Oleh: Ernawati, Mpsi., Psikolog.
Menurut buku
ini, ikatan emosi yang baik antara bayi dan orangtuanya merupakan makanan yang
paling penting untuk menduk ungperkembangan seorang bayi menjadi optimal.
Seluruh perkembangan emosi, termasuk kemampuan meregulasi emosi, mengontrol
rasa marah, mengontrol keinginan, dan kemampuan untuk membangun hubungan yang
romantis dengan pasangan, dipengaruhi oleh bagaimana kita dibesarkan saat masih
bayi. Karena menurut fakta, otak kita terbentuk dari bagaimana cara kita
berinteraksi dengan orangtua kita.
Lebih jauh lagi,
dalam buku ini dikatakan bahwa otak bayi yang baru lahir memang dipersiapkan
untuk mengalami perkembangan. Hal inilah yang membuat manusia memiliki
fleksibilitas untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda.
Jadi, bagaimana orangtua dan anaknya berinteraksi saat tahun pertama
kehidupannya akan berpengaruh terhadap sistem otak dan syaraf anak bekerja di
sepanjang hidupnya. Seperti yang dikemukakan oleh Sue Gerhardt dalam bukunya “why
love matters: how affection shapes a baby brain”, seorang bayi
mengkoordinasikan sistem di dalam dirinya dengan orang-orang yang ada di
lingkungannya. Bayi dari seorang ibu yang depresi cenderung akan mendapatkan
stimulasi yang sedikit dan memiliki perasaan yang negatif terhadap dirinya
sendiri. Bayi dari orangtua yang sering merasa gelisah cenderung terus
bergerak-gerak dan memiliki emosi yang meledak-ledak.
Kurang lebih,
seperti inilah penulis memberikan contoh tentang bagaimana interaksi antara
orangtua dan bayi saling mempengaruhi. Bayi memandang orangtuanya. Orangtua terseyum
dan melakukan coo (berbicara seperti
bayi). Bayi tersenyum dan menendang-nendang
kakinya dengan semangat. Orangtua kembali tersenyum dan berkata-kata dengan
lebih semangat kemudian orangtua dan anak “menari” bersama secara emosional,
dan kemudian bayi merasa lebih dicintai dan gembira.
Setelah beberapa
waktu, bayi akan merasa bahwa ia sudah cukup bergembira. Dia butuh menenangkan
dirinya. Dia terlihat tidak lagi memperhatikan orangtuanya. Beberapa orangtua
akan melihat ke arah muka bayinya dan membuat ia tersenyum lagi. Namun menurut
penulis, yang perlu kita lakukan justru memahami apa yang bayi kita rasakan. Bayi
kita membutuhkan istirahat. Kita perlu berbicara lebih lembut. Sekilas dia akan
melirik kita seakan-akan bertanya “apakah saya aman untuk berinteraksi dengan
kamu seperti ini?”. Dan orangtua akan menjawab dengan sebuah pesan “ya tentu
saja”. Lalu orangtua tersenyum dan menurunkan level semangatnya. Kemudian bayi
terlihat meringkuk dan orangtua seperti mengerti petunjuk yang disampaikan
anaknya. Dari situ anak akan belajar bahwa ia bisa menunjukan ke oranglain
tentang apa yang dia butuhkan. Dan kita sebagai orangtua meresponnya dengan
menolong mereka. Oleh karena itu, dia akan merasa dunia ini aman dan nyaman. Dengan
bantuan orangtua, dia merasa bisa mengatasi apapun kesulitan yang datang
kepadanya.
Dari gambaran
interaksi di atas, apa yang sebenarnya terjadi? Bayi sedang belajar tentang
meregulasi diri saat dia berinteraksi dengan orangtuanya. Dia merasa bahagia,
tergugah, bahkan sangat bersemangat. Ketika dia merasa tidak bisa meregulasi
dirinya dan terbawa emosi, dia bisa mengirimkan sinyal SOS kepada orangtuanya. Kita
sebagai orangtua akan membantunya untuk menenangkan dirinya sendiri. Orangtua akan
mengatakan bahwa kehidupan ini aman. Atau lebih jauh lagi, orangtua akan
menyampaikan pesan kepada anak bahwa ia akan menjaga mereka untuk merasa aman. Orangtua
membantu anak-anak mereka untuk bisa mengucapkan perasaan mereka, baik itu
perasaan positif maupun negatif. Kedekatan orangtua dengan anak yang seperti
ini yang akan membuat dia merasa aman dan menyadari bahwa dunia ini bisa
dipercaya.
Masih menurut
penulis buku ini, selama tahun-tahun pertama kehidupan, interaksi seperti di
atas akan berulang beberapa kali. Lebih jauh lagi bisa dikatakan bahwa selama
tahun pertama, anak akan belajar tentang rasa percaya. Yang secara fisiologis kondisi
akan terukir di otak mereka dan nantinya akan mempengaruhi kebahagiaan dan
suasana emosi mereka di kemudian hari. Semakin baik interaksi antara ibu dan
anak, maka semakin baik kemampuan mereka saat berinteraksi dengan orang lain. Begitu
juga kemampuan mereka dalam meregulasi emosi positif dan negatif, dan kemampuan menenangkan diri sendiri.
(bersambung...)
Sumber:
Markham, L. 2012. Peaceful Parent, Happy Kids (How
To Stop Yelling and Start Connecting). New York: Penguin Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar