Jumat, 18 Mei 2018

DONGENG DITINJAU DARI SEGI PSIKOLOGIS


Oleh: Ernawati, M. Psi., Psikolog

*Apa itu dongeng?*
Dongeng adalah cerita khayalan, baik itu yang bersifat tertuis maupun secara lisan dan biasanya disampaikan secara turun-temurun (Ardini, P..P, 2012)

*Apa manfaat dari dongeng?*
Di Indonesia sendiri, banyak penelitian dan literatur yang menunjukan dampak positif dari dongeng terhadap anak(Ardini, P..P, 2012) . Beberapa manfaat tersebut diantaranya:
🌟Mengembangkan daya imajinasi anak
🌟Meningkatkan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini
🌟Menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai moral dalam diri anak
🌟Sebagai salah satu media penghibur dan menyembuh luka psikologi anak
🌟Membentuk karakter positif dalam diri anak
🌟Meningkatkan konsentrasi
🌟Meningkatkan rasa ingin tahu
🌟Menumbuhkan dan mengembangkan minat baca pada anak
🌟Merekatkan dan menghangatkan hubungan antara orangtua dan anak

*Siapa saja yang bisa mendongeng? *
Pada dasarnya setiap orang adalah seorang pencerita dan seorang pendengar. Hampir setiap hari kita akan bercerita atau mendengar cerita orang lain, baik itu tentang pengalaman sehari-hari maupun tentang suatu kisah tertentu. Hal ini yang membuat setiap orang pada dasarnya berpotensi menjadi pendongeng.

*Kapan dan dimana tempat terbaik untuk mendongeng?*
Mendongeng bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Saya pribadi biasa menggunakan dongeng atau cerita ketika anak sedang berada di tempat umum atau pada situasi dimana anak diharapkan bisa duduk tenang, misalnya ketika di kendaraan.

*Bagaimana Caranya untuk Bercerita Secara Efektif?*
💡Yakinlah bahwa setiap orang adalah pencerita
Ketika bercerita, rasa percaya diri itu penting. Karena hal ini yang membuat kita bisa antusias ketika bercerita. Kita bisa mendapatkan rasa percaya diri tersebut dengan cara meyakini bahwa pada dasarnya setiap orang adalah pencerita.
💡Fokuslah pada antusias diri sendiri dibandingkan memusingkan teknik mendongeng
Ketika kita bercerita dengan antusias, maka cerita akan terasa lebih hidup dan para pendengar akan lebih tertarik untuk memperhatikan. Untuk itu, utamakanlah membangun rasa antusias dibandingkan sibuk memikirkan tentang teknik mendongeng. Membangun rasa antuasias bisa dimulai dari memilih cerita yang anda sukai sehingga kitapun enjoy dalam bercerita.
💡Gunakan Kecerdasan, Integritas dan Etika
Ketika kita bercerita, pada dasarnya kita juga menggunakan aspek-aspek kecerdasan seperti kemampuan untuk fokus, fleksibititas berpikir, kemampuan untuk mengingat, dan sebagainya. Sebuah cerita juga akan lebibh efektif jika kita menyerahkan seluruh intergritas kita sehingga kita lebih sungguh-sungguh dalam membawakannya. Selain itu, meskipun cerita bersifat fleksibel, namun ada nilai-nila yang perlu dipertanggungjawabkan. Usahakan hanya menceritakan sesuatu yang membawa dampak positif bagi anak.
💡Sesuaikan Cerita anda Dengan Karakteristik Pendengar dan Karakteristik Diri Kita sendiri
Ada tiga elemen dasar ketika kita bercerita, yaitu pencerita, cerita, dan pendengar itu sendiri. Suatu cerita akan sukses dibawakan jika ketiga elemen ini saling cocok. Misalnya cerita yang dibawakan sesuai dengan usia anak. Atau cerita yang dibawakan sesuai dengan minat dari si pencerita sehingga ia antusias ketika menceritakannya.
💡Buatlah Cerita Terasa Nyata,
Misalnya dengan menceritakan tempat atau karakter secara detail. Atau mengutarakan dialog sesuai dengan emosi yang dialami si tokoh (memperlihatkan ekspresi menangis ketika tokoh dalam cerita di kisahkan sedang menangis.
💡Buatlah outline atau garis besar dari cerita
Biasanya outline ini terdiri dari hikmah yang ingin kita sampaikan, apa langkah-langkah atau proses yang peru dilakukan untuk dapat menyampaikan hikmah tersebut, apa konflik utama dalam cerita, bagaimana karakter tokoh dalam cerita, dan bagaimana kesesuaian antara karakter tokoh dengan hikmah yang ingin disampaikan dan karakter dari pendengar itu sendiri
💡Cobalah untuk melakukan role play kepada diri sendiri
Sebelum menceritakan kepada anak, kita bisa melatih diri kita sendiri di hadapan cermin agar bisa merasakan secara langsung bagaimana cerita yang kita bawakan
💡Cobalah bercerita kepada orang lain
Sebelum bercerita kepada anak, kita juga bisa mencoba untuk bercerita kepada orang lain untuk mendapatkan masukan
Observasi lah pendengar kita.
💡Saat mendongeng, kita bisa mengamati bagaimana sikap dan perilaku pendengar kita seperti saat kapan saja mereka kehilangan fokus, saat kapan saja mereka bisa fokus memperhatikan, bagaimana kontak mata mereka, bagaimana bahasa tubuh mereka, dan sebagainya.
💡Bersifatlah fleksibel. Cerita yang kita bawakan tidak perlu sama persis seperti cerita yang kita baca. Saat prakteknya, kita diperbolehkan melakukan improvisasi dengan syarat tidak merubah inti cerita.

*Tips mendongeng berdasakan usia*

*Usia 0-2 tahun*
🔖Karakteristik
✔ Masa bayi adalah masa dasar: suatu periode dimana banyak pola perilaku, sikap dan pola ekspresi terbentuk
✔ Rentang fokus terbatas
✔ Baru bisa menyerap informasi sederhana
✔ Stimulasi terbaik melalui panca indera

🌟Kebutuhan utama: Kasih sayang, kelembutan, perawatan fisik, kelekatan emosi (terutama dengan ibu)

❔Tips mendongeng di usia ini
💡Sebagai masa dasar, pilihlah tema-tema cerita yang menurut anda dan pasangan anda penting sebagai nilai-nilai pondasi dasar  kehidupan anak. Misal tema tentang kebaikan, agama, dan lain-lain. Tentu saja tema-tema tersebut diceritakan dengan menggunakan kalimat yg sederhana dan mudah dipahami
💡Utamakan tujuan mendongeng sebagai salah satu media untuk membangun kelekatan emosi dengan anak
💡Gunakan intonasi suara yang lembut
💡Usahakan durasi tidak terlalu panjang (kurang lebih 5 menit)

*Usia 2-6 tahun*
🔖Karakteristik
✔ Anak senang bereksplorasi, baik secara fisik (memanjat, berlari, membongkar barang), maupun secara mental (pura-pura menangis)
✔Kreatifitas sedang berkembang pesat
✔Usia peniru
✔ Mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan saat usia sekolah (6-11 tahun): misal cara berkomunikasi, cara mengungkapkan emosi, dan sebagainya.
✔Usia bermain: hampir seluruh waktunya digunakan untuk bermain dan bagi anak usia ini bermain adalah aktifitas yang serius.
✔Usia mengundang masalah/usia sulit. Saat anak dibawah 0-2 tahun, kegiatan pengasuhan sebagian besar berpusat pada perawatan fisik. Sedangkan pada usia ini, anak sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik sehingga mulai memunculkan beberapa perilaku yang dianggap menyulitkan oleh orangtua seperti perilaku tidak patuh, keras kepala dan memberontak.

🌟Kebutuhan utama: Dapat bereksplorasi dengan aman, baik secara fisik maupun secara mental

❔Tips mendongeng di usia ini
💡Gunakan variasi properti (misal buku, boneka, dsb)
💡Durasi cerita lebih panjang dari usia sebelumnya
💡Libatkan anak ketika bercerita. Misal ketika kita sedang mengekspresikan orang yang sedang menangis, anak bisa dilibatkan dengan cara memintanya untuk meniru ekspresi menangis

*Usia 6-11 Tahun*
🔖Karakteristik
✔ Usia tidak rapih (misal: kamar berantakan)
✔ Usia sekolah dasar
✔ Periode kritis dalam dorongan berprestasi: biasanya pola dorongan berprestasi pada masa ini akan menetap dikemudian hari. Misalnya ketika anak pada usia ini memiliki dorongan berprestasi yang besar dari dalam dirinya, maka diusia-usia selanjutnya iapun akan memiliki dorongan berprestasi yang besar pula. Begitulun sebaliknya
✔ Usia berkelompok (sudah mulai senang berkawan)
✔ Luasnya minat dan Kegiatan bermain
✔ Kreatifitas sudah bisa dituangkan dalam bentuk yang lebih real (misal membuat cerita atau karya tertentu)

🌟Kebutuhan utama: Aktifitas yang beragam

❔Tips mendongeng di usia ini
💡Pilih cerita yang menjadi isu utama dalam periode ini. Misalnya tentang persahabatan, manfaat hidup rapih, atau kisah-kisah tentang manfaat kerja keras agar bisa mengoptimalisasi dorongan berprestasi yang sedang menjadi periode kritis di masa ini
💡Sesekali mintalah anak untuk membuat cerita atau menyelenggarakan sendiri dongengnya
💡Perbanyak ragam dan metode bercerita

*Usia Remaja (12 tahun ke atas)*
🔖Karakteristik
✔ Adanya perubahan fisik yang ditandai dengan masa pubertas
✔Mulai dapat berpikir secara abstrak
✔Mulai mampu berpikir logis : bisa menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah.
✔Berkembangnya pemikiran idealis: Remaja mulai berpikir tentang kondisi ideal sehingga sering mengkritik atau protes ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan pandangan  dirinya.
✔Mengalami krisis identitas: mulai bertanya siapa saya, kenapa saya ada disini, dan sebagainya.
✔Adanya sifat egosentris remaja: kekurangmampuan remaja untuk melihat sesuatu dari cara pandang orang lain. Sifat egosentris ini memunculkan personal fabel (merasa dirinya unik dan tidak dapat terkalahkan) dan imagery audience (merasa semua orang memperhatikan dirinya)
✔Self esteem yang menurun

🌟Kebutuhan utama: dimengerti kondisi emosinya dan diberikan kesempatan untuk menunjukan kemandiriannya.

❔Tips mendongeng di usia ini
💡Tidak menggurui
💡Tema yang diangkat seputar kejadian-kejadian yang menjadi trend saat itu
💡Dongeng atau cerita bisa dijadikan sebagai sarana untuk mengetahui kondisi emosi remaja. Misal dengan cara bermain "lanjut cerita" dimana kita menceritakan sebuah kondisi dan meminta anak melanjutkan ceritanya.
💡Dongeng atau cerita juga bisa dijadikan sarana untuk memberikan insight tentang penyelesaian masalah yang sedanh dialami remaja.

Tips tambahan dari pengalaman pribadi
🌻Ketika pagi atau siang hari, biasanya saya bercerita dengan menggunakan alat peraga, misalnya buku, boneka, mainan, dan sebagainya. Tujuannya sebagai salah satu stimulus bagi sensori anak. Diharapkan hal ini bisa menambah pengalaman dan pengetahuan mereka.
Namun saat malam hari, saya memilih untuk tidak menggunakan alat peraga. Saya menjadikan diri saya satu-satunya pusat perhatian. Karena dongeng saat malam hari memang saya tujukan untuk membangun kelekatan emosi antara saya dengan anak-anak.
🌻Bagi para orangtua yang tidak mau menceritakan kisah-kisah dongeng karena khawatir mengajarkan kebohongan (misalnya bercerita tentang peri, pohon yang bisa berbicara, dsb), bisa memilih cerita-cerita agama yang berkisah tentang keajaiban atau sesuatu yang di luar realita. Misalnya dalam kisah tentang Mukjizat para Nabi. Hal ini baik untuk menanamkan imaji positif kepada anak tentang betapa hebatnya Tuhan yang bisa melakukan apapun, termasuk hal-hal yang diluar kenyataan. Selain itu, hal ini juga bagus untuk membuat anak tidak putus asa jika menghadapi kegagalan karena semua hal mungkin terjadi jika Tuhan mengijinkan seperti yang ada di kisah-kisah para Nabi dan Rasul.

Sumber:
1. Ardini, P.P. 2012. Pengaruh Dongeng dan Komunikasi terhadap perkembangan moral anak usia 7-8 tahun.jurnal pendidikan anak, volume 1 , edisi 1, Juni 2012. Sumber : https://journal.uny.ac.id>jpa>download
2. Burns, G.W. 2005. 101 Healing Stories for Kids and Teens (Using Metaphors in Therapy). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
3. Eades, J.M.F. 2006. Classroom Tales: Using Storytelling to Build Emotional, Social and Academic Skills across the Primary Curriculum. London: Jessica Kingsley Publisher.
4. Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
5. Santrock, J.W. 2002. Life Span Development I (5th ed).  Jakarta: Penerbit Erlangga
 
Catatan: Materi ini pernah dibagikan dalam kulwap tentang mendongeng yang dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...