group.