Kamis, 26 April 2018

Cerita Fiksi: PERTENGKARAN PERI


Oleh Ernawati Nandhifa
Di salah satu kerajaan peri, terdapat dua peri kakak beradik. Mereka bernama peri Ken dan Keenan. Peri Ken adalah peri yang kuat dan suka bermain bola. Sedangkan peri Keenan adalah peri yang jago masak dan suka makan. Meskipun mereka memiliki hobi yang berbeda, mereka berdua sangat rukun dan tidak pernah bertengkar. Kerukunan mereka terkenal hingga ke seluruh negeri peri.
Peri Bimo tidak suka melihat hal ini. Ia yang tidak punya adik atau kakak sehingga merasa iri terhadap kerukunan peri Ken dan Keenan. Akhirnya, peri Bimo berencana untuk membuat peri Ken dan Keenan bertengkar.
Di suatu siang, peri Bimo menghampiri peri Ken yang sedang asyik bermain bola sendirian.
“Halo peri Ken,” kata peri bimo yang tiba-tiba keluar dari semak-semak.
“Wah kau mengejutkanku peri Bimo”, peri Ken terperanjat karena kehadiran peri Bimo yang tiba-tiba.
“Hehe. Maaf ya aku mengintip kamu yang sedang bermain bola. Dan menurutku permainan bolamu sangat hebat. Pantas jika kau sering mendapatkan pujian teman-teman”, peri bimo mengacungkan jempolnya ke arah peri Ken.
“Ah kamu bisa saja. Aku masih perlu banyak latihan kok”, kata peri Ken sambil tersipu.
“Tapi sayang ya. Adikmu sendiri justru tidak mengakuinya”.
“Adikku? Maksudmu peri keenan?”
“Iya. Dia bilang kamu pemain bola yang payah. Makanya setiap hari butuh latihan”
“Benarkah ia berkata seperti itu?” peri Ken terlihat ragu.
“Tentu saja. Aku tidak mungkin berbohong.  Aku kan penggemarmu,” peri Bimo berbohong.
“Huh, menyebalkan sekali dia”, peri Ken mendengus kesal.
“Iya. Tapi kau jangan beri tahu kalau aku yang mengatakannya kepadamu ya. Nanti dia marah kepadaku,” kata peri Bimo sambi menaruh telunjuk di bibirnya.
“Baik. Terima kasih banyak ya atas infonya. Kau memang sahabatku,” peri Ken melingkarkan tangannya ke pundak peri bimo
“Yes, rencanaku berhasil!” pekik peri Bimo dalam hati.

***
Keesokan hariya, peri Bimo mendatangi peri Keenan yang sedang memasak sambil bersenandung.
“Du du ru dududu… hm masakan ini harum sekali. Aku jadi ingin segera memakannya”, peri Keenan menyendok sop dari kuali kemudian mencicipinya.
“Tok-tok-tok, ini aku. Peri Bimo. Apa boleh aku masuk?” kata peri Bimo dari balik pintu
“Hai peri bimo, tentu saja kau boleh masuk. Ayo mari-mari. Cicipi masakanku yang baru saja matang. Rasanya sangat enak sekali,” Peri Keenan langsung membukakan pintu dan mengajak peri Bimo untuk mencicipi masakannya. Peri Bimo pun langsung menyantap makanan yang dsajikan oleh peri keenan.
“Hm ini enak sekali. Benar yang dikatakan para peri lain kalau kau pandai memasak. Kecuali…” kata peri Bimo ragu-ragu.
“Kecuali apa?” Peri Keenan mulai penasaran.
“Kecuali kakakmu. Peri Ken bilang kau payah dalam memasak. Kau hanya tukang makan,” kali ini peri Bimo berbohong kepada peri Keenan.
“Benarkah peri Ken berkata seperti itu?”
“Iya betul”
Peri Keenan terdiam.
“Aku tahu kau tidak akan percaya. Akupun tidak percaya jika tidak mendengarnya sendiri,” kata peri Bimo yang melihat keraguan di wajah peri Keenan.
“Ah tenanglah. Aku percaya padamu. Sudah tidak usah dipikirkan. Bagaimana kalau kita makan saja.  Ini adalah resep spesialku”, kata peri Keenan mengalihkan pembicaraan. Peri Bimo pun  menurutinya dan menghabiskan semangkuk sop yang sangat lezat

***
Suatu malam, peri Ken dan peri Keenan sedang makan bersama yah dan ibu. Namun, setiap makanan yang ingin diambil oleh peri Ken, pasti diambil oleh peri keenan.
“Hei. Ada apa dengan kamu ini. Setiap makanan yang ingin aku ambil, pasti kau ambil. Dasar kau tukang makan!” Kata peri Ken sambil kesal.
“Apa? Kau bilang aku tukang makan? Ternyata benar yang dikatakan orang. Kau sering mengolok-olokkku sebagai tukang makan dan tidak pandai memasak,” kata peri Keenan sambil melipat tangannya di dada.
“Aku tidak pernah bilang kau tidak pandai memasak,” peri Ken membela diri.
“Alah kamu tidak usah mengelak. Barusan aku mendengar kalau kamu bilang aku tukang makan,” peri keenan mendengus kesal.
“Itu karena aku kesal kamu selalu mengambil makanan yang ingin aku ambil. Dan tunggu. Kamu juga bilang kalau permainan bolaku payah kepada teman-teman kan?” kali ini peri Ken juga melipat tangannya di dada sambil mengalihkan pandangan. Ia sudah kehilangan selera makan.
“Apa kamu bilang? Aku tidak pernah berkata seperti itu.”
“Sudahlah. Jangan bohong deh. Aku tahu kamu bilang seperti itu ke teman-teman”.
“Peri Ken, peri Keenan, ada apa ini?” Ayah yang sedari tadi hanya menyaksikan peri Ken dan Keenan bertengkar mencoba untuk menengahi.
“Itu yah. Peri ken nakal. Kata temanku, ia bilang kalau aku tidak bisa masak dan hanya tukang makan,” Peri Keenan merajuk kepada ayahnya.
“Oh begitu. Apakah benar peri ken?” ayah bertanya kepada peri Ken
“Tidak yah. Itu tidak benar. Aku tidak pernah berkata seperti itu. Malah menurut temanku, Keenan bilang bahwa permainan bolaku jelek. Dan aku sebal sekali karena itu,” kata peri Ken sambil hampir menangis.
“Benarkah peri Keenan?,” Kali ini ayah bertanya kepada peri Keenan.
“Tidak yah tidak benar. Aku tidak pernah berkata seperti itu. Menurutku, permainan bola kakak adalah yang terbaik yang pernah aku lihat,” kata peri Keenan perlahan-lahan. Ia sebetulnya tidak ingin memuji kakaknya karena sedang kesal.
“Baiklah. Sekarang kalian sudah saling mendengar penjelasan masing-masing kan. Nah, sekarang ayah mau tanya kepada peri Ken, siapa yang mengatakan kalau adikmu bilang permainan bolamu jelek?”
“Bimo yah,” Peri Ken langsung menjawab pertanyaan ayah
“Benarkah? Bimo juga yang mengatakan kepadaku kalau kau yang bilang aku tukang makan. Jangan-jangan bimo yang merencanakan ini semua agar kita bertengkar,” tiba-tiba peri Keenan langsung menyerocos.
“Peri keenan, tenang dulu. Tidak baik menuduh orang seperti itu. Sebaiknya  kita selidiki dulu. Nah, untuk mengetahui kebenarannya, ayah punya rencana. Tapi rencana ini perlu kalian lakukan secara bersama-sama. Jadi kalian perlu berbaikan. Apakah kalian mau?” kata ayah sambil melihat kedua anaknya
“Mau yah,,” kata peri Ken sambil melihat ke arah peri Keenan. Peri Keenan tidak mengiyakan ajakan ayahnya. Ia hanya cemberut sambil melihat kakaknya.
“Maafkan aku ya dik. Sebaiknya kita bermaaf-maafan agar bisa melaksanakan rencana ayah” kata peri Ken sambil menenagkan adiknya.
“Baiklah aku maafkan. Lagipula aku tidak pernah merasa mengolok-olok kakakku sendiri. Jadi buat apa aku marah,” peri Keenan menyalami tangan kakaknya. Peri Kenpun balas memeluknya
“Nah begitu dong. Itu baru anak ayah. Sekarang, ayo mendekatlah kemari. Ayah akan membisikan rencana ayah,” kata ayah sambil mendekatkan mulutnya ke kuping Ken dan Keenan.




***
Tok tok tok
Peri Bimo mengetuk pintu rumah peri Keenan.

“Hai peri Bimo. Silahkan masuk”, sambut peri Keenan sambil membukakan pintu.

“Terima kasih,” peri Bimo membalas sambutannya dan melangkahkan kaki ke dalam rumah peri Keenan.

“Duduklah disini. Aku sudah menunggumu dari tadi. Aku juga sudah membuatkan kue coklat khusus buatmu,” Peri Keenan menyodorkan sebuah kue coklat yang sangat besar.

“Wah ini terlihat lezat sekali. Terima kasih ya sudah mengundangku ke rumahmu,”kata Peri Bimo sambil tersenyum.

“Sama-sama. Aku senang kamu bisa main kesini Sekarrang kamu makan saja dulu kue buatanku.”

“Baiklah,” kata peri Bimo sambil memasukan potongan kue ke mulutnya.

Uhuk-uhuk...

Tiba-tiba peri Bimo batuk-batuk.

“Kenapa peri Bimo?”

“Hm... tidak apa-apa. Hanya saja...”

“Hanya saja apa?”

“Tidak. Lupakan saja. Kuemu enak. Hehhehe. Ngomong-ngomong, ada apa kau mengundangku 
kesini?”, kata peri Bimo.

“Tidak. Aku hanya ingin menanyakan kembali, apa benar wakt itu kakakku bilang kalau masakanku tidak enak?”

“Iya benar. Apa kamu tidak percaya?”

“Bukan seperti itu. Aku percaya. Hanya saja kakakku tidak pernah mengatakannya secara langsung kepadaku. Dan selama ini kami selalu rukun.”

“Kakakmu memang hanya mengatakannya kepada teman-teman. Dan dia bilang jangan sampai kau tahu”

“Itu tidak benar!” Tiba-tiba peri Ken yang sembunyi di dalam kamar langsung keluar dan membuat peri Bimo kaget.

“Pe... peri Ken”

“Ternyata kau mengadu domba kami ya. Kau bilang kepadaku kalau adikku bilang permainan bolaku payah. Dan kau ilang kepada adikku kalau aku mengatakan masakannya tidak enak,” kata peri Ken.

“Mengapa kau lakukan ini?” kali ini peri Keenan yang marah sambil menolakan tangannya di pinggang.

“Aku... aku tidak suka melihat kalian berdua rukun karena aku iri. Aku ingin punya saudara yang rukun seperti kalian,” peri Bimo tertunduk

“Tapi kau tidak perlu membuat kami bertengkar tahu!” Peri Keenan mulai sewot.

“Peri Keenan, tenangkan dirimu,” Peri Ken menyentuh pundak adiknya agar lebih tenang.

“Habis aku kesal kak!”

“Sudah-sudah. Walau bagaimanapun peri Bimo adalah teman kita. Dan kau peri Bimo. Kau bisa jadi teman bahkan saudara kami tanpa perlu membuat aku dan per Keenan bertengkar. Kita akan bisa bermain bersama dan menjadi teman yang rukun,” kata peri Ken kepada peri Bimo.

“Benarkah kalian masih mau bermain denganku meski aku sudah berbohong?” tanya peri Bimo sambil ragu.

“Tentu saja,” peri Ken enjawab dengan yakin sambil merangkul peri Bimo

“Wah aku senang sekali. Terima kasih banyak.”

“Baiklah. Aku juga mau berteman denganmu. Maaf ya tadi kue yang aku buat sengaja aku masukan garam yang banyak jadi rasanya aneh,” peri Keenan berkata dengan jahil.

“Wah pantas rasanya asin”

“Tapi kamu bilang tadi enak.”

“Hehehe.. iya aku berbohong lagi tadi...”

“Sudah-sudah. Setelah ini kita berteman dengan saling jujur ya agar tetap rukun,” Peri Ken mencoba menenangkan keduanya.

“Baik kak,” kata peri Keenan.

“Yuk sekarang kita main bola dilapangan!” ajak peri Ken.

“Ayo!” sambut peri Bimo dan peri Keenan dengan riang. Akhirnya mereka berteman kembali dan hidup rukun selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Piknik Yuk, Mak!

 Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘Piknik’? Topi dan kacamata hitam? Tikar dan rumput hijau membentang? Healing ? Kalau b...