Kamis, 22 Maret 2018

Lukisan Terbesar


Oleh: Ernawati Nandhifa

Dua hari lalu di kelas @institut.ibu.profesional membahas tentang kreatifitas anak. Saya jadi ingat pernah ditertawakan karena melukis sapi warna kuning waktu tk. Katanya sapinya sakit kuning.
Saya jadi ingat pernah diberi nilai 6 karena menggambar kulkas yg atasnya panas dan bawahnya dingin, dan dikomentari bahwa apa yang saya gambar tidak mungkin terjadi karena kulkas akan meledak. Tapi ternyata, beberapa tahun kemudian kulkas tersebut muncul dipasaran sebagai suatu inovasi.
Sederhana, sepele, tapi semua itu membekas rapi dalam ingatan.
.
.
Kembali tentang bahasan kreatifitas, di akhir kelas kami diminta untuk membuat resume dari materi kreatifitas ini. Saya membuatnya melalui suatu cerita pendek. Saya pribadi sangat suka dengan ceritanya. Mewakili semua pikiran dan persepsi saya tentang apa itu kreatifitas. Kalau boleh jujur, ini salah satu cerita terfavorit saya (self esteem memadai ini ya. Menghargai karya sendiri. Hehhe).

Ini dia ceritanya

***


"Ibu, lihat! Awan itu mirip seperti kuda perang. Dia kuat dan gagah," Rani berseru sambil menunjuk sebuah awan di langit.

"Iya betul. Kuda itu terlihat sangat kuat dan gagah ya," kata ibu sambil mengarahkan pandangan ke tempat yang ditunjuk Rani.

"Iya, Bu. Dan lihat di sebelah sana! Ada seorang anak laki-laki yang sedang menaiki sepeda terbang! Sepedanya berwarna biru metalik dan ada hiasan gambar petir disadelnya. Keren ya, Bu!" Kali ini Rani berkata dengan antusias.

"Wah mana-mana? Oia ibu bisa lihat sekarang. Anak itu hebat ya. Dia terlihat cocok dengan sepedanya," jawab ibu yang tak kalah semangatnya dengan Rani.

"Ibu lihat lagi. Di sebelah sana ada anak perempuan yang sedang bersiap-siap belanja di bulan. Sekarang dia sedang memasuki roket yang sangat canggih," Rani kembali menunjuk langit. Ia betul-betul menyukai permainan "menebak awan".  Permainan ini adalah permainan terbaik baginya. Ia sering melakukan permainan ini bersama ibu setelah pulang sekolah

"Iya betul!" kata ibu sambil berseri-seri.

"Bu, suatu saat nanti, aku akan menjadi pelukis terkenal dan aku akan lukiskan semua yang kita lihat hari ini. Apa ibu percaya?"

"Wow. Ide yang baik, Nak. Ibu akan senang melihat semua lukisanmu. Dan tentu saja ibu percaya," kata ibu dengan penuh keyakinan.

"Tentu bu. Nanti aku akan membuat sebuah pameran yang sangat besar dan memajang semua karyaku disana. Semua orang dari penjuru dunia akan datang. Dan ibu tahu, apa lukisan terbesar yang akan aku buat?"

"Apa itu?," tanya ibu penasaran.

"Aku akan membuat lukisan tentang cantiknya paras dan hati ibu di mataku," kata Rani sambil memeluk ibunya.

Sebuah perasaan hangat meluap memenuhi dada ibu. Bukan karena sanjungan yang baru saja ia terima. Tapi karena ia sangat bangga mendengar keberanian Rani mengemukakan cita-citanya.

"Terima kasih, Nak. Ibu yakin kamu pasti bisa," ibu mencium kening Rani dengan lembut. Sambil memandang wajah imut Rani yang terlihat cantik, meski sebuah kecelakaan mobil dua tahun lalu membuat Rani kehilangan penglihatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...