Minggu, 18 Februari 2018

Home schooling Ken dan Keenan




(Perpaduan antara Pendidikan Berbasis Fitrah, Prinsip-prinsip Perkembangan dalam Ilmu Psikologi, dan Manajemen Pendidikan)


Pengantar

Sudah lama sebenarnya saya tertarik dengan sistem Pendidikan Berbasis Fitrah yang diperkenalkan oleh Ust. Harry Santosa. Salah satunya karena dalam pondasi sistem ini, ada aspek ketuhanan yang di bahas, sesuatu yang jarang dimiliki oleh konsep-konsep pendidikan yang sejenis. Sederhana memang, cuma satu pula, tapi fatal kalau konsep ini tidak ada di dasar pendidikan yang kita terapkan. Ibarat pohon, dasar pendidikan merupakan akar yang memengaruhi bagaimana setiap bagian tubuhnya akan tumbuh. Jadi kebayang dong gimana anak-anak yang tumbuh dari gersangnya konsep ketuhanan di setiap kegiatannya?

Nah, konsep yang saya punya sih masih kayak puzzle. Tapi lebih baik merangkainya sekarang daripada ga pernah sama sekali. Ya setidaknya ada usaha dari saya untuk membuatnya jadi utuh. Lagian mana ada puzzle yang bisa nyusun sendiri. Iya kan?

So well, ini dia mulanya. Nulis apa yang kepikiran dulu. Trial error lah istilahnya. Gapapa. Nanti seiring waktu bisa diedit dan disempurnakan lagi. Namanya juga manusia. Perlu belajar melalui waktu (hehehe bijak euy).

Kembali ke Pendidikan Berbasis Fitrah, salah satu langkah awal untuk memulai sistem pendidikan ini, adalah dengan mempelajari dan menjalani Tazkiyatunnafs.

Bah, apapula itu?

Sederhananya Tazkiyatunnafs itu artinya penyucian diri. Lebih lengkapnya, Dian Kusumawardani dalam karyanya yang berjudul Ibuku adalah Sekolah Terbaikkumenyebutkan pengertian Tazkiyatunnafs sebagai berikut:

...Tazkiyatunnafs menurut Syaikh Said Hawwa diartikan sebagai upaya membersihkan diri dari perbuatan syirik beserta cabang-cabangnya, menanamkan nilai-nilai tauhid dan beribadah dengan penuh keikhlasan

Nah, waktu pertama kali mendengar bahwa sistem pendidikan ini melibatkan konsep Tazkiyatunnafs, saya excited banget. Seriusan.

Kenapa? Karena dulu waktu SMA, saya pernah baca buku tentang Tazkiyatunnafs dan sempet terkagum-kagum dengan isinya. Walaupun ga saya selesain baca bukunya dan sayapun lupa siapa pengarangnya (well, itu udah 16 tahun yang lalu juga sik), tapi saya ingat betul isinya yang mengatakan bahwa keseimbangan manusia terbentuk kalau dia memberikan hak kepada empat aspek dalam kehidupan, yaitu hak Tuhan, hak diri sendiri, hak sesama manusia, dan hak terhadap alam. 

(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...