Jumat, 31 Maret 2017

Full Time Mother rasa Working Mother (Bagian 1)

Full time mother rasa working mother (Bagian 1)

Bagi yang pernah merasakan bekerja dikantor, menjadi full time mother adalah pengalaman yang sangat berbeda. Dari mulai jam kerja, jenis pekerjaan, beban kerja, tempat kerja, iklim kerja, teman kerja, alat kerja, dan sebagainya. Tapi berita baiknya, kita bisa membuat full time mother rasa working mother. Nah gimana tuh? Yuk kita baca lebih lengkap disini 😊

~ Karya/pekerjaan
Dulu saya menyebut pekerjaan saya sebagai karya. Untuk full time mother, menurut saya karya utamanya adalah mengurus dan mendidik anak. Karena ketika semua perhatian difokuskan pada anak, maka pekerjaan lainpun sudah termasuk didalamnya. Misal karena kita fokus pada anak, maka kita perlu memerhatikan kesehatan anak, artinya kita perlu memerhatikan gizi keluarga yg artinya gizi suamipun terpenuhi. Karena kita memerhatikan pendidikan anak, maka kita membutuhkan kontribusi suami sebagai salah satu pengajarnya, artinya kita perlu menjalin komunikasi yg baik dengan suami agar suami senang gembira mengajar anak ditengah kesibukannya. Karena kita memerhatikan kesehatan anak, artinya kita perlu memerhatikan kebersihan tempat tinggalnya, sehingga pekerjaan membersihkan rumah menjadi sub pekerjaan kita selanjutnya. Nah, one package of all kan intinya mah kalo ngurus anak ini. Jadi walaupun kerjaannya cuma 1 tapi banyak yg dikerjainnya. Hehhe πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†

~ Pakaian kerja dan jam kerja
Bagian ini terinspirasi dari ibu Septi Peni Wulandari, founder Institut Ibu Profesional atau yang biasa disebut IIP. Ibu Septi ini menerapkan waktu kerjanya dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam. Yang artinya di jam itu beliau fokus berprofesi menjadi Ibu Rumah Tangga dan berpakaian rapi alias dilarang berdaster! Yup. Ga boleh berdaster. Ya tapi ga harus rapi rapi amat sih sampe pake blazer atau jas dirumah. Kalo saya standar baju rapinya ya standar baju ngemall (anak mall banget ibu Ken ini πŸ˜†). Jadi kalo kiranya baju yg dipakai ga malu maluin kalo dibawa ke mall, berarti itu baju yg pantas untuk dipakai dirumah selama berprofesi sebagai full time mother. Dan ini juga sangat bermanfaat loh kalo tiba tiba suami ngajak jalan, jadi kita ga perlu repot repot lagi ganti baju. Jadi lebih efisien kan πŸ˜‰


~Acara Team Building
Konon katanya, yg namanya jalan jalan atau refreshing bagi emak emak itu ga berlaku. Karena tetep aja yg namanya emak mah tetep yang paling capek alias repot kalo kemana mana. Makanya banyak yg memilih untuk ga jalan jalan alias dirumah aja krn tetep ngerasa capek (bahkan ngerasa lebih capek) kalo abis jalan jalan.

Well, dulu saya juga ngerasa kaya gitu. Bete banget rasanya lagi gogoleran alias tiduran di kasur putih empuk nan suci (lebay dah) ternyata anak nangis. Bubar jalan deh pikiran mau istirahat lebih panjang daripada dirumah. Dan ternyata eh ternyata, itu semua terjadi karena saya beranggapan bahwa jalan jalan itu fungsinya untuk "istirahat". Makanya suka bete kalo pas istirahatnya keganggu. Jadi sekarang kalau pergi pergi saya niatkan dalam rangka team building. Bagaimana setiap detik dari kegiatan yg kami jalani bisa mengeratkan satu sama lain. Dan disaya it works. Sekarang setiap pergi rasanya ga mau cuma berdiam diri  manyun ga ngapa ngapain. Tapi berpikir apa lagi ya yang bisa dilakuin biar sesama anggota keluarga makin erat hubungannya. Mumpung ada disuasana yg beda.

Oia, team building ini perlu loh kita lakukan dikeluarga. Biar kita makin erat. Makanya kalo diperusahaan perusahaan acara kaya gini udah jadi acara rutin tiap tahun agar kinerja pegawaipun meningkat. Nah ga ada salahnya kalo kegiatan positif kaya gini juga diadaptasi ke keluarga kita.Sebenarnya acaranya ga harus keluar rumah. Didalam rumah juga bisa. Asalkan suasana dan apa yg dikerjakan berbeda dengan rutinitas sehari hari dan dikerjakan bersama sama 😊


~Up grading ilmu.
Karena semua ada ilmunya, karena menuntut ilmu kewajiban bagi pria dan wanita, karena belajar itu adalah seumur hidup, makaaaaaa, upgrading ilmu adalah suatu kebutuhan.  Banyak ko sekarang full time mother yg rajin upgrading ilmunya melalui seminar, pelatihan atau kuliah kuliah online biar bisa tetap belajar tanpa meninggalkan rumah. Jadi, jangan mentang mentang ada dirumah terus kita kudet alias kurang apdet ilmu ya. Yuk kita upgrading ilmunya 😊

~ Cuti
Hal yg paling penting ketika perusahaan memberikan cuti bagi karyawannya adalah karyawan merasa dirinya dimanusiawikan. Mendapatkan cuti dari perusahaan seperti mendapatkan pesan  bahwa perusahaan mengerti kalau karyawanpun manusia, yang memiliki kebutuhan dan kepentingan lain selain bekerja. Jadi, memiliki waktu untuk mengerjakan sesuatu diluar pekerjaan sehari hari dan melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri adalah bagian yg paling menyenangkan dari mendapatkan cuti ini.
Nah, untuk profesi full time mother rasanya memang agak sulit untuk mendapatkan cuti berhari hari, apalagi kalau anaknya masih kecil kecil. Tapi masih bisa loh mendapatkan cuti. caranya gimana?

Caranya dengen memperpendek waktu cuti. Mungkin benar kita ga bisa dapet waktu cuti sampai berhari hari, tapi kita bisa  tetap mendapatkan cuti selama beberapa jam. Misalnya dengan meminta keridhoan suami untuk menemani si kecil selama 1 jam agar kita bisa "cuti" untuk dipijat. Selain badan jadi terasa enak, kitapun jadi merasa dipahami oleh suami bahwa ibupun butuh dimengerti. Kalaupun selama hitungan jam ga bisa, cuti 5 menit untuk bisa inhale exhale sebentar selama anak anak terlelap itupun sudah jadi cuti yg menyenangkan😊

(Bersambung)



Kamis, 30 Maret 2017

"Tentang Kamu" dan Peran Hereditas dalam Pengasuhan

Adalah sri ningsih, wanita pendek, gempal dan hitam kelahiran pulau Bungin.

Adalah sri ningsih, seorang anak perempuan yang ibu kandungnya meninggal ketika melahirkannya, kemudian ayahnya menikah lagi dan pada akhirnya sri ningsih disiksa oleh ibu tirinya

Adalah sri ningsih, anak seorang pelaut ulung yg gagah berani dan selalu taat janji

Adalah sri ningsih, yg diusia remaja ditakdirkan untuk berlayar ke pulau jawa dan mengeyam pendidikan disana

Adalah sri ningsih, yg kemudian mengadu nasib di jakarta, menjadi juragan nasi goreng keliling, membuka usaha mobil rental, hingga memiliki pabrik sabun yang terkenal

Adalah sri ningsih, yang karena alasan tertentu akhirnya terpaksa menjual pabriknya yang sedang maju majunya dan akhirnya hijrah ke London dan bekerja sebagai supir bus

Adalah sri ningsih, yang kemudian menemukan cinta sejatinya melalui rute perjalanan hidupnya

Adalah sri ningsih, yg kemudian lagi lagi harus pergi meninggalkan ketenangannya dan hijrah ke paris

Adalah sri ningsih, yg kemudian memilih tinggal di panti jompo dan sesekali menjadi guru tari

Adalah sri ningsih, yg kemudian meninggal dan mewariskan 1 juta poundsterling!!!

Nah, gimana cuplikan buku"Tentang Kamu" karya Tere Liye di atas, bikin penasaran kan? πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†

Yup. Dari awal baca buku ini emang membuat pembacanya penasaran. Konflik yg hanya dimunculkan secuplik demi secuplik membuat pembaca ingin dan ingin lagi mengetahui setiap lembar bukunya. For me, buku ini layak untuk direkomendasikan πŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»

Well, selanjutnya kita akan membahas buku ini dari segi parenting. Emang bisa? Yuk kita coba πŸ˜‰πŸ˜‰πŸ˜‰

Ketika baca buku ini, karakter yang paling menonjol dari peran utamanya adalah kegigihannya dalam menjalani hidup. Ia tak pernah mengenal kata menyerah meskipun cobaan datang bertubi tubi. Dari mulai ditinggal ibunya  sejak ia lahir, ayahnya meninggal beberapa tahun sehingga ia harus disiksa ibu tirinya, dikhianati oleh sahabat dekatnya sendiri, dibayangi oleh masa lalu, usaha yg bangkrut karena imbas kerusuhan, dan berbagai konflik lainnya yg tak kalah pelik. Namun dr segala cobaan yg ia hadapi, responnya selalu sama dan mengagumkan, yaitu gigih berjuang dan selalu mendapatkan hasil yg gemilang atas usahanya itu.

Yg menarik lagi adalah, darimana ia mempelajari karakter tersebut? Padahal sejak lahir ia sudah ditinggalkan ibunya, ayahnyapun meninggal beberapa tahun kemudian?

Jawabannya ada dihereditas.

Pengaruh hereditas terhadap pembentukan karakter anak memang sudah lama diteliti. Dan faktanya, bukan hanya sifat sifat fisik yg dapat diturunkan kepada anak, namun juga potensi potensi psikis seperti kecerdasan, kecemasan, ketangguhan,  keteraturan, dsb.

Saya pernah kenal seseorang yg sejak bayi tinggal bersama orangtua angkatnya. Orangtua angkatnya ini sangat cinta kerapihan. Segala sudut dirumahnya rapi dan bersih. Berbeda dengan rumah orangtua kandung anak tersebut. Banyak barang yg tidak pada tempatnya. Dan ternyata meskipun sejak lahir hingga dewasa anak tersebut tinggal bersama orangtua angkatnya, namun sifat ketidakrapihannya tersebut tetap ada didalam dirinya. Kamarnya selalu berantakan meskipun orangtua angkatnya sudah membiasakan hidup rapi sejak ia kecil. Ini salah satu contoh kecil bahwa faktor hereditas memengaruhi karakter seseorang.

Lalu, apakah lingkungan tidak punya pengaruh? Well. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, bukan tepat dimana pohon itu tumbuh. Seberapa jauh jarak buah tersebut dengan pohonnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan yg ada seperti angin, gravitasi, kemiringan tanah, dan lain sebagainya. Artinya, pengaruh lingkungan juga memiliki kontribusi terhadap pembentukan karakter seseorang. Karena pada dasarnya, pengaruh hereditas dan lingkungan ini tidak ada yang "paling" memengaruhi, namun "saling" memengaruhi satu sama lain.

Nah, apa manfaat kita mengetahui ini? Pertama, hal ini akan mempermudah kita untuk mengenal anak kita, seperti bagaimana kepribadiannya, apa minat bakatnya, bagaimana potensinya, dll karena kemungkinan besar tidak akan jauh berbeda dari ayah dan ibunya. Misal ibu seorang penyanyi, ayah seorang pemain piano, bisa jadi kemungkinan anaknya berbakat di seni musik. Atau mungkin masih berada didunia seni, namun sedikit berbeda, misalnya diseni lukis atau seni peran. Namun hal ini butuh pengamatan dan pendalaman detail terhadap anak. Serta keterbukaan terhadap diri kita sendiri dalam menghayati dan mengenali karakter serta bakat dan minat pribadi. Karena saat ini masih banyak orang yg memiliki ketidaksesuaian antara bakat dengan profesi yg ia jalani.


Yang kedua, dengan mengetahui bahwa karakter anak bagian dari karakter orangtuanya, maka orangtuanya akan lebih mampu menghayati tentang bagaimana anak ingin diperlakukan. Misal ada seorang anak yg sensitif dan sering sekali menangis. Mungkin ibunya bisa menghayati lebih jauh apakah dirinya punya sifat yg sama seperti itu? Jika iya, perilaku apa yg biasanya ingin ia terima ketika hal tersebut Terjadi? Nah, hal ini pula yg kemungkinan besar diinginkan oleh anak sehingga anak akan merasa dimengerti jika orangtuanya melakukan hal tersebut.

Well. Sekian dulu sharing hari ini 😊

Salam bintang
30 Maret 2017

Rabu, 29 Maret 2017

Memasuki 1 1/2 Ruangan part 2

"Hm... penjelasannya panjang nih yah. Ampe besok pagi. Hahahaha"

"Gapapa. Tanggung udah bikin kopi," katanya dengan santai.

"Oke. Untuk kepercayaan ini pembahasannya dimulai dari perbedaan otak pria dan wanita sehingga membuat cara berpikir mereka juga berbeda. Otak pria dibuat sebagai visioner. Jauh memandang ke depan. Kalau kata buku 'why men dont listen and women cant read maps', pria diciptakan sebagai pemburu sehingga menatap kedepan. Sedangkan  otak wanita dibuat sebagai penjaga gua sehingga mampu memandang kesekitar dalam satu waktu. Perbedaan ini yg kadang justru seringkali memunculkan perselisihan. Wanita kurang mengerti apa yang dilihat pria di depan sehingga seringkali menganggap pria egois. Bagi wanita, seringkali pria terlihat tidak menyelesaikan masalah, namun sebenarnya si pria itu sedang menyelesaikan masalah dengan insting visionernya. Ibarat main billiard, pria biasanya tidak langsung menembak bola putih ke bola yang dituju. Tapi membenturkan bola putihnya ke tempat lain sehingga memantul ke arah yg dia mau. Nah utk kasus masuk ke 1 1/2 ruangan ini, ada kalanya pria juga melakukan hal yg sama. Misalnya pria meminta pasangannya untuk berada diujung dengan ruangan yang jauh lebih sedikit dibandingkan pria. Kalau dilihat sepintas memang kelihatan ga adil. Tapi bisa jadi pria tersebut melakukan itu agar pasangannya merasa hangat. Beda banget kan cara berpikirnya? Nah, oleh karena itu dibutuhkan kepercayaan dari masing masing pihak agar semua merasa enak"

"Well. Bisa jadi"

"Nah tapi komunikasi asertif juga tetap diperlukan. Karena manusia bukan Tuhan yg bisa tau apa isi hati orang lain, walaupun itu pasangannya sendiri. Kebayangkan misalnya ada suami yg nanya apa sebenarnya pasangannya sudah nyaman atau belum dengan kondisi sekarang, terus pasangannya bilang iya iya aja, padahal sebenarnya dia kesiksa. Bisa jadi selama seumur hidup dia bakalan ngerasa ga enak aja terus. Kasian kan"

"Iya kasian"

"Ah ayah mah iya iya aja"

"Hehhe lah emang iya jawabannya. Terus yg terakhir gimana?"

"Yang terakhir yang mana?"

"Yg sikap pantang menyerah"

" oh yang sikap pantang menyerah. Hm... bisa jadi pencarian posisi yg nyaman bagi pasangan ini butuh waktu setahun, dua tahun, 3 tahun dan bahkan mungkin seumur hidup. Dan kalaupun memang sudah ketemu posisi yg nyaman, apa iya mereka akan tetap diposisi yg sama sampe selamanya? Pasti ga kan? Pasti ada waktunya mereka pegel dan perlu penyesuaian lagi untuk mendapatkan posisi yg nyaman lagi. Ditambah ketika mereka sudah punya anak. Ada ruangan yg perlu mereka bagi lagi sehingga semua terasa nyaman."

"Menarik"

"Sebenernya dibuku itu ga dibilang sedetail ini sih. Ini mah pengembangan ibu aja"

"Hehhe iya. Seneng deh bisa sharing dari ibu. Makasi ya bu"

"Sama sama yah"

"Sekarang ibu tidur gih. Ayah mau nonton bola"

"Tapi ibu mau nonton film"

"Besok aja nontonnya. Nanti ibu kecapean kalo harus begadang"

Inhale exhale. Memasuki 1 1/2 ruangan memang butuh keikhlasan 😁😁😁

#ceritabintang
29 Maret 2017

Senin, 27 Maret 2017

Memasuki 1 1/2 Ruangan (part 1)



Malam itu sama seperti malam biasanya. Kami menghabiskan waktu dengan mengobrol bersama.

"Waktu itu ibu pernah baca di buku 'Being 20 something is hard' karyanya Dewi Pravitasari. Katanya memasuki dunia pernikahan sama kaya ada dua orang masuk ruangan yang cuma cukup untuk 1 1/2 orang. Kebayang kan sempitnya gimana? Nah karena sempit itu akhirnya mereka beradaptasi untuk menemukan posisi yg enak bagi masing masing. Selama proses pencarian itu, ya pastilah ga gampang. Kadang mungkin yang satu ke tendang, kesikut, padahal mungkin maksud pasangannya bukan nendang. Tapi emang lagi mencari posisi yg enak untuk masing masing. Tapi jadinya ketendang. Belum lagi untuk orang orang yang terbiasa hidup disatu ruangan untuk dia sendiri, akan sulit akhirnya untuk menerima bahwa selama pernikahan ini perlu membiasakan diri berbagi 1 1/2 ruangan ini"

"Terus?"

Hm... respon yang sudah kuduga.
"Kalau menurut ibu ada benarnya juga. Karena pernikahan itu bisa diartikan membiasakan hidup berdua. Seperti memasuki 1 1/2 ruangan itu. Dan oleh karena itu, kita butuh penyesuaian"

"Lalu"

"Kalau menurut ibu, ada beberapa hal yang perlu dillakukan untuk sukses diruangan itu. Yg pertama keikhlasan. Setiap orang sebaiknya mulai ikhlas menerima bahwa kini ia punya 1 1/2 ruangan untuk berdua. Yang mungkin nanti akan diisi untuk bertiga, berempat dan seterusnya jika nanti mereka punya anak. Kalau masing masing orang masih dengan egonya menginginkan 1 ruangan penuh seperti saat ia belum menikah, maka akan ada yang terdzhalimi disana. Walaupun ia akan merasa nyaman karena tetap punya 1 ruangan, namun pernikahannya kemungkinan besar tidak akan tenang karena ada pihak lain yang mendapatkan ketidaknyamanannya"

"Bisa juga. Lalu?"


"Yang kerdua kepercayaan. Yang ketiga komunikasi asertif. Yang keempat sikap pantang menyerah"


"Nah kalo yg itu penjelasannya gimana?"
(Bersambung)

27 Maret 2017

Minggu, 26 Maret 2017

Pengikat hati



Salah satu tantangan  parenting ke depan adalah bagaimana menyiapkan anak memiliki kontrol diri yg baik. Bagaimana anak bisa menyetop dirinya sendiri utk tidak melakukan hal hal negatif meski tidak ada kita sebagai orgtua disampingnya. Dunia ini hutan. Tapi tidak mungkin kita mengurung semua hewan hewan buas dan memotong semua tanaman beracun agar anak kita bisa tumbuh. Jadi apa yg bisa kita lakukan?

Salah satunya dengan melakukan "Pengikat hati". Pengikat hati ini adalah ikatan tak terlihat, antara orangtua dan anaknya yang insyaAllah akan menjadi "rem" bagi anak utk tidak terjerumus ke hal hal negatif.

Ikatan hati ini terbentuk sejak anak masih kecil. Bahkan sejak anak belum dilahirkan. Ikatan hati ini terbuat dari doa orangtua, hangat pelukan, bau badan ibu, aroma masakan yg ibu buat, ketahanan ibu menahan marah, kesabaran ibu dalam mengasuh, keterbukaan ibu untuk menerima kesalahan namun tetap terus melangkah, dan segala peluh lainnya yg terlihat sepele dan memberatkan, namun akan menjadi episode episode emas yg terekam seumur hidup pada diri anak. Hal hal itu yg akan membuat anak anak kita kembali pulang dimanapun dia berada. Yang membuat anak merasa sekarang waktunya "stop" ketika lingkungan mengiming iminginya dengan kebahagiaan semu.

Bagi saya pribadi, ini yg menjadi penyemangat saya untuk mengurus sendiri anak dirumah. Ibarat tanaman, biarlah saya  capek merawatnya sekarang tapi nanti tinggal menikmati buahnya. Dibandingkan saya harus merawatnya seumur hidup.


Semua orang tentu punya pilihan hidup dan pertimbangannya masing masing. Tidak perlu diperdebatkam sebagaimana kita memperdebatkan mengapa ikan bisa berenang sedangkan burung bisa terbang.

Salam Bintang
26 Maret 2017

Lakukanlah

Lakukanlah...

Jika kau sedang ingin memasak utk membahagiakan keluargamu, namun ada satu bahan masakan yg kurang, maka lakukanlah. Mungkin kau akan menemukan cita rasa baru yg digemari oleh keluarga.

Jika kau ingin memberikan makanan kepada tetanggamu, namun kau ragu apakah mereka suka atau tidak, maka lakukanlah. Bisa saja apa yg kau berikan menjadi pengikat hati antara kalian.

Jika kau ingin menengok kerabat yg sakit namun sedang hujan, lakukanlah. Bisa jadi kedatanganmu adalah yg menghiburnya.

Jika kau ingin membagikan sebuah tulisan, namun kau merasa belum cukup, lakukanlah. Mungkin yang kau rasa belum cukup ternyata sudah cukup mampu menjawab kegundahan seseorang.

Apapun yg kau anggap baik, lakukanlah. Sesungguhnya kebaikan tidak perlu ditunda tunda.

Lantas bagaimana saya yakin bahwa ini kebaikan?

Dengarlah nurani. Nurani sejatinya dekat dengan kebaikan. Pertajamlah nurani dengan banyak berbuat kebaikan dan berkumpulah bersama orang orang baik. InsyaAllah.

Salam Bintang
26 Maret 2017

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...