Kamis, 09 Agustus 2018

PERTANDINGAN YANG DINANTIKAN


Doni mengendap-endap ke arah pintu jendela. Dia melangkahkan kaki sambil berjinjit agar tidak menimbulkan suara berisik. Dibukanya jendela pelan-pelan agar tidak membangunkan ibu yang sedang tidur.
"Aku harus berlatih. Jika aku bisa berlari di lapangan dengan kondisi hujan besar seperti ini, aku pasti bisa berlari lebih cepat ketika cuaca sedang cerah," kata Doni dalam hatinya.
Doni segera berlari ke lapangan setelah ia berhasil keluar dari rumah. Dia memilih untuk tetap pergi meskipun ibu tidak memberikan izin.
"Pertandingan sepak bola antar sekolah hanya tinggal seminggu lagi. Aku harus berlatih lebih giat," kata Doni sambil melesat cepat meninggalkan rumah.
***
"Goooool!"
Semua orang bersorak. Ada yang senang, ada juga yang kecewa. Yang pasti, peristiwa masuknya bola ke gawang tersebut membuat sekolah Doni menjadi juara pertama. Tentu saja Doni sangat senang. Dia tersenyum tidak henti-henti. Ini adalah pertandingan bola yang paling ia tunggu-tunggu.
Lambat laun, semua penonton meninggalkan lapangan. Hanya tinggal para pemain dan orang tuanya di sekitar area pertandingan, termasuk Doni.
"Hai Don! Bagaimana kondisimu sekarang?" Tommy datang menghampiri Doni.
"Aku sudah baikan teman. Kakiku sudah tidak terlalu sakit lagi," kata Doni sambil menunjuk ke arah bawah.
Syukurlah kalau begitu. Aku senang mendengarnya. Oia, maaf ya hari ini kamu tidak bisa ikut pertandingan. Aku yakin kita bisa mencetak gol lebih banyak kalau kamu bermain tadi," kata Tommy sambil menepuk pundak Doni.
Tidak apa-apa. Lain kali aku yakin bisa mengikuti pertandingan bersama kalian dan kita bisa mencetak gol lebih banyak dari tim manapun,” Doni berbicara sambil mengepalkan kedua tangannya
Ayah dan ibu yang berada di belakang Doni memegang erat pundak Doni sambil tersenyum.
“Oia, ayah punya sesuatu untukmu," kata ayah menyela pembicaraan. "Tunggu sebentar ya," ayah kemudian pergi mengambil tas.
Ini untukmu," kata ayah sambil menyerahkan bola kepada Doni.
Doni terkejut! Dia sangat senang.
"Ini untukku?", kata Doni meyakinkan dirinya.
"Iya tentu saja," kata ayah sambil tersenyum.
"Terima Kasih Ayah dan ibu. Aku sangat menyayangi kalian," kata Doni sambil memeluk ayah dan ibu.
"Kami juga sangat menyayangimu nak," kata ibu dengan lembut.
Maafkan aku ya bu. Waktu itu aku pergi tanpa izin dari ibu. Padahal ibu sudah mengingatkanku bahwa hari sedang hujan. Akhirnya, kakiku malah terkilir dan tidak bisa ikut pertandingan," kata Doni dengan perasaan menyesal.
"Tidak apa-apa nak. Yang penting kamu sudah menyadarinya tidak akan mengulanginya lagi," kata ibu sambil memegang kepala Doni.
"Ibu dan ayah akan selalu memberikanmu izin jika hal tersebut baik untukmu dan akan selalu mendukung keputusanmu," ibu kembali berkata sambil mencium kening Doni.
"Terima kasih ya. Bu. Ayah dan ibu memang yang terbaik," Doni berkata dengan bangga.
Oh iya, terima kasih juga ya Tommy. Waktu itu kamu dan Ayahmu mengantarku pulang ke rumah ketika kakiku terkilir," kata Doni kepada tommy.
"Sama-sama kawan. Aku senang bisa membantumu," kata Tommy.
Baiklah. Ayo kita pulang agar kamu bisa cepat sembuh dan bisa cepat berlatih sepak bola lagi," kata ayah kepada kami semua.
"Oke yah," kata Doni bersemangat sambil berjanji dalam hatinya bahwa ia tidak akan pergi kecuali jika mendapatkan izin dari orang tuanya.


Note:
Kisah ini terinspirasi dari salah satu adab anak terhadap orangtua, yaitu meminta ijin saat bepergian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...