Jumat, 12 Oktober 2018

Cara Mempererat Ikatan dengan Anak usia 3-5 tahun Menurut buku “Peaceful Parent, Happy Kids”



Oleh: Ernawati, Mpsi., Psikolog.

Mengembangkan Kemandirian
Menurut buku ini, pada usia 3-5 tahun, orangtua masih menjadi pusat dari kegiatan anak. Orangtua masih menjadi bintang utara atau petunjuk arah bagi anak. Namun, pada tahap ini anak sudah bisa mengetahui, bahwa jika ia berpisah dengan orangtuanya, ia tidak akan mendapatkan perlindungan dan akan menghadapi berbagai resiko. Oleh karena itu, ia akan mencoba bernegosiasi dengan orangtuanya dengan acranya sendiri.
Tapi, sifat alamiah seorang ibu memang seolah-olah membuat anak menjadi sangat manja kepada ibunya karena sebuah alasan. Alasan itu  bukan hanya karena anak membutuhkan perlindungan orangtuanya; tapi juga agar ia bisa mematuhi bimbingan orangtuanya. Karena anak-anak mungkin terlihat tidak mendengarkan orangtuanya, tapi sebetulnya orangtuanyalah sumber informasi yang paling mereka percaya tentang dunia ini, termasuk tentang diri mereka sendiri.
Dalam buku ini juga dibahas bahwa beberapa orangtua merasa frustasi karena anaknya tidak bisa berpisah dengan orangtua saat pertama kali masuk sekolah di usia tiga tahun. Biasanya para orangtua ini akan bertanya-tanya,”ada apa dengan anak saya?” atau “Mengapa anak saya tidak mandiri?”.
      Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis buku ini mengajak kita terlebih dahulu memahami apa sebetulnya arti kemandirian. Apakah anak yang mandiri adalah anak yang mudah berpisah dengan ibunya, seperti anak yang sudah bisa dengan mudah tidur sendiri seperti anak yang sudah berusia 5 tahun? atau anak yang bisa pergi camping sendri selama sebulan seperti anak usia 9 tahun? Apakah itu yang disebut sebagai anak yang mandiri?
Jawabannya tentu saja tidak. Kemandirian tidak sama dengan mudah berpisah dengan orangtua. Kenapa? Karena anak secara biologis didesign untuk berada disekitar bintang utara atau attachment leadernya. Jadi ketika ia jauh dengan orangtuanya, maka ia akan bergantung kepada oranglain, entah kepada gurunya atau temannya. Ketergantungan dengan guru bisa menjadi sesuatu yang baik karena membuat anak menjadi mudah menerima arahan dari gurunya. Namun ketika anak memiliki ketergantungan dengan temannya, hal inilah yang beresiko bagi anak.
Dan lagi, fakta bahwa anak bisa dengan mudah berpisah dengan orangtuanya tidak selalu merupakan pertanda yang baik. Kita tidak bisa mengharapkan anak berumur 4 bulan untuk menjadi mandiri; itu justru sebuah tanda adanya perkembangan yang abnormal. Begitupun dengan anak yang berusia 15 bulan. Anak berusia 15 bulan yang tidak mencari orangtuanya ketika orangtuanya pergi bukan berarti akan tumbuh menjadi anak yang mandiri. Bisa jadi mereka termasuk avoidant children dan mereka sendiri sudah putus asa untuk berusaha memenuhi kebutuhan mereka sendiri sehingga mereka tak merasa cemas, meskipun detak jantung mereka berdegup kencang. Mungkin saja anak seperti ini akan pergi ke perkemahan tanpa sama sekali menoleh ke orangtuanya. Jadi,  seorang anak yang mudah berpisah dengan orangatuanya ini bisa jadi merupakan suatu tanda adanya attachment yang sudah usang dan justru ke depannya akan membuat mereka sulit menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.
Selain itu, anak membutuhkan seseorang yang memberikan attachment agar ia bisa merasa aman. Hal ini dibutuhkan untuk mereka bisa bertahan hidup; orangtua perlu memberikan landasan dasar agar anak merasa aman mengeksplorasi dunia. Ketika kita memaksa seorang anak untuk bisa mandiri secara emosional sebelum waktunya, penelitian menunjukan bahwa mereka justru akan merasa lebih manja. Terkadang mereka terlalu memiliki hubungan yang mendalam dengan anggota teman sekelompoknya, atau terlalu lekat dengan suatu teman sebagai pengganti attachment orangtua yang dia butuhkan.
Sampai sini, kita bisa simpulkan bahwa kemandirian adalah ketika anak mendapatkan attachment yang mencukupi dari orangtuanya sehingga mereka bisa berinteraksi dengan dunia sesuai dengan perkembangan usianya. Misalnya anak mampu bermain dengan anak lainnya tanpa menyakiti mereka, atau berinteraksi dengan baik bersama guru, atau berpartisipasi dalam permainan bola tanpa tantrum, atau mengerjakan pekerjaan rumahnya tanpa disuruh. Pada awalnya, mereka membutuhkan orangtua untuk membantu mereka mengerjakan semua ini. Tapi lama kelamaan, mereka akan bisa melakukannya sendiri.
Jadi, daripada berpikir bahwa kemandirian adalah ketika anak kita bisa berpisah dengan orangtuanya, lebih baik kita berpikir bahwa kemandirian adalah kemampuan anak untuk merasa percaya diri dan berkompeten dalam berinteraksi dengan dunia melalui caranya sendiri. Hal inilah yang dimaksud dengan kemandirian.
Selanjutnya, apa yang membuat anak menjadi mandiri? Jawabannya adalah “Akar” dan “sayap”. Akar dari sebuah kemandirian adalah adanya secure attachment dari orangtuanya, yaitu mengetahui bahwa ayah dan ibunya akan selalu ada ketika mereka membutuhkan. Ketika seorang anak tahu bahwa orangtua akan selalu ada untuk mereka kapanpun mereka butuhkan, maka mereka bisa fokus untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan mereka, termasuk membuat mereka menjadi lebih mandiri dalam menjalankan tanggung jawab mereka. Jika mereka tidak tahu apakah mereka bisa bersandar pada orangtuanya atau tidak, maka anak akan sibuk untuk mencari perhatian dan pengakuan dari orangtuanya, dan ini akan membuat ia mengalami kesulitan untuk memenuhi tugas perkembangannya. Dan jika orangtua tidak memberikan perhatian terhadap hal ini, maka anak akan mencari perhatian dari teman-temannya, walaupun terkadang hasil yang didapatkannya buruk.
Lalu bagaimana dengan sayap? Yang dimaksud sayap yaitu merasa kuat. Ketika kita memberikan anak kesempatan untuk secara alami mengemukakan kebutuhannya, maka mereka sedang mengembangkan kemandiriannya. Mereka perlu pengalaman dimana mereka merasa kuat dalam arti yang positif – bahwa mereka bisa melakukan sesuatu yang hasilnya diapresiasi positif oleh lingkungan. Mereka juga perlu tahu apakah orangtuanya masih ada di sekitarnya untuk menjadi back up mereka. Pengalaman dimana mereka merasa bisa melakukan sesuatu dalam pengawasan orangtuanya akan menumbuhkan kepercayaan diri, dan akhirnya berkembang sebagai kemandirian.
Yup, segitu ya pembahasannya tentang cara mempererat ikatan di usia 3-5 tahun. Semoga bermanfaat.


Sumber:

Markham, L. 2012. Peaceful Parent, Happy Kids (How To Stop Yelling and Start Connecting). New York: Penguin Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...