Senin, 21 Mei 2018

Deklarasi sebagai Penulis

     Beberapa waktu lalu, saya diberi tugas untuk membuat deklarasi sebagai penulis dan diminta untuk memfotonya bersama beberapa otang terdekat. Dan inilah hasilnya. Taraaaaa






Jumat, 18 Mei 2018

Komunikasi pada Remaja


Oleh: Ernawati,. M.Psi., Psikolog.

Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Remaja adalah suatu periode  transisi dari masa anak-anak menuju  dewasa yang mengalami banyak perubahan seperti perubahan fisik, kognitif, sosial dan emosional (Santrock, 2007). Menurut Sarwono (2000), remaja dalam masyarakat Indonesia merupakan individu yang berada pada usia 11-24 tahun dan belum menikah.


Beberapa karakteristik masa remaja
1. Adanya perubahan fisik yang ditandai dengan masa pubertas

2. Mulai dapat berpikir secara abstrak

3. Mulai mampu berpikir logis : bisa menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah.

4. Berkembangnya pemikiran idealis: Remaja mulai berpikir tentang kondisi ideal sehingga sering mengkritik atau protes ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan pandangan  dirinya (Santrock, 2002).

5. Mengalami krisis identitas: di fase ini, mereka harus belajar menerima tanggung jawab-tanggung jawab yang baru dan harus menanggalkan sikap kekanak-kanakannya, namun di sisi lain mereka juga masih dianggap terlalu kanak-kanak untuk mengemban tanggung jawab-tanggung jawabnya. Hal ini yang membuat remaja mengalami apa yang dinamakan dengan ”krisis identitas” (Hurlock, 1980).

6. Adanya sifat egosentris remaja: kekurangmampuan remaja untuk melihat sesuatu dari cara pandang orang lain. Sigat egosentris ini memunculkan personal fabel (merasa dirinya unik dan tidak dapat terkalahkan) dan imagery audience (merasa semua orang memperhatikan dirinya)

7. Self esteem yang menurun atau merasa tidak berharga

Banyaknya perubahan pada fase remaja membuat remaja merasa ingin dimengerti dan diberikan kesempatan lebih luas untuk menunjukan kemandiriannya. Hal ini yang membuat kita sering mengalami kesulitan saat berkomunikasi dengan remaja. Untuk itu, dibutuhkan suatu bentuk komunikasi khusus yang bisa memfasilitasi kebutuhan tersebut, salah satunya yaitu komunikasi suportif.

Komunikasi suportif adalah suatu bentuk komunikasi yang tujuan utamanya untuk memahami individu yang dijadikan lawan bicara.  Pada komunikasi suportif, kita berusaha membuat percakapan menjadi penuh arti, melakukan active listening, mengeksplorasi serta memberikan apresiasi pada perbedaan pendapat yang terjadi (Servellen, 2009).

Ada beberapa langkah yang perlu kita lakukan dalam komunikasi supportif, yaitu:

1. Ucapkan kalimat deskriptif dibandingkan kalimat evaluatif
Komunikasi deskriptif adalah cara menyampaikan sesuatu tanpa adanya penilaian (Uripni et al., 2002). Pada kalimat deskriptif, kita hanya mengemukakan apa yang terjadi.

Contoh kalimat deskriptif:
-Kamu telat datang 20 menit
-Kamu melempar bola ke arah jendela sehingga jendelanya pecah

Contoh kalimat evaluatif:
-Kamu anak yang tidak pernah menepati janji
-Kamu tidak bisa melempar bola dengan baik sehingga jendelanya pecah

2. Lebih berorientasi pada pemecahan masalah dibandingkan usaha untuk mengontrol

Dalam komunikasi suportif, kita tidak mendiktekan pemecahan masalah, tapi mengajak remaja untuk bersama-sama menetapkan tujuan dan memutuskan cara mencapainya (Uripni et al., 2002). Selain itu, kita juga berusaha untuk lebih fokus terhadap kompetensi-kompetensi yang dimiliki remaja dan berusaha membantu mengarahkan kompetensi tersebut dalam pemecahan masalah.

Contoh kalimat yang berorientasi pada pemecahan masalah
"Sepertinya kita memiliki dua rencana kegiatan yang berbeda untuk malam ini. Ibu sudah membeli tiket untuk kita menonton. Sementara kamu sudah membuat janji dengan teman. Kira-kira, apa solusinya?"

Contoh kalimat yang mengontrol
"Ibu tahu kamu akan pergi ke rumah teman kamu malam ini. Tapi ibu sudah membelikan kamu tiket untuk menonton film. Kita akan pergi menonton malam ini.”

3. Mengutamakan Spontanitas dibandingkan strategi
Strategi adalah penggunaan trik atau manipulasi untuk memengaruhi orang lain. Orang yang menggunakan strategi memperlihatkan adanya motif tertentu di balik komunikasi yang dilakukan. Sedangkan, spontanitas memperlihatkan adanya sikap jujur dan tidak ada motif tertentu (Uripni et al., 2002).
Spontanitas ini juga meliputi adanya keterbukaan (self disclosure) dari pembicara sehingga respon-respon yang dihasilkan lebih spontan dan  komunikasi berjalan mengalir tanpa banyak jeda.


4. Bersikap Empati
Empati adalah usaha untuk memberikan perhatian terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain dan berusaha mencoba melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.

Cara untuk menunjukan empati kita kepada remaja adalah dengan menjadi seorang “pendengar yang aktif”. Ciri-ciri orang yang mendengarkan secara aktif adalah sebagai berikut:

- Menunjukkan respon bahwa ia sedang memperhatikan lawan bicara
Terdapat dua macam respon yang memperlihatkan bahwa seseorang sedang memperhatikan lawan bicara, yaitu dengan cara memberikan respon verbal dan nonverbal. Respon verbal dapat ditunjukkan dengan mengatakan, “Hm...”, atau,“Hu uh…” ketika remaja sedang berbicara. Sedangkan, respon nonverbal dapat diperlihatkan dengan cara menganggukkan kepala atau menatap lawan bicara.

-Melakukan Klarifikasi

-Melakukan refleksi
Refleksi adalah respon yang dilakukan untuk mengembalikan kembali pesan yang disampaikan dengan cara mengatakan apa yang pendengar pahami dan terima dari pesan yang disampaikan.


-Menyimpulkan pembicaraan

5. Utamakan kesetaraan dibandingkan Superioritas
Superior artinya menunjukan bahwa posisi kita lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain. Sedangkan, kesetaraan adalah sikap di mana kita memperlakukan orang lain secara horizontal dan memiliki kesediaan untuk menerima masukan dari lawan bicara (Uripni et al., 2002).

Adanya kesetaraan ini penting diberlakukan pada remaja karena di masa ini remaja mulai mencoba untuk menunjukkan kemampuannya. Mereka mulai ingin menunjukkan bahwa mereka bisa mengatur diri mereka sendiri dan mulai mencari kebebasan dari orangtuanya. Dengan arahan yang tepat, adanya keinginan untuk mendapatkan kesetaraan ini akan berkembang menjadi kemandirian pribadi di masa depan kelak (Nelsen & Lott, 2012).

Contoh pernyataan kesetaraan: "Ibu mengerti bahwa kamu mempedulikan keputusan ibu,” ketika seorang anak bertanya tentang salah satu keputusan ibunya.

Contoh pernyataan superioritas: “Beraninya kamu mempertanyakan tentang keputusan ibu!”, atau “Tahu apa kamu anak kecil?”
6. Memberikan beberapa alternatif pilihan


Manfaat komunikasi yang baik:
1. Terpenuhinya kebutuhan remaja untuk merasa diperhatikan dan dihargai oleh orangtuanya (Duvall, 1977).
2. Remaja memiliki teladan atau role model yang tepat dalam berkomunikasi
3. Remaja mendapatkan rasa aman
4. Meningkatkan kepatuhan dan rasa percaya remaja pada orangtua.

Riesch, S.K,et.al (2003) merangkum beberapa penelitian yang menunjukan tentang pengaruh positif dari komunikasi yang terbuka antara remaja dengan orangtua, yaitu:
1. Meningkatnya prestasi remaja di sekolah
2. Meningkatnya self-esteem
3. Meningkatnya kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan hidup yang sulit
4. Adanya kematangan moral
5. Adanya peran aktif remaja dalam mengatasi stress
6. Meningkatnya kemampuan dalam mengekspresikan pendapat
7. Meningkatnya kemampuan dalam beradaptasi
Sebaliknya, beberapa penelitian memperlihatkan komunikasi yang tertutup antara orangtua dan remaja berkaitan dengan perilaku-perilaku remaja yang mengganggu seperti kenakalan, kehamilan dini, perilaku menyakiti diri sendiri, melawan, adanya percobaan penggunakan alkohol dan obat-obatan terlarang, dan berbagai perilaku negatif lainnya  (Riesch, S.K,et.al , 2003; Barrieau, L.E, 2009).



Sumber:

- Barrieau, L.E. 2009. The Influence of Mother-Child Communication and Relationship Factors in Promoting Healthy Development in High-Risk Children. Canada: Thesis in The Department of Psychology at Concordia University. Melalui <http://spectrum.library.concordia.ca/976479/1/MR67124.pdf>

- Duvall, E.M. 1977. Marriage and Family Development (5th ed). New York: Harper & Row Publishers.

-Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

-Nelsen, J & Lott, L. 2012. Positive Discipline for Teenagers 3rd edition. New York: Three Rivers Press.

-Riesch, S.K., Anderson, L. S., & Krueger, H. A. (2006). Parent-Child Communication Processes: Preventing Children’s Health Risk Behavior. Journal of the Society of Pediatric Nurses, 11(1), 41-56.

-Santrock, J.W. 2002. Life Span Development I (5th ed).  Jakarta: Penerbit Erlangga

-Santrock, J.W. 2007. Adolesence (11th ed).  New York: McGraw Hill Companies.

-Sarwono, S.W. 2000. Psikologi Remaja. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada.

-Servellen, G.M.V. 2009. Communication Skill for The Health Care Professional: Concept, Practice, and Evidence 2nd Edition. United States of America: Jones and Bartlett Publisher, LLC.
-Uripni, C.L, Sujianto, U., Indrawati, T. 2002. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keterangan: Materi ini dibuat sebagai materi siaran di radio Mujahiddin FM tanggal 2 Mei 2018

DONGENG DITINJAU DARI SEGI PSIKOLOGIS


Oleh: Ernawati, M. Psi., Psikolog

*Apa itu dongeng?*
Dongeng adalah cerita khayalan, baik itu yang bersifat tertuis maupun secara lisan dan biasanya disampaikan secara turun-temurun (Ardini, P..P, 2012)

*Apa manfaat dari dongeng?*
Di Indonesia sendiri, banyak penelitian dan literatur yang menunjukan dampak positif dari dongeng terhadap anak(Ardini, P..P, 2012) . Beberapa manfaat tersebut diantaranya:
🌟Mengembangkan daya imajinasi anak
🌟Meningkatkan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini
🌟Menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai moral dalam diri anak
🌟Sebagai salah satu media penghibur dan menyembuh luka psikologi anak
🌟Membentuk karakter positif dalam diri anak
🌟Meningkatkan konsentrasi
🌟Meningkatkan rasa ingin tahu
🌟Menumbuhkan dan mengembangkan minat baca pada anak
🌟Merekatkan dan menghangatkan hubungan antara orangtua dan anak

*Siapa saja yang bisa mendongeng? *
Pada dasarnya setiap orang adalah seorang pencerita dan seorang pendengar. Hampir setiap hari kita akan bercerita atau mendengar cerita orang lain, baik itu tentang pengalaman sehari-hari maupun tentang suatu kisah tertentu. Hal ini yang membuat setiap orang pada dasarnya berpotensi menjadi pendongeng.

*Kapan dan dimana tempat terbaik untuk mendongeng?*
Mendongeng bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Saya pribadi biasa menggunakan dongeng atau cerita ketika anak sedang berada di tempat umum atau pada situasi dimana anak diharapkan bisa duduk tenang, misalnya ketika di kendaraan.

*Bagaimana Caranya untuk Bercerita Secara Efektif?*
💡Yakinlah bahwa setiap orang adalah pencerita
Ketika bercerita, rasa percaya diri itu penting. Karena hal ini yang membuat kita bisa antusias ketika bercerita. Kita bisa mendapatkan rasa percaya diri tersebut dengan cara meyakini bahwa pada dasarnya setiap orang adalah pencerita.
💡Fokuslah pada antusias diri sendiri dibandingkan memusingkan teknik mendongeng
Ketika kita bercerita dengan antusias, maka cerita akan terasa lebih hidup dan para pendengar akan lebih tertarik untuk memperhatikan. Untuk itu, utamakanlah membangun rasa antusias dibandingkan sibuk memikirkan tentang teknik mendongeng. Membangun rasa antuasias bisa dimulai dari memilih cerita yang anda sukai sehingga kitapun enjoy dalam bercerita.
💡Gunakan Kecerdasan, Integritas dan Etika
Ketika kita bercerita, pada dasarnya kita juga menggunakan aspek-aspek kecerdasan seperti kemampuan untuk fokus, fleksibititas berpikir, kemampuan untuk mengingat, dan sebagainya. Sebuah cerita juga akan lebibh efektif jika kita menyerahkan seluruh intergritas kita sehingga kita lebih sungguh-sungguh dalam membawakannya. Selain itu, meskipun cerita bersifat fleksibel, namun ada nilai-nila yang perlu dipertanggungjawabkan. Usahakan hanya menceritakan sesuatu yang membawa dampak positif bagi anak.
💡Sesuaikan Cerita anda Dengan Karakteristik Pendengar dan Karakteristik Diri Kita sendiri
Ada tiga elemen dasar ketika kita bercerita, yaitu pencerita, cerita, dan pendengar itu sendiri. Suatu cerita akan sukses dibawakan jika ketiga elemen ini saling cocok. Misalnya cerita yang dibawakan sesuai dengan usia anak. Atau cerita yang dibawakan sesuai dengan minat dari si pencerita sehingga ia antusias ketika menceritakannya.
💡Buatlah Cerita Terasa Nyata,
Misalnya dengan menceritakan tempat atau karakter secara detail. Atau mengutarakan dialog sesuai dengan emosi yang dialami si tokoh (memperlihatkan ekspresi menangis ketika tokoh dalam cerita di kisahkan sedang menangis.
💡Buatlah outline atau garis besar dari cerita
Biasanya outline ini terdiri dari hikmah yang ingin kita sampaikan, apa langkah-langkah atau proses yang peru dilakukan untuk dapat menyampaikan hikmah tersebut, apa konflik utama dalam cerita, bagaimana karakter tokoh dalam cerita, dan bagaimana kesesuaian antara karakter tokoh dengan hikmah yang ingin disampaikan dan karakter dari pendengar itu sendiri
💡Cobalah untuk melakukan role play kepada diri sendiri
Sebelum menceritakan kepada anak, kita bisa melatih diri kita sendiri di hadapan cermin agar bisa merasakan secara langsung bagaimana cerita yang kita bawakan
💡Cobalah bercerita kepada orang lain
Sebelum bercerita kepada anak, kita juga bisa mencoba untuk bercerita kepada orang lain untuk mendapatkan masukan
Observasi lah pendengar kita.
💡Saat mendongeng, kita bisa mengamati bagaimana sikap dan perilaku pendengar kita seperti saat kapan saja mereka kehilangan fokus, saat kapan saja mereka bisa fokus memperhatikan, bagaimana kontak mata mereka, bagaimana bahasa tubuh mereka, dan sebagainya.
💡Bersifatlah fleksibel. Cerita yang kita bawakan tidak perlu sama persis seperti cerita yang kita baca. Saat prakteknya, kita diperbolehkan melakukan improvisasi dengan syarat tidak merubah inti cerita.

*Tips mendongeng berdasakan usia*

*Usia 0-2 tahun*
🔖Karakteristik
✔ Masa bayi adalah masa dasar: suatu periode dimana banyak pola perilaku, sikap dan pola ekspresi terbentuk
✔ Rentang fokus terbatas
✔ Baru bisa menyerap informasi sederhana
✔ Stimulasi terbaik melalui panca indera

🌟Kebutuhan utama: Kasih sayang, kelembutan, perawatan fisik, kelekatan emosi (terutama dengan ibu)

❔Tips mendongeng di usia ini
💡Sebagai masa dasar, pilihlah tema-tema cerita yang menurut anda dan pasangan anda penting sebagai nilai-nilai pondasi dasar  kehidupan anak. Misal tema tentang kebaikan, agama, dan lain-lain. Tentu saja tema-tema tersebut diceritakan dengan menggunakan kalimat yg sederhana dan mudah dipahami
💡Utamakan tujuan mendongeng sebagai salah satu media untuk membangun kelekatan emosi dengan anak
💡Gunakan intonasi suara yang lembut
💡Usahakan durasi tidak terlalu panjang (kurang lebih 5 menit)

*Usia 2-6 tahun*
🔖Karakteristik
✔ Anak senang bereksplorasi, baik secara fisik (memanjat, berlari, membongkar barang), maupun secara mental (pura-pura menangis)
✔Kreatifitas sedang berkembang pesat
✔Usia peniru
✔ Mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan saat usia sekolah (6-11 tahun): misal cara berkomunikasi, cara mengungkapkan emosi, dan sebagainya.
✔Usia bermain: hampir seluruh waktunya digunakan untuk bermain dan bagi anak usia ini bermain adalah aktifitas yang serius.
✔Usia mengundang masalah/usia sulit. Saat anak dibawah 0-2 tahun, kegiatan pengasuhan sebagian besar berpusat pada perawatan fisik. Sedangkan pada usia ini, anak sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik sehingga mulai memunculkan beberapa perilaku yang dianggap menyulitkan oleh orangtua seperti perilaku tidak patuh, keras kepala dan memberontak.

🌟Kebutuhan utama: Dapat bereksplorasi dengan aman, baik secara fisik maupun secara mental

❔Tips mendongeng di usia ini
💡Gunakan variasi properti (misal buku, boneka, dsb)
💡Durasi cerita lebih panjang dari usia sebelumnya
💡Libatkan anak ketika bercerita. Misal ketika kita sedang mengekspresikan orang yang sedang menangis, anak bisa dilibatkan dengan cara memintanya untuk meniru ekspresi menangis

*Usia 6-11 Tahun*
🔖Karakteristik
✔ Usia tidak rapih (misal: kamar berantakan)
✔ Usia sekolah dasar
✔ Periode kritis dalam dorongan berprestasi: biasanya pola dorongan berprestasi pada masa ini akan menetap dikemudian hari. Misalnya ketika anak pada usia ini memiliki dorongan berprestasi yang besar dari dalam dirinya, maka diusia-usia selanjutnya iapun akan memiliki dorongan berprestasi yang besar pula. Begitulun sebaliknya
✔ Usia berkelompok (sudah mulai senang berkawan)
✔ Luasnya minat dan Kegiatan bermain
✔ Kreatifitas sudah bisa dituangkan dalam bentuk yang lebih real (misal membuat cerita atau karya tertentu)

🌟Kebutuhan utama: Aktifitas yang beragam

❔Tips mendongeng di usia ini
💡Pilih cerita yang menjadi isu utama dalam periode ini. Misalnya tentang persahabatan, manfaat hidup rapih, atau kisah-kisah tentang manfaat kerja keras agar bisa mengoptimalisasi dorongan berprestasi yang sedang menjadi periode kritis di masa ini
💡Sesekali mintalah anak untuk membuat cerita atau menyelenggarakan sendiri dongengnya
💡Perbanyak ragam dan metode bercerita

*Usia Remaja (12 tahun ke atas)*
🔖Karakteristik
✔ Adanya perubahan fisik yang ditandai dengan masa pubertas
✔Mulai dapat berpikir secara abstrak
✔Mulai mampu berpikir logis : bisa menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah.
✔Berkembangnya pemikiran idealis: Remaja mulai berpikir tentang kondisi ideal sehingga sering mengkritik atau protes ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan pandangan  dirinya.
✔Mengalami krisis identitas: mulai bertanya siapa saya, kenapa saya ada disini, dan sebagainya.
✔Adanya sifat egosentris remaja: kekurangmampuan remaja untuk melihat sesuatu dari cara pandang orang lain. Sifat egosentris ini memunculkan personal fabel (merasa dirinya unik dan tidak dapat terkalahkan) dan imagery audience (merasa semua orang memperhatikan dirinya)
✔Self esteem yang menurun

🌟Kebutuhan utama: dimengerti kondisi emosinya dan diberikan kesempatan untuk menunjukan kemandiriannya.

❔Tips mendongeng di usia ini
💡Tidak menggurui
💡Tema yang diangkat seputar kejadian-kejadian yang menjadi trend saat itu
💡Dongeng atau cerita bisa dijadikan sebagai sarana untuk mengetahui kondisi emosi remaja. Misal dengan cara bermain "lanjut cerita" dimana kita menceritakan sebuah kondisi dan meminta anak melanjutkan ceritanya.
💡Dongeng atau cerita juga bisa dijadikan sarana untuk memberikan insight tentang penyelesaian masalah yang sedanh dialami remaja.

Tips tambahan dari pengalaman pribadi
🌻Ketika pagi atau siang hari, biasanya saya bercerita dengan menggunakan alat peraga, misalnya buku, boneka, mainan, dan sebagainya. Tujuannya sebagai salah satu stimulus bagi sensori anak. Diharapkan hal ini bisa menambah pengalaman dan pengetahuan mereka.
Namun saat malam hari, saya memilih untuk tidak menggunakan alat peraga. Saya menjadikan diri saya satu-satunya pusat perhatian. Karena dongeng saat malam hari memang saya tujukan untuk membangun kelekatan emosi antara saya dengan anak-anak.
🌻Bagi para orangtua yang tidak mau menceritakan kisah-kisah dongeng karena khawatir mengajarkan kebohongan (misalnya bercerita tentang peri, pohon yang bisa berbicara, dsb), bisa memilih cerita-cerita agama yang berkisah tentang keajaiban atau sesuatu yang di luar realita. Misalnya dalam kisah tentang Mukjizat para Nabi. Hal ini baik untuk menanamkan imaji positif kepada anak tentang betapa hebatnya Tuhan yang bisa melakukan apapun, termasuk hal-hal yang diluar kenyataan. Selain itu, hal ini juga bagus untuk membuat anak tidak putus asa jika menghadapi kegagalan karena semua hal mungkin terjadi jika Tuhan mengijinkan seperti yang ada di kisah-kisah para Nabi dan Rasul.

Sumber:
1. Ardini, P.P. 2012. Pengaruh Dongeng dan Komunikasi terhadap perkembangan moral anak usia 7-8 tahun.jurnal pendidikan anak, volume 1 , edisi 1, Juni 2012. Sumber : https://journal.uny.ac.id>jpa>download
2. Burns, G.W. 2005. 101 Healing Stories for Kids and Teens (Using Metaphors in Therapy). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
3. Eades, J.M.F. 2006. Classroom Tales: Using Storytelling to Build Emotional, Social and Academic Skills across the Primary Curriculum. London: Jessica Kingsley Publisher.
4. Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
5. Santrock, J.W. 2002. Life Span Development I (5th ed).  Jakarta: Penerbit Erlangga
 
Catatan: Materi ini pernah dibagikan dalam kulwap tentang mendongeng yang dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2018

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...