Jumat, 28 September 2018

Cara Mempererat Ikatan dengan Anak usia 13-36 Bulan Menurut buku “Peaceful Parent, Happy Kids”

Oleh: Ernawati, Mpsi., Psikolog.

Halo lagi semua. Selamat menyambut hari baru. selamat membaca materi baru. sekarang pembahasan bukunya untuk anak usia 13-36 bulan ya. Yuk kita simak bareng-bareng ^^
Bunda, kira-kira apa yang terjadi dengan hubungan antara orangtua dan anaknya saat seorang anak memasuki usia 2 tahun? Nah kalau menurut buku ini, sebagai seorang balita, mereka sudah mampu meregulasi kebutuhan fisiknya, namun mereka masih sangat membutuhkan bantuan orangtuanya untuk meregulasi emosinya. Bagian otak frontal cortex milik mereka yang berfungsi untuk mengontrol emosi sedang terbentuk. Tapi ironisnya, saat kemampuan meregulasi emosinya masih dalam proses, mereka justru membutuhkan secure attachment yang baik dengan orangtuanya agar mereka bisa menjalani fase eksplorasinya dengan baik pula.
Dan tahukan bunda, menurut buku ini, penelitian tentang efek dari secure attachment sudah dilakukan selama 40 tahun loh. Dan haslilnya menunjukan ketika seorang bayi diasuh dengan kelekatan yang baik, ke depannya dia akan mampu membangun sebuah relasi yang baik dengan orang lain, memiliki self esteem yang tinggi, lebih fleksibel, memiliki ketahanan yang tinggi terhadap stress, dan mereka juga menunjukan hasil yang baik dalam setiap aspek kehidupan mereka, baik dalam aspek prestasi sekolah, maupun dalam berinteraksi dengan teman sebaya.
Nah hal lain yang mengagetkan lagi, meskipun terlihat tidak biasa, tapi sebetulnya, anak usia 15 bulan sudah bisa menginterpretasikan bagaimana sebuah hubungan bisa bekerja dan strategi-strategi apa yang perlu mereka lakukan untuk bisa memenuhi kebutuhan interpesonal mereka. Dan jika tidak ada perubahan besar yang terjadi dalam hidup mereka, maka pola ini akan terus menetap hingga seumur hidup mereka.
Logikanya seperti ini. Ketika seorang anak di asuh dari bayi hingga berusia 15 bulan memiliki secure attachment, dia akan belajar bahwa dia memerlukan orangtuanya untuk merespon petunjuk-petunjuk yang dia berikan. Nah, sekarang dia seorang balita. Apakah dia masih membutuhkan orangtuanya? Jawabannya “Ya,Tentu saja!” Seperti Yang diucapkan oleh Gordon Neufeld dan Gabor Mate, penulis buku Hold on Your Kids mengatakan, setiap orangtua seperti “bintang utara” bagi anaknya, yaitu poros utama dimana anak “mengorbit”.
Contohnya saat kita mengajak anak kita ke arena bermain di pantai dan membiarkan mereka bermain pasir. Saat mereka bermain, mereka akan berkali-kali melihat ke arah orangtuanya untuk meyainkan diri apakah ia sudah melakukan hal yang aman atau tidak. Lalu cobalah untuk berpindah. Ke tempat yang sedikit jauh, namun kita masih bisa melihat dan memanggil namanya. Apakah dia masih akan bermain? Tidak. Dia akan cemberut. Atau bahkan menangis. Dia akan terus memanggil orangtuanya. Kenapa? Karena “bintang utara” miliknya sudah berpindah.
      Ah so sweet ya... makanya jangan heran kalau anak usia segini senengnya nempel-nempel terus sama orangtuanya. Karena mereka butuh orangtua sebagai petunjuk mereka.

Bagaimana pengaruh daycare terhadap perkembangan anak?
Menurut buku ini, apa yang terjadi di rumah lebih berpengaruh terhadap anak dibandingkan daycare. Kenapa? karena kelekatan orangtua terhadap anak lebih dominan dalam memengaruhi keadaan jiwanya. Kecuali jika anak kita berada di daycare selama lebih dari 20 jam per minggu. Menurut buku ini, keberadaan anak yang lebih dari 20 jam per minggu tentu akan memengaruhi perkembangannya.
Jika anak berada di daycare selama lebih dari 20 jam per minggu, ada beberapa efek positif. Diantaranya mereka belajar bersosialisasi dengan teman dan memiliki kesempatan yang cukup untuk bereksplorasi. Tapi bayi di“design” untuk dekat dengan orang dewasa yang paling signifikan dalam hidupnya. Menurut buku ini, orangtua lebih bisa menyesuaikan diri dengan anaknya, karena biasanya orangtua hanya mengurus beberapa anak saja sehingga orangtua bisa lebih perhatian dan lebih baik dalam memenuhi kebutuhan anak dibandingkan pengurus daycare.
Bagaimana bisa seperti itu? Misalnya saja saat kita tersenyum kepada bayi kita yang masih berumur dua bulan, maka bayi kita membutuhkan waktu beberapa saat untuk tersenyum balik. Interaksi seperti ini akan mengaktifkan neuron di bagian otak orbitofrontal cortex, yaitu bagian otak dimana kecerdasan emosi berkembang. Tapi ketika pekerja di daycare tersenyum kepada bayi kita, dia tidak punya cukup waktu untuk menunggu bayi kita tersenyum balik, karena ia perlu mengurus beberapa bayi lainnya. Terus dan terus begitu setiap hari sehingga bayi merasa kebutuhannya tidak terpenuhi. Kecuali jika pengasuhnya hanya mengurus satu bayi dan cekatan terhadap kebutuhan anak seperti orangtua mengurus anaknya.
Masih menurut buku ini, saat balita, anak yang kebutuhannya sudah terpenuhi di awal-awal kehidupannya akan lebih mampu menyesuaikan diri ketika dia masuk day care. Tapi orangtua perlu tahu, sebuah penelitian menunjukan bahwa anak usia 2 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya di daycare seringkali memiliki perilaku yang bermasalah. Hal ini dikarenakan mereka mengalami stress karena berpisah dengan orangtuanya. Tapi beruntungnya, penelitian itu juga menemukan bahwa hubungan yang berkualitas antara orangtua dan anak akan melindungi anak dari efek negatif daycare tersebut. Dengan kata lain, bisa jadi anak kita membuat ulah karena ia tidak ingin berpisah dengan orangtuanya. Tapi jika orangtuanya menangani perilaku ini dengan penuh pengertian, maka hubungan kita dengan jiwa anak akan tetap utuh. Dan biasanya, anak yang dikatakan sudah siap bersekolah adalah usia 3 tahun. Yaitu ketika mereka bisa mengutarakan kebutuhan mereka secara verbal dan sudah bisa bersabar dalam pemenuhan kebutuhannya.
Lebih lanjut lagi, dikatakan bahwa para peneliti psikologi masih melakukan penelitian longitudinal tentang pengaruh daycare ini. Tapi kita semua tahu bahwa pengaruh pengasuhan terhadap perkembangan anak sangatlah besar di satu tahun pertama kehidupan mereka. karena perkembangan otak yang menentukan mood, kecemasan, dan depresi pada kehidupan seseorang ditentukan dari bagaimana mereka menjalani tahun pertama kehidupan mereka. oleh karena itu, menurut penulis buku ini, beberapa hasil penelitian tentang pengaruh daycare ini tentu saja sudah bisa kita ketahui bukan?

Sumber:

Markham, L. 2012. Peaceful Parent, Happy Kids (How To Stop Yelling and Start Connecting). New York: Penguin Group.

Rabu, 26 September 2018

Home Education Ken dan Keenan: Pergi ke Kebun Binatang Ragunan

3 April 2018

Kalau ada yang lihat ibu hamil lagi gandeng dua balita jalan-jalan di Kebun Binatang Ragunan mungkin itu kami. Hehhe. Jadi lanjutan dari kemarin, karena tante Mala pergi jam 6 ke kantornya, akhirnya ibu memutuskan menghabiskan waktu untuk pergi ke ragunan. Rencananya memang ga muluk-muluk akan muterin ragunan semuanya sih. Yang penting jalan aja sampai jam 10 pagi karena kita harus check out dari penginapan jam 12 siang.
Sesuai rencana awal, waktu di kebun binatang ragunan ibu langsung nyari rombongan anak TK dan menyusup jadi salah satunya. Alasannya biar kita ga pusing-pusing nyari rute karena biasanya rombongan TK udah tahu mau kemana aja dan ngapain aja seharian itu. Alesan lainnya biar ga kaya anak ilang aja jalan bertiga doang. Hehehehe.
Akhirnya bener aja di kebun binatang ragunan ada banyak rombongan TK. Dan ibu memilih salah satunya untuk bisa gabung bareng. Ternyata tempat pertama yang mereka kunjungi semacam kaya panggung, tapi ada arena outbondnya juga. Di panggung, anak-anak TK dikondisikan untuk acara pembukaan. Nah karena kami bukan termasuk rombongan, jadi kamu hanya ikut main di arena outbondnya aja.
Arena outbondnya lengkap. Ada perosotan, ayunan, panjat tebing, jembatan jala, jungkat-jungkit, dan sebagainya. Ken sama keenan seneng banget main disini. Dan yang lebih seneng lagi ibunya. Kenapa? Karena disini keliatan banget minat dari Ken dan Keenan. Ken sendiri sangat tertarik sama kegiatan-kegiatan yang membutuhkan kekuatan otot tangan. Misal panjat tebing atau naik perosotan dari depan. ga heran sih karena ayahnya pun atlet panjat tebing waktu masih muda. Kalau keenan seneng kegiatan yang menantang. Misal naik perosotan yang tinggi. Terus juga berani bersosialisasi dengan orang baru. Soalnya waktu ada anak TK yang mau gabung, Keenan ga canggung sama sekali dan bisa berinteraksi.
Dari sini ibu juga belajar bahwa bergerak adalah hal yang terbaik yang perlu kita lakukan. Soalnya tadinya ibu ragu untuk pergi dan memilih leyeh-leyeh di kasur. Tapi ibu pikir kapan lagi bisa jalan-jalan kesini. Siapa tau juga ada kejutan yang didapatkan. Dan ternyata bener. Ibu bisa tau potensi dan minat dari anak-anak melalui kegiatan ini. Dan ibu sendiri merasa senang karena sudah bisa membawa anak-anak mengunjungi tempat baru.  Walaupun akhirnya kita Cuma main di arena outbond karena ga sempet muterin ragunan, tapi ini pengalaman yang seru loh buat kami. Semoga lain waktu bisa pergi ke lain tempat yang ga kalah serunya. Aamiin.

Tempat: Kebun Binatang Ragunan
Alasan: dekat dengan tempat penginapan

Kegiatan:
Main perosotan, ayunan, panjat tebing, jembatan jala, jungkat-jungkit, dan sebagainya


1. Ketuhanan: memperkenalkan setiap benda dan makhluk hidup yang kami temui sebagai ciptaan Tuhan
Fitrah yang dilibatkan: fitrah keimanan


 2. Alam:berjalan di alam bebas dan melihat fauna serta satwa
Fitrah yang dilibatkan: fitrah keimanan


 3. Sosial: bersosialisasi dengan orang-orang baru, terutama waktu bermain bersama anak-anak TK
Fitrah yang dilibatkan:  Fitrah Sosial
  
4. Diri sendiri
a)        Fisik/motorik: melatih motorik kasar (berlari-lari, memanjat tebing, dsb)
b)        Kognitif: mengenal nama-nama binatang
c)         Kemandirian: -
d)        Emosi: -
Fitrah yang dilibatkan: fitrah belajar

Perlengkapan:
Snack, baju ganti, air minum

Biaya:
Ongkos untuk gocar dan tiket masuk ke Kebun Binatang Ragunan

#homeschooling
#kegiatanhomeschooling
#idehomeschooling
#inspirasihomeschooling
#homeschoolingibuerna
#homeschoolingKeenan
#Pendidikanberbasisfitrah
#HomeEducation
#UstadzHarrySantosa
#FitrahBasedEducation
#MenjagaFitrahAnak
#Fitrah
 

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...