Oleh: Ernawati, Mpsi., Psikolog.
Halo lagi semua.
Selamat menyambut hari baru. selamat membaca materi baru. sekarang pembahasan
bukunya untuk anak usia 13-36 bulan ya. Yuk kita simak bareng-bareng ^^
Bunda, kira-kira
apa yang terjadi dengan hubungan antara orangtua dan anaknya saat seorang anak
memasuki usia 2 tahun? Nah kalau menurut buku ini, sebagai seorang balita,
mereka sudah mampu meregulasi kebutuhan fisiknya, namun mereka masih sangat
membutuhkan bantuan orangtuanya untuk meregulasi emosinya. Bagian otak frontal
cortex milik mereka yang berfungsi untuk mengontrol emosi sedang terbentuk. Tapi
ironisnya, saat kemampuan meregulasi emosinya masih dalam proses, mereka justru
membutuhkan secure attachment yang baik dengan orangtuanya agar mereka bisa
menjalani fase eksplorasinya dengan baik pula.
Dan tahukan
bunda, menurut buku ini, penelitian tentang efek dari secure attachment sudah
dilakukan selama 40 tahun loh. Dan haslilnya menunjukan ketika seorang bayi diasuh
dengan kelekatan yang baik, ke depannya dia akan mampu membangun sebuah relasi
yang baik dengan orang lain, memiliki self esteem yang tinggi, lebih fleksibel,
memiliki ketahanan yang tinggi terhadap stress, dan mereka juga menunjukan
hasil yang baik dalam setiap aspek kehidupan mereka, baik dalam aspek prestasi
sekolah, maupun dalam berinteraksi dengan teman sebaya.
Nah hal lain
yang mengagetkan lagi, meskipun terlihat tidak biasa, tapi sebetulnya, anak
usia 15 bulan sudah bisa menginterpretasikan bagaimana sebuah hubungan bisa
bekerja dan strategi-strategi apa yang perlu mereka lakukan untuk bisa memenuhi
kebutuhan interpesonal mereka. Dan jika tidak ada perubahan besar yang terjadi
dalam hidup mereka, maka pola ini akan terus menetap hingga seumur hidup
mereka.
Logikanya seperti
ini. Ketika seorang anak di asuh dari bayi hingga berusia 15 bulan memiliki
secure attachment, dia akan belajar bahwa dia memerlukan orangtuanya untuk
merespon petunjuk-petunjuk yang dia berikan. Nah, sekarang dia seorang balita. Apakah
dia masih membutuhkan orangtuanya? Jawabannya “Ya,Tentu saja!” Seperti Yang
diucapkan oleh Gordon Neufeld dan Gabor Mate, penulis buku Hold on Your Kids mengatakan, setiap orangtua seperti “bintang
utara” bagi anaknya, yaitu poros utama dimana anak “mengorbit”.
Contohnya saat kita
mengajak anak kita ke arena bermain di pantai dan membiarkan mereka bermain
pasir. Saat mereka bermain, mereka akan berkali-kali melihat ke arah
orangtuanya untuk meyainkan diri apakah ia sudah melakukan hal yang aman atau
tidak. Lalu cobalah untuk berpindah. Ke tempat yang sedikit jauh, namun kita
masih bisa melihat dan memanggil namanya. Apakah dia masih akan bermain? Tidak.
Dia akan cemberut. Atau bahkan menangis. Dia akan terus memanggil orangtuanya. Kenapa?
Karena “bintang utara” miliknya sudah berpindah.
Ah
so sweet ya... makanya jangan heran kalau anak usia segini senengnya
nempel-nempel terus sama orangtuanya. Karena mereka butuh orangtua sebagai petunjuk
mereka.
Bagaimana
pengaruh daycare terhadap perkembangan anak?
Menurut buku ini,
apa yang terjadi di rumah lebih berpengaruh terhadap anak dibandingkan daycare.
Kenapa? karena kelekatan orangtua terhadap anak lebih dominan dalam memengaruhi
keadaan jiwanya. Kecuali jika anak kita berada di daycare selama lebih dari 20
jam per minggu. Menurut buku ini, keberadaan anak yang lebih dari 20 jam per
minggu tentu akan memengaruhi perkembangannya.
Jika anak berada
di daycare selama lebih dari 20 jam per minggu, ada beberapa efek positif. Diantaranya
mereka belajar bersosialisasi dengan teman dan memiliki kesempatan yang cukup
untuk bereksplorasi. Tapi bayi di“design” untuk dekat dengan orang dewasa yang
paling signifikan dalam hidupnya. Menurut buku ini, orangtua lebih bisa
menyesuaikan diri dengan anaknya, karena biasanya orangtua hanya mengurus
beberapa anak saja sehingga orangtua bisa lebih perhatian dan lebih baik dalam
memenuhi kebutuhan anak dibandingkan pengurus daycare.
Bagaimana bisa
seperti itu? Misalnya saja saat kita tersenyum kepada bayi kita yang masih
berumur dua bulan, maka bayi kita membutuhkan waktu beberapa saat untuk
tersenyum balik. Interaksi seperti ini akan mengaktifkan neuron di bagian otak orbitofrontal
cortex, yaitu bagian otak dimana kecerdasan emosi berkembang. Tapi ketika
pekerja di daycare tersenyum kepada bayi kita, dia tidak punya cukup waktu
untuk menunggu bayi kita tersenyum balik, karena ia perlu mengurus beberapa bayi
lainnya. Terus dan terus begitu setiap hari sehingga bayi merasa kebutuhannya
tidak terpenuhi. Kecuali jika pengasuhnya hanya mengurus satu bayi dan cekatan
terhadap kebutuhan anak seperti orangtua mengurus anaknya.
Masih menurut
buku ini, saat balita, anak yang kebutuhannya sudah terpenuhi di awal-awal
kehidupannya akan lebih mampu menyesuaikan diri ketika dia masuk day care. Tapi
orangtua perlu tahu, sebuah penelitian menunjukan bahwa anak usia 2 tahun yang menghabiskan
sebagian besar waktunya di daycare seringkali memiliki perilaku yang
bermasalah. Hal ini dikarenakan mereka mengalami stress karena berpisah dengan
orangtuanya. Tapi beruntungnya, penelitian itu juga menemukan bahwa hubungan
yang berkualitas antara orangtua dan anak akan melindungi anak dari efek
negatif daycare tersebut. Dengan kata lain, bisa jadi anak kita membuat ulah
karena ia tidak ingin berpisah dengan orangtuanya. Tapi jika orangtuanya
menangani perilaku ini dengan penuh pengertian, maka hubungan kita dengan jiwa
anak akan tetap utuh. Dan biasanya, anak yang dikatakan sudah siap bersekolah
adalah usia 3 tahun. Yaitu ketika mereka bisa mengutarakan kebutuhan mereka
secara verbal dan sudah bisa bersabar dalam pemenuhan kebutuhannya.
Lebih lanjut
lagi, dikatakan bahwa para peneliti psikologi masih melakukan penelitian
longitudinal tentang pengaruh daycare ini. Tapi kita semua tahu bahwa pengaruh
pengasuhan terhadap perkembangan anak sangatlah besar di satu tahun pertama
kehidupan mereka. karena perkembangan otak yang menentukan mood, kecemasan, dan
depresi pada kehidupan seseorang ditentukan dari bagaimana mereka menjalani
tahun pertama kehidupan mereka. oleh karena itu, menurut penulis buku ini, beberapa
hasil penelitian tentang pengaruh daycare ini tentu saja sudah bisa kita
ketahui bukan?
Sumber:
Markham, L. 2012. Peaceful Parent, Happy Kids (How
To Stop Yelling and Start Connecting). New York: Penguin Group.