Rabu, 24 Januari 2018

Drama Korea: Goblin (Hikmah 1: Belajar Menerima Hukuman)


Dicerita ini dijelaskan bahwa Goblin dan malaikat maut sedang menjalankan hukuman dari "Sang Penguasa". Saya lupa tepatnya kenapa Goblin dihukum (duh ga banget deh 😅). Seingat saya karena sebagai panglima perang, Goblin sudah membunuh banyak orang. Sedangkan malaikat maut dihukum karena dulu ia adalah seorang raja yang tidak adil.
.
.
Tidak tanggung-tanggung. Mereka dihukum selama ratusan tahun dan tidak diberitahu kapan hukumannya akan berakhir. Sampai-sampai, disuatu episode Goblin pernah berkata sesuatu yang kurang lebih seperti ini: . "Aku menunggu saat dimana Sang Penguasa berkata,'Kau sudah menjalankan hukuman dengan baik. Sekarang waktunya aku mencabut hukumanmu'." . Sayapun mencoba menyelami kata-kata ini. Seandainya saya menjadi mereka, bagaimana perasaan saya? Menjalani suatu hukuman dalam waktu yang lama dan entah sampai kapan. Ingin berontak tapi tidak bisa. Kondisi yang sudah sangat sulit kita temui saat ini.
.
.
Ya, menurut saya, sekarang kita hidup di jaman dimana hitam dan putih terasa sangat samar. Segala hal punya pembenaran. Bahkan ketika seseorang melakukan sesuatu yang betul-betul salah, masih saja ada pihak yang membenarkan. Sehingga situasi ini membuat kita lebih memilih untuk reaktif menyalahkan orang lain, dibandingkan berdiam diri merenungi kesalahan apa yang sudah kita lakukan, baru mengambil keputusan.
.
.
Padahal, tidak mungkin ada manusia yang tanpa salah. Di semua konflik yang kita alami, pasti ada andil kesalahan dari diri kita sendiri. Sekecil apapun itu. . Hanya saja, untuk mengetahui dimana letak kesalahan kita, dibutuhkan keterbukaan diri untuk bersedia duduk sejenak merenungi dimana letak kesalahan tersebut.
.
.
Seperti menyembuhkan sebuah luka, yang perlu kita lakukan adalah "menyelami" diri kita sendiri untuk tahu dimana sebetulnya luka itu dan bagaimana cara menyelesaikannya. . Karena sebetulnya segala permasalahan hidup ada solusinya. Tapi seringkali ketika ada masalah, kita malah lebih sering berlari kesana kemari, berteriak ini dan itu, dibandingkan duduk diam berusaha mendengarkan apa yang ingin Tuhan sampaikan.
.
.
Dan bagi saya, cerita kedua tokoh ini yang dengan sabar menerima hukuman mereka selama ratusan tahun, menginspirasi saya untuk tetap tenang dalam menjalani masalah. Ibarat rumus ketenangan 478 (selengkapnya silahkan baca disinihttp://namasayaernawati.blogspot.co.id/2018/01/belajar-ketenangan-melalui-rumus-478.html?m=1 ), posisi mereka seperti ada di tahap 7. Menahan diri. Sesuatu yang sudah sangat sulit dilakukan di era serba cepat dan penuh akan pembenaran seperti sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...