Selasa, 11 April 2017

Mengenali Diri Sendiri dan Keharmonisan dalam Rumah Tangga

Mengenali diri sendiri dan keharmonisan dalam rumah tangga.

Terdapat sepasang kekasih. Sebelum menikah mereka merasa memiliki banyak persamaan. Dalam sehari mereka bisa menghabiskan waktu untuk berbincang bersama. Ngomong nyambung, ide sama, visi senada. Tidak ada bosan bosannya. "Ah indahnya dunia jika kita saling bersatu," pikir mereka. Maka dengan segenap hati mereka memasuki dunia pernikahan. Namun betapa kagetnya mereka saat itu. Ternyata kesamaan kesamaan tersebut justru mendatangkan konflik. Di ranah pekerjaan mereka bersama, di ranah hobi mereka bersama, pulang kerumah mereka bersama. Dan apa yang dibicarakanpun tetap sama. Bosan jenuh. Akhirnya mereka memilih untuk berpisah.

Sementara itu di belahan bumi lainnya.

Terdapat sepasang kekasih. Kalau kata Soe Hoek Gie, pasangan ini termasuk ke dalam kriteria "Kita berbeda dalam segala hal, kecuali dalam cinta". Kalau kata temen saya, "kita beda banget sih. Tapi justru saling melengkapi satu sama lain". Ok kebayangkan tipe pasangan kaya gini? Maka dengan keyakinan tersebut, melangkahlah mereka ke jenjang pernikahan. Namun alangkah kagetnya ketika mereka menjalani pernikahan. Perbedaan perbedaan yang awalnya dikira saling melengkapi, malah memunculkan pertengkaran demi pertengkaran. Yang satu suka bercerita, yang satu doyan diam. Yang satu senang jalan jalan, yang satu senang istirahat dirumah. Semua serba bertolak belakang. Akhirnya mereka berpisah dengan mengatakan,"kita berdua terlalu berbeda".

Lantas apa yang salah dr dua contoh di atas?

"Tiada yang salah, hanya aku manusia bodoh," kata ada band. Yah self image negatif lagi deh 😅

Untuk yang belum menikah, mengenali diri sendiri akan mempermudah dirinya untuk mendapatkan pasangan yang tepat. Atau minimal bisa meminta kepada Tuhan untuk ditunjukan jalan agar diberikan pasangan yang tepat.

Lantas bagaimana dengan yang sudah menikah dan ternyata karakter pasangannya tidak sesuai dengan dirinya?

Jika seseorang itu telah mengenali dirinya bahwa ia seorang muslim, maka ia akan sadar bahwa tujuan pernikahan itu adalah ibadah. Dan ustadz Khalid Basalamah dalam kajiannya mengatakan bahwa prestasi yang besar bagi syaitan dalam menggoda manusia adalah ketika ia berhasil membuat manusia bercerai. Bagaimana tidak, pernikahan adalah perjanjian yang kokoh atau biasa disebut dengan Mitsaqan Ghaliza. Perjanjian yang menggetarkan Arsy dan disaksikan serta diamini oleh para malaikat. Perjanjian yang besar dan sakral. Maka akan berpestalah syaitan ketika berhasil membuat manusia melerai janji tersebut.

Belum lagi jika pernikahan tersebut sudah dikaruniai anak. Setiap anak adalah amanah dari Tuhan. Maka menghadirkan kondisi terbaik bagi tumbuh kembang anak adalah sesuatu yg menjadi kewajiban orangtuanya. Setiap anak memiliki bagian dari ayahnya, dan sebagian lagi memiliki bagian dari ibunya. Oleh karena itu,silahkan pikir kembali ketika kita ingin mengambil jalan yang dibenci Allah ini.

Jadi kita harus bagaimana?
Kembalilah pada niajt awal bahwa pernikahan itu untuk ibadah. Dan yang namanya ibadah, ada sukanya. ada dukanya. Shalat itu menenangkan tapi tentu menyita waktu kita bukan? Namun karena kita tau itu untuk ibadah maka kitapun tetap melaksanakannya dengan harapan Allah akan meridhoi ibadah kita ini.

Setelah itu, sinergikanlah perbedaan karakter ini dalam membangun keharmonisan rumah tangga. Ustadz Harry Santosa mengemukakan tentang bagaimana menyinergikan perbedaan visi antara suami istri yang juga bisa digunakan dalam menyinergikan perbedaan karakter dalam berumah tangga. Ustadz Harry Santosa mengemukakan 4 kombinasi dari perbedaan visi yang dimiliki antara suami dan istri, yaitu:

Law of Similarity - jika sama maka akan saling menguatkan
Law of Proximity - jika mendekati maka akan saling melengkapi
Law of Closseness - jika berbeda sedikit maka saling menutupi
Law of Contrast - jika berlawanan maka akan saling mendukung

Perbedaan visi masih bisa dikombinasikan asalkan misinya sama. Ustadz Harry mencontohkan misalnya ada sepasang suami istri yang memiliki misi membangun rumah makan, jika visinya sama maka bisa saling menguatkan konsep tentang bagaimana rumah makan tersebut terwujud. Jika berbeda, maka bisa berbagi tugas sesuai dengan visi masing masing, misal suami sebagai koki, istri sebagai kasir.

Pendekatan ini juga bisa dipakai untuk memahami hubungan antara pengenalan diri sendiri dengan keharmonisan rumah tangga. Dengan mengenali diri sendiri, kita akan tau di tipe mana kita dan suami berada dari ke empat tipe tersebut sehingga kita bisa menentukan bentuk sinergi apa yang bisa dilakukan.

Contoh. Ada suami istri yang selalu merasa tidak cocok. Apapun yg disampaikan keduanya selalu merasa salah. Sebelum mereka mengenal diri mereka masing masing, yang terasa adalah mereka sama sama merasa tidak dimengerti satu sama lain.


Setelah masing masing mengenali dirinya sendiri, mereka menyadari keributan ini disebabkan karena keduanya adalah "orang ide". Jadi dalam berumahtangga, keributan disebabkan karena masing masing memiliki ide sendiri dan tidak ada yang mengeksekusi. Dan disanalah ketidakeimbangan terjadi. Lalu apa yang mereka lakukan? Mereka memilih untuk berstrategi. Untuk urusan rumah tangga, ide atau konsep datang dari suami dan istrinya adalah pengeksekusinya. Namun karena istri adalah orang ide pula, maka agar tidak melemahkan karakter utama dari istrinya, istrinya diberi kesempatan untuk menyalurkan ide ide tersebut melalui hobi dan komunitas komunitas disekitarnya. Perubahan cukup signifikanpun terjadi karena masing masing merasa dimengerti dan pada akhirnya terjadi keseimbangan.

Lantas bagaimana jika selalu terjadi ketidakseimbangan? Selagi misinya tetap sama, maka kembalikanlah semua ke tujuan ibadah. Berprasangka baiklah kepada Allah atas ini semua. Mungkin Ia ingin kita beribadah dalam bentuk kesabaran dijalan pernikahan ini.

Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...