Sabtu, 09 April 2022

Wawancara dengan Penyandang Kanker Tiroid

 

Dua hari yang lalu saya berkesempatan mewawancarai seseorang yang inspiratif. Saya merasa terharu ketika pertama kali membaca ringkasan cerita kehidupan beliau. Begitu banyak lika-liku kehidupan yang sudah beliau lalui dan membuat mata berbinar-binar. Betul saja, baru sepuluh menit kami berbincang, air mata kami sudah tumpah. Rasa haru tidak bisa dibendung lagi.


Awal Cerita

Semua dimulai ketika saya dihubungi Mba Wulan. Beliau adalah panitia dari program Bootcamp Ibu Inklusif. Program ini merupakan program yang mengajak para ibu untuk lebih peduli terhadap isu-isu inklusifitas.

Pembukaan Bootcamp Duta Inklusif 2022.
Sumber: Instagram Ibu.Profesional.Official.

Mba Wulan mengajak Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) untuk berkolaborasi. Beliau bilang ada banyak sekali kisah haru yang dibagikan oleh para peserta di WhatsApp Group mereka. Sayang sekali kalau itu tidak dibagikan ke masyarakat. Hal ini membuat beliau meminta saya selaku ketua KLIP untuk membantunya.


Awalnya beliau meminta kami untuk membuat e-magazine. Lalu saya sampaikan kalau hal terbaik yang saya punya adalah membuat buku. Sayapun menawarkan beliau untuk membuat e-book kisah inspiratif. E-book ini nanti akan dibagikan secara gratis untuk bisa memperkenalkan inkulisiftas lebih luas lagi. 


Mba Wulan langsung setuju. Beliau bilang sebetulnya beliau juga sempat terpikir hal tersebut, tapi urung disampaikan karena khawatir akan merepotkan kami. Jadi beliau sangat senang sekali ketika saya menawarkan hal ini.


Singkat cerita, disampaikanlah niat kami ini kepada peserta. Lalu, terkumpulah 25 peserta yang luar biasa. Selanjutnya mereka diberi pilihan: menulis kisah sendiri atau diwawancara. Dari keseluruhan peserta, ada enam orang yang memilih diwawancara. Dari sinilah pertemua saya dengan sosok inspiratif itu bermula.


Kisah yang Haru.

Di waktu awal, beliau menuliskan ringkasan hidup yang akan kami tuliskan. Saat membacanya, saya merasa kehidupan beliau tidaklah mudah. Beliau menjadi anak yatim sejak SMP dan memiliki dua saudara penyandang down syndrome. Beliau juga hidup dengan keterbatasan ekonomi sehingga perlu berjuang keras untuk bisa melanjutkan pendidikan.


Saat kuliah, ibunya meninggal dan beliau yang menjadi kepala keluarga. Beliau menanggung hidup dua adik, satu nenek, dan dua saudaranya yang down syndrome. Bukan Cuma itu, beliau juga terkena penyakit hipertiroid dan didiagnosa kanker tiroid setahun setelahnya.


Sepanjang wawancara, beliau bilang kalau beliau sering sekali ada di ujung ajal. Rasa varian sakit yang ada di dunia ini rasanya sudah pernah beliau coba. Namun beliau tetap berpikiran positif dan melakukan apa yang bisa beliau lakukan untuk bisa bertahan hidup, salah satunya yaitu memperbaiki pola hidup sehat melalui makanan dan pikiran.


Beliau bilang ada hubungan antara pola makan dan pola pikiran. Ketika beliau mulai mengkonsumsi real food dan menghindari makanan kemasan, stres beliau mulai berkurang. Beliau juga lebih mampu berempati ke orang lain dan lebih sayang keluarga. Beliau juga mulai berubah dari yang tadinya minta dipahami oleh lingkungan, sekarang beliau yang memilih untuk lebih memahami orang-orang di sekitarnya. 


“Ternyata benar, kita perlu sehat dulu sebelum bisa menyehatkan orang lain,” begitu katanya sambil tertawa ringan.


Pola Hidup Sehat dan Ibu Profesional.

Momen saat beliau berkenalan dengan pola hidup sehat bersamaan dengan momen ketika beliau berkenalan dengan Ibu Profesional. Di komunitas ini, beliau juga semakin memantapkan passionnya di bidang hidup sehat. Beliau ikut berbagai kegiatan belajar tentang tema ini baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini membuat beliau berhasil mendapatkan sertifikat keahlian utama di Bunda Produktif beberapa waktu lalu.


Narasumber Pola Pikir dan Hidup Sehat Alami.
Sumber: Instagram Ibuprofesional_Bekasi

Bukan cuma itu, beliau juga berbinar ketika diamanahi sebagai penanggung jawab (PJ) kegiatan berkebun non-sampah. Beliau merasa senang karena ternyata meskipun kondisi beliau penuh penyakit, tapi beliau bisa bermanfaat untuk orang lain. Beliau juga cerita ada banyak manfaat yang beliau dapatkan dari komunitas ini. Berbagai ide kegiatan yang beliau dapatkan di komuntas juga beliau implementasikan di divisi kantornya sehingga divisi tersebut mendapat predikat sebagai divisi yang paling berpengaruh di perusahaannya.


Beliau bilang bahwa beliau ingin terus berbagi ke komunitas ini. Beliau menyadari bahwa hidup itu tidak hanya tentang ‘tangan di bawah’, tapi juga tentang berbagi dan melayani. Itu alasannya kenapa beliau selalu bersedia dan bersemangat untuk mengambil peran. Beliau berusaha menyesuaikan antara kondisi kesehatan beliau dengan jadwal di komunitas sehingga semuanya bisa terjaga.


Penutup

Kisah lengkap tentang beliau sudah saya tulis dan InsyaAllah akan dikumpulkan bersama puluhan kisah lainnya di e-book ‘Kisah Para Pejuang Inklusif.’ E-Book ini akan dilaunching bertepatan dengan hari Kartini pada tanggal 21 April 2022.  


Ada yang penasaran bagaimana kisah lengkap beliau? Nantikan ceritanya ya.


2 komentar:

  1. Keren banget Mbak Wulan masih bisa berbagi dengan segala keterbatasannya. Terkadang keterbatasan malah bisa jadi energi untuk lebih fokus berbagi dalam bidang dikuasai.

    BalasHapus
  2. MasyaAllah. Keren memang beliau, Teh. Semangatnya juga menggebu-gebu.

    Btw nama narasumbernya Mba Devi. Mba Wulan ketua panitianya 😊

    BalasHapus

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...