Rabu, 29 Agustus 2018

Cara Mempererat Ikatan dengan Anak usia 0-13 Bulan Menurut buku “Peaceful Parent, Happy Kids” (Part 1)





Oleh: Ernawati, Mpsi., Psikolog.

Menurut buku ini, ikatan emosi yang baik antara bayi dan orangtuanya merupakan makanan yang paling penting untuk menduk ungperkembangan seorang bayi menjadi optimal. Seluruh perkembangan emosi, termasuk kemampuan meregulasi emosi, mengontrol rasa marah, mengontrol keinginan, dan kemampuan untuk membangun hubungan yang romantis dengan pasangan, dipengaruhi oleh bagaimana kita dibesarkan saat masih bayi. Karena menurut fakta, otak kita terbentuk dari bagaimana cara kita berinteraksi dengan orangtua kita.
Lebih jauh lagi, dalam buku ini dikatakan bahwa otak bayi yang baru lahir memang dipersiapkan untuk mengalami perkembangan. Hal inilah yang membuat manusia memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Jadi, bagaimana orangtua dan anaknya berinteraksi saat tahun pertama kehidupannya akan berpengaruh terhadap sistem otak dan syaraf anak bekerja di sepanjang hidupnya. Seperti yang dikemukakan oleh Sue Gerhardt dalam bukunya “why love matters: how affection shapes a baby brain”, seorang bayi mengkoordinasikan sistem di dalam dirinya dengan orang-orang yang ada di lingkungannya. Bayi dari seorang ibu yang depresi cenderung akan mendapatkan stimulasi yang sedikit dan memiliki perasaan yang negatif terhadap dirinya sendiri. Bayi dari orangtua yang sering merasa gelisah cenderung terus bergerak-gerak dan memiliki emosi yang meledak-ledak.
Kurang lebih, seperti inilah penulis memberikan contoh tentang bagaimana interaksi antara orangtua dan bayi saling mempengaruhi. Bayi memandang orangtuanya. Orangtua terseyum dan melakukan coo (berbicara seperti bayi). Bayi tersenyum dan menendang-nendang kakinya dengan semangat. Orangtua kembali tersenyum dan berkata-kata dengan lebih semangat kemudian orangtua dan anak “menari” bersama secara emosional, dan kemudian bayi merasa lebih dicintai dan gembira.
Setelah beberapa waktu, bayi akan merasa bahwa ia sudah cukup bergembira. Dia butuh menenangkan dirinya. Dia terlihat tidak lagi memperhatikan orangtuanya. Beberapa orangtua akan melihat ke arah muka bayinya dan membuat ia tersenyum lagi. Namun menurut penulis, yang perlu kita lakukan justru memahami apa yang bayi kita rasakan. Bayi kita membutuhkan istirahat. Kita perlu berbicara lebih lembut. Sekilas dia akan melirik kita seakan-akan bertanya “apakah saya aman untuk berinteraksi dengan kamu seperti ini?”. Dan orangtua akan menjawab dengan sebuah pesan “ya tentu saja”. Lalu orangtua tersenyum dan menurunkan level semangatnya. Kemudian bayi terlihat meringkuk dan orangtua seperti mengerti petunjuk yang disampaikan anaknya. Dari situ anak akan belajar bahwa ia bisa menunjukan ke oranglain tentang apa yang dia butuhkan. Dan kita sebagai orangtua meresponnya dengan menolong mereka. Oleh karena itu, dia akan merasa dunia ini aman dan nyaman. Dengan bantuan orangtua, dia merasa bisa mengatasi apapun kesulitan yang datang kepadanya.

Dari gambaran interaksi di atas, apa yang sebenarnya terjadi? Bayi sedang belajar tentang meregulasi diri saat dia berinteraksi dengan orangtuanya. Dia merasa bahagia, tergugah, bahkan sangat bersemangat. Ketika dia merasa tidak bisa meregulasi dirinya dan terbawa emosi, dia bisa mengirimkan sinyal SOS kepada orangtuanya. Kita sebagai orangtua akan membantunya untuk menenangkan dirinya sendiri. Orangtua akan mengatakan bahwa kehidupan ini aman. Atau lebih jauh lagi, orangtua akan menyampaikan pesan kepada anak bahwa ia akan menjaga mereka untuk merasa aman. Orangtua membantu anak-anak mereka untuk bisa mengucapkan perasaan mereka, baik itu perasaan positif maupun negatif. Kedekatan orangtua dengan anak yang seperti ini yang akan membuat dia merasa aman dan menyadari bahwa dunia ini bisa dipercaya.

Masih menurut penulis buku ini, selama tahun-tahun pertama kehidupan, interaksi seperti di atas akan berulang beberapa kali. Lebih jauh lagi bisa dikatakan bahwa selama tahun pertama, anak akan belajar tentang rasa percaya. Yang secara fisiologis kondisi akan terukir di otak mereka dan nantinya akan mempengaruhi kebahagiaan dan suasana emosi mereka di kemudian hari. Semakin baik interaksi antara ibu dan anak, maka semakin baik kemampuan mereka saat berinteraksi dengan orang lain. Begitu juga kemampuan mereka dalam meregulasi emosi positif dan negatif,  dan kemampuan menenangkan diri sendiri.

(bersambung...)

Sumber:

Markham, L. 2012. Peaceful Parent, Happy Kids (How To Stop Yelling and Start Connecting). New York: Penguin Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...